BUKU. Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami PDF

Title BUKU. Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami
Author Oswar Mungkasa
Pages 88
File Size 41.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 23
Total Views 215

Summary

"Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami" 2 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami MEMBANGUN PERADABAN BARU ITU TUGAS KAMI Diterbitkan oleh: Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Prov. DKI Jakarta (PD PAL Jaya) Jl. Sultan Agung No. 1, Setiabudi Jakarta 12980 Pengarah: KATA Subekti (...


Description

"Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami"

2 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

MEMBANGUN PERADABAN BARU ITU TUGAS KAMI Diterbitkan oleh: Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Prov. DKI Jakarta (PD PAL Jaya) Jl. Sultan Agung No. 1, Setiabudi Jakarta 12980 Pengarah: Subekti (Direktur Utama PD PAL Jaya) Erwin Marphy Ali (Direktur Teknik dan Usaha PD PAL Jaya) Hidayat Sigit Suryanto (Direktur Adm. & Keuangan PD PAL Jaya)

KATA PENGANTAR

Penulis: Peri Irawan Novita Anggraini Penyusun: Tim PD PAL Jaya (Mardiani, Camelia Indah Murniwati, Hilda Julyanita Ekaputri, Achmad Nurzaman, Budi, Saptanto, Aris Supriyanto, Ahmad Riva’i, Khairuddin Amin) Layout: Ronald Osmond Editor Tim PD PAL Jaya Narasumber: Dodi Krispratmadi, Subekti, Anggraini Dewi, Ahadiat Syafari, Saptanto, Dasril Hasbullah, Budi, dan management PD PAL Jaya Apresiasi dan dedikasi: Kementerian PU PR, Kementerian LHK, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, NGO, seluruh Badan Pengawas, Direksi, dan Staff yang telah purnabakti, segenap masyarakat DKI Jakarta. Cetakan Pertama September 2018 4 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Pengantar Dirut PAL Jaya, DR. Subekti, SE. MM Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya buku "Membangun Peradaban Baru itu Tugas Kami" bisa diterbitkan pertama kali dalam rangka HUT PD PAL Jaya ke27 tahun 2018. Tujuan diterbitkannya buku ini adalah untuk bisa menceritakan perkembangan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta dari masa ke masa. Tuntutan pertambahan penduduk yang terus menerus di Jakarta, memaksa upaya pengelolaan limbah di Jakarta juga harus dilakukan secara cepat. Sesegera mungkin. Pasalnya, limbah yang dibuang begitu saja ke badan air akan menjadi bom waktu bagi warga Ibukota dan berdampak pada pencemaran Lingkungan yang akan terjadi dimana-mana. Termasuk pencemaran pada air tanah. Sebagaimana kita ketahui, air tanah menjadi salah satu sumber air bersih bagi warga Ibukota selain air bersih dari perpipaan melalui PAM Jaya. Dari beberapa penelitian,

jumlah tangki septik di Jakarta mencapai dua juta tangki, sayangnya 85 persen di antaranya dilaporkan bocor. Kebocoran tangki septik ini menyebabkan bakteri Escherichia coli (E.coli) mencemari air tanah Jakarta. Paparan E Coli pada manusia jelas berdampak pada kesehatan masyarakat. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Saat ini, sistem pengolahan limbah di Jakarta dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengolahan limbah perpipaan dan nonperpipaan. Limbah perpipaan sendiri saat ini baru dilakukan pada zona nol. Padahal, pengelolaan limbah perpipaan ini seharusnya meliputi 15 zona untuk mencapai cakupan yang ideal. Pekerjaan rumah untuk membangun limbah perpipaanpun semakin menumpuk. Perjalanan pembangunan infrastruktur air limbah di Jakarta dengan sistem perpipaan dimulai dengan perencanaan master plan tahun 1977 yang dikenal dengan nama JSSP yang konstruksinya dilaksanakan tahun 1982. Pada tahun 1991, master plan dilakukan review yang lebih dikenal sebagai JWDP di mana rencana royek tersebut dikonstruksi pada tahun 2000 namun pinjaman dari JBIC 6 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

(Japan Bank of International Cooperation) batal sehingga pendanaan sejak tahun 2000 hingga sekarang menggunakan dana APBD melalui tambahan penyertaan modal. Pada tahun 2012, master plan dilakukan review kembali yang akan diimplementasikan mulai tahun 2019 & 2020. Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik, telah ditetapkan bahwa tahun 2022, target rasio pelayanan pengelolaan air limbah domestik melalui pengolahan sistem terpusat mencapai 65 persen. Sisanya, rasio pelayanan pengelolaan air limbah domestik melalui pengolahan sistem setempat sebesar 35 persen.

PD PAL Jaya sendiri terus berupaya mengejar ketertinggalan itu sebaik mungkin. Tahun depan, rencananya kami akan membangun limbah perpipaan pada zona 1 dan zona 6. Tentu Ini pekerjaan yang tidak mudah. Diperlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan agar limbah di Ibukota bisa benar-benar terkelola dengan baik. Termasuk dalam pengelolaan limbah non perpipaan. Saat ini, pengelolaan limbah nonperpipaan masih dilayani truk tinja untuk dialirkan ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang ada di Pulogebang, Jakarta Timur, dan Duri Kosambi, Jakarta Barat. Kapasitas kedua IPLT itu mencapai 1800 meter kubik per hari. Namun, tinja dari setiap rumah itu baru mencapai 300 meter kubik per hari.

Lagi-lagi, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menyedot tinja pada tangki septik yang dimilikinya serutin mungkin. Tangki septik yang tidak pernah dikuras akan meluap dan akhirnya bocor yang mengkontaminasi air tanah di sekitarnya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya buku ini. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunannya. Semoga terbitnya buku ini bisa memberikan suntikan motivasi dan dorongan semangat bagi pegawai PD PAL Jaya untuk terus bermetamorfosa. Serta bisa menumbuhkan kesadaran bagi pemangku kepentingan lainnya akan pentingnya masa depan pengelolaan limbah di Jakarta sebelum dibuang ke badan air.

itu Tugas Kami sudah sangat tepat menggambarkan misi pemerintah saat ini. Ya.. sanitasi itu mewakili tingkat peradaban suatu komunitas. Ketika masih 800 ribu penduduk BABS maka jangan pernah bermimpi Jakarta menjadi kota yang bermartabat. Mari kita bantu pemerintah menuntaskan kondisi sanitasi ini.. ini tugas kita semua.. apalagi kebersihan sebagian dari iman... tunggu apalagi.. PD. PAL Jaya sudah memulainya.

Sanitasi Tidak Sekedar Infrastruktur Jakarta sebagai ibukota negara dengan jumlah penduduk 10,2 juta ternyata masih menyisakan agenda besar. Penanganan air limbah secara terpusat baru menjangkau tidak lebih 10 persen dari jumlah penduduk. Sementara tangki septik banyak yang bocor akibat tidak disedot secara rutin bahkan banyak yang sama sekali belum pernah. Lebih mengagetkan adanya kenyataan sekitar 800 ribu penduduk masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) baik karena tidak punya tangki septik maupun yang secara harafiah buang air besar di berbagai tempat khususnya sungai dan badan air lainnya. Pemerintah bukannya tidak berusaha mengatasi kondisi sanitasi buruk ini. Namun baru dekade terakhir mulai disadari bahwa jawaban masalah sanitasi bukan hanya terletak pada penyiapan infrastrukturnya. Kesadaran masyarakat yang tinggi ternyata bahkan yang menjadi persyaratan dasar. Kesadaran ini kemudian terwujud dalam bentuk kegiatan penyadaran masyarakat secara langsung seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat) maupun kegiatan pendukungnya seperti L2T2 (Layanan Lumpur Tinja Terjadwal) yang diinisiasi oleh PD. PAL Jaya. Upaya pemerintah tidak berhenti di situ saja. PD. PAL Jaya melalui buku ini secara jelas menyampaikan pesan tersebut. Pemilihan judul Membangun Peradaban Baru

8 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Dirgahayu PD. PAL Jaya yang ke 27..

Oswar Mungkasa Penggiat Sanitasi sedang mendapat amanah sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

MARS PD PAL JAYA PERUSAHAAN DAERAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH ... DKI JAYA MAJU TERUS SERENTAK DERAP PEBANGUNAN BANGSA ... INDONESIA MENJUNJUNG TINGGI UNDANG-UNDANG DASAR EMPAT LIMA ... DAN PANCASILA MEMANGUN NEGARA ... MENSUKSESKAN RENSTRA PEMDA DKI JAYA Reff : AYO MAJU ... ( ayo maju ) MAJU SERENTAK BERSIHKANLAH ... LIMBAH KITA

AYO MAJU ... ( ayo maju ) MAJU SERENTAK DEMI ANAK-CUCU KITA

Cipt : Alm. Rahmat Danaatmaja, SH Jakarta 1996

10 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Pendahuluan Limbah Ibukota Saat Ini Offsite & Onsite Dari Diare Hingga Cebol Langkah Strategis SPALD-T Jadi Solusi Utama Microtunneling Zona 1 & 6

13 14 21 24 26 32 34 36

Dari Masa ke Masa JSSP (Jakarta Sewerage Sanitation Project) JWDP (Jakarta Wastewater Disposal Project) Review Masterplan Air Limbah 2012

38 41 52 81

Profil Perusahaan Dewan Direksi Struktur Organisasi Sekilas PD PAL Jaya IPAL dan IPLT Kisah Mereka Kala Ibukota Masih Bersih Ladang Amal Dan Ibadah Metamorfosa PAL Jaya Berjibaku Dengan Bau Seribu Sambungan Dalam Sebulan Cerita Para Pendahulu

98 100 104 110 116

12 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

130 131 138 144 150 154 158

Pendahuluan

DAFTAR ISI

Limbah Ibukota Saat Ini

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat kepadatan penduduk di Jakarta mencapai 1.566.300 jiwa per Ha. Angka ini meningkat 0,93 persen dari tahun sebelumnya sebesar 15.518 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk Jakarta merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Padahal, luas wilayah DKI Jakarta hanya mencapai 663,3 kilometer persegi. Luas wilayah ini dihuni oleh penduduk sebanyak 10,17 juta jiwa (data BPS 2017). 14 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Tingginya kepadatan penduduk ibukota sangat berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat. Beragam masalah kependudukan pun bisa muncul di kemudian hari. Salah satunya soal kesehatan lingkungan (sanitasi). Umumnya, rumah-rumah penduduk sangat berdekatan satu sama lain. bahkan berhimpitan. Ruang gerak pun menjadi terbatas. Maka tak heran, sarana dan prasarana sanitasi warga pun saling berdekatan. Sumber air bersih warga yang berupa sumur air tanah sebuah rumah bisa sangat berdekatan

dengan tangki septik tetangganya. Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perusahaan Air Limbah Jakarta Raya (PD PAL Jaya) untuk menanganinya. Tidak dipungkiri, permasalahan limbah bukan menjadi prioritas sejak dulu. Padahal jika limbah ini tidak dikelola dengan baik, bencana pun siap mengancam kapan saja. Dari beberapa penelitian, ada kurang lebih dua juta tangki septik di Jakarta.

Dan 85 persen diantaranya sudah bocor. Paradigma masyarakat yang selalu beranggapan bahwa semakin lama tangki septik digunakan, maka tangki septik mereka semakin kuat. Padahal, pembuatan tangki septik itu pun sudah menyalahi prosedur sejak awal. Hanya dinding-dindingnya saja yang diberikan adukan semen atau ditembok. Sementara dasar tangki septik dibiarkan begitu saja atau hanya ditutupi ijuk. Hal inilah yang membuat adanya rembesan dan bocor.

Diperlukan budaya baru dalam mengolah limbah domestik sejak dari rumah. Sebab jika tangki septik bocor tetap digunakan, maka bakteri Escherichia coli (ecoli), salah satu bakteri yang terdapat pada tinja manusia, bisa mencemari air tanah yang ada di sumur-sumur di dekatnya. Memang, idealnya jarak antara sumur dan septic tank mencapai 10 meter. Sehingga, ketika ecoli merambat ke sumur air tanah bisa langsung mati di tengah jalan. Namun, kondisi ini tidak bisa diterapkan di Jakarta. Ecoli bisa langsung menyergap sumur karena septik dan sumur saling berdekatan. Bahkan berhimpitan.

kontrakan ukuran 2x3 meter bersama dua anaknya. Ria harus merogoh biaya sewa Rp 6 juta per tahun. Rumahnya berada di gang sempit, selebar satu setengah meter. Setiap hari, dia harus rela mencium bau semliwir dari selokan dekat rumahnya.

Dengan gaji suami, ditambah uang hasil kerjanya sebagai tenaga pengajar kursus anak-anak SD, Ria dan keluarga kecilnya bertahan hidup di ibu kota. Meskipun kondisi lingkungan di RW 02 tempat Ria tinggal membuatnya sengsara. Setiap hari Ria harus mencium bau tak sedap yang berasal dari selokan penuh tinja dan sampah di sekitar rumah. Kebetulan selokan itu letaknya hanya 2 meter dari rumah kontrakannya. Sampai-sampai Ria Berdasarkan laporan detik.com, 26 Agustus 2018 lalu, ancaman tinja sudah melarang dua anaknya bermain di depan rumah. sangat mengkhawatirkan. Jakarta seolah dikepung tinja. Tinja mencemari Tak hanya itu, kualitas air tanah dari air dan membawa banyak penyakit. keran membuat Ria makin meringis. Disebutkan, Ria, salah satu warga Tambora, Jakarta Barat, mengaku kaget Sebetulnya ia tak ingin menggunakan air keruh berwarna kecoklatan itu. Tapi dengan kondisi lingkungan di Jakarta. hanya air itu seperti itu yang keluar dari Kondisi ini sangat kontras dengan sumur. Ria hanya menggunakan air tanah kampung halamannya di Klaten, Jawa untuk keperluan mandi, mencuci piring Tengah. Saat di kampungnya dulu, Ria disuguhi pemandangan asri lingkungan. dan baju. Untuk memasak dan minum, ia Segarnya udara, indahnya pemandangan terpaksa membeli air pikulan. sawah, membuat dia semakin betah di “Kotoran warga semua menumpuk di kampung halaman. kali karena dari toilet memang buangnya langsung ke sana. Dari awal memang Demi ikut suami, Ria terpaksa nggak ada septic tank. Di selokan itu, meninggalkan kampung halaman dan kalau lagi penuh-penuhnya sampai ada pergi ke Jakarta. Tinggal di rumah 16 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

"Dari beberapa penelitian, ada kurang lebih dua juta tangki septik di Jakarta. Dan 85 persen diantaranya sudah bocor."

banyak belatung,” ucap Ria dengan muka ketimbang hunian. Biaya sewa memang sangat murah, Rp 200 ribu per bulan. jijik. Tapi pengontrak tidak punya ruangan lain selain untuk merebahkan badan. Warga RW 02 tempat Ria tinggal Sedangkan untuk urusan mandi dan memang kompak membuang hajat di selokan. Bisa dibilang hampir tidak ada buang hajat, mereka menggunakan toilet umum berbayar. Toilet umum ini juga yang memiliki tangki penampungan tinja. Meski dampak pencemaran akibat langsung terhubung dengan selokan. pembuangan tinja serampangan itu telah terasa, warga merasa seakan tak Saking kepingin gratis, ada pula warga yang menghalalkan segala cara untuk peduli. Alasannya sebetulnya masuk membuang tinja. Lurah Duri Utara, di akal. Membangun tangki septik di salah satu perkampungan terpadat se- Denny Aputra menyebutkan, tidak sedikit warga yang Buang Air Besar Asia Tenggara ini memang sulit bukan main. Jarak antar rumah nyaris tak ada. Sembarangan (BABS). Bahkan, ada yang cukup dimasukkan ke dalam plastik Demikian pula lahan kosong. Padahal dan dibuang begitu saja ke pinggir jalan idealnya, jarak tangki septik dengan sumur sumber air tanah tak kurang dari atau kali. Meski demikian, warga telah terbiasa hidup dengan lingkungan 10 meter. tercemar. Di Duri Utara, warga asli Tambora Bahkan, Ria mengalami dampak dari dan para pendatang seperti Ria, hidup berjejal. Satu rumah mungil kadang bisa pencemaran itu. usai melahirkan anak dihuni hingga tujuh keluarga sekaligus. pertama, Dia mengalami radang kulit Beberapa rumah kontrakan beralaskan akibat terpapar air yang tercemar Escherichia coli, salah satu bakteri yang triplek juga lebih mirip kandang

terdapat pada tinja manusia. Menurutnya, saat bayinya berusia 8 bulan dalam kandungan, rumah kontrakannya beberapa hari direndam banjir. Air di kali meluap sehingga membawa banyak sekali kotoran masuk ke dalam rumah. Karena tak bisa diam, ia membantu suaminya membersihkan rumah. Dokter di Puskemas mengatakan, Ria terkena infeksi radang kulit akibat terpapar kotoran manusia. Akibatnya, sekujur tubuh Ria bengkak dan timbul bisul-bisul kecil. Selama 40 hari ia seperti orang lumpuh. Tak hanya Ria, anaknya yang baru lahir, Caca, juga sering sakit-sakitan. Selama sebulan Caca bisa tiga kali bolak balik klinik karena diare dan muntaber. Penyakitnya ini berulangkali kumat hingga Caca duduk di bangku kelas 4 SD. Data dari Puskesmas Kecamatan Tambora tahun 2015 menunjukkan, setiap bulan terjadi sekitar 50 kasus diare di Kelurahan Duri Utara. Kasus diare tertinggi menimpa warga RW 02. Pakar Gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Diana Sunardi, menjelaskan, infeksi akibat mikroba E. coli dapat terjadi ketika orang mengkonsumsi makanan atau air yang tidak disterilkan. Penyakit ini sebetulnya mudah diobati dan dapat dicegah dengan kebiasaan hidup bersih. “Diare biasanya bisa pulih dalam waktu seminggu, tapi kalau sistem kekebalan tubuh sedang menurun, bisa berakibat kematian. Makanya dianjurkan cuci tangan sebelum makan. Dan jika terpaksa mengkonsumsi air tanah atau sumur, satu-satunya cara menghilangkan bakteri adalah dengan dimasak sampai mendidih,” kata Diana. 18 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Off Site & On Site Melihat kondisi di atas, pemerintah pun tak tinggal diam. PD PAL Jaya terus berupaya mengolah limbah dengan baik. Termasuk limbah domestik yang berasal dari rumah tangga. Pihaknya pun mensosialisasikan budaya hidup sehat kepada warga Ibukota.

tinja mentransferkannya ke tempat pengolahan. Di Jakarta ada dua tempat pengolahan limbah on site, yakni di Pulogebang, Jakarta Timur dan Duri Kosambi Jakarta Barat. Kedua tempat ini dinamai Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

Direktur Utama PD PAL Jaya, Subekti memaparkan, pengolahan limbah di Jakarta itu dilakukan dengan dua pendekatan. Yakni, pengolahan limbah perpipaan dan non perpipaan. Limbah perpipaan merupakan pengolahan limbah dari sumbernya dialirkan melalui pipa untuk diolah. Sistem sering disebut dengan sistem terpusat atau dikenal sistem off site. Dengan kata lain, Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPAL DT).

Diakui atau tidak, masih banyak juga masyarakat yang membuang limbahnya langsung ke sungai melalui selokan. Tanpa diolah terlebih dahulu. Idealnya, setiap rumah memiliki tangki septik untuk menampung limbah domestik. Maka tak heran, sistem pengolahan on site ini paling banyak digunakan di tanah air, termasuk Jakarta.

Sedangkan limbah non perpipaan atau on site, dikenal juga Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPAL D-S) merupakan sistem pengolahan dengan sarana truk tinja sebagai alat sedot tinja yang dikumpulkan warga pada tangki septik. Dari tangki septik rumah tangga, truk 20 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

Setiap 3-4 tahun sekali, tangki septik ini harus disedot atau dikuras agar limbahnya tidak bocor. Limbah yang disedot dengan truk tinja ini akan dikirim ke IPLT untuk diolah. Dari IPLT itu keluar produk padat dan cair. Produk padat bisa berupa pupuk atau bahan bakar briket, sejenis batubara. Sedangkan cairan harus sudah layak buang ke lingkungan.

Di Jakarta ada dua IPLT, yakni Duri Kosambi di Jakarta Barat dan Pulogebang di Jakarta Timur. Kapasitas total kedua IPLT itu mencapai 1800 meter kubik per hari. Namun, kapasitas ini masih sangat idle atau belum terpakai sepenuhnya karena limbah yang diterima dari truk masih sangat sedikit. Setiap harinya, truk tinja baik milik swasta maupun truk PD PAL Jaya, hanya ada 150 truk per hari. Atau setara kapasitas 300 meter kubik per hari. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya warga yang sadar akan pentingnya sedot tinja. Dari 150 truk tinja ini, PD PAL Jaya hanya mengoperasikan 15-20 truk setiap harinya. Meskipun, jumlah truk yang dimiliki PD PAL Jaya mencapai 31 unit. Sisanya, layanan jasa sedot tinja dilakukan oleh swasta. Berdasarkan pengalaman supir truk tinja, seperti diberitakan detik.com, tidak sedikit supir truk tinja yang nakal. Pembuangan limbah tidak dilakukan di IPLT, melainkan langsung ke sungai. Tardi, misalnya. Dulu, mantan supir truk tinja yang direkrut menjadi tenaga harian lepas di Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) PD PAL Jaya ini, mengaku sering membuang limbah langsung ke sungai. Bersama temannya, Sarwo, muatan truk berisi tinja itu dialirkan ke anak Kali Ciliwung. Lebih dari 10 tahun Tardi dan kawannya 22 | Membangun Peradaban Baru Itu Tugas Kami

membuang tinja hasil sedotan langsung ke kali. Aksinya itu tak pernah ketahuan, karena dibuang saat sepi. Seharusnya, tinja hasil sedotan dari septic tank milik warga memang tak boleh begitu saja dibuang ke sungai. Dan Tardi bukan satusatunya sopir truk tinja yang nakal di kota sebesar Jakarta ini. Ada kalanya pula Tardi harus membuang muatan di siang hari. Biasanya kepepet karena orderan sedot tinja sedang membeludak. Caranya, ia memasang tanda segitiga berwarna merah di belakang truk seolah mogok. Padahal diam-diam selang penuh tinja sedang digelontorkan ke sungai. Tak jarang, Tardi pun langsung membuang ke badan jalan saat musim hujan. Tidak akan ada yang curiga, apalagi jika hujannya cukup deras. Ulah sopir-sopir...


Similar Free PDFs