Carpal Tunnel Syndrome .pdf PDF

Title Carpal Tunnel Syndrome .pdf
Author Patricia Apriani
Pages 6
File Size 242.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 288
Total Views 775

Summary

CARPAL TUNNEL SYNDROME Tugas SST 2018 Review Jurnal Patricia ABSTRAK CTS disebabkan adanya disfungsi dari saraf medianus yang terjadi karena peninggian tekanan di dalam terowongan karpal. Gejala yang khas seperti : nyeri, parestesia, mati rasa atau sensasi seperti tertusuk-tusuk saat pulih dari kese...


Description

CARPAL TUNNEL SYNDROME Tugas SST 2018 Review Jurnal Patricia

ABSTRAK

CTS disebabkan adanya disfungsi dari saraf medianus yang terjadi karena peninggian tekanan di dalam terowongan karpal. Gejala yang khas seperti : nyeri, parestesia, mati rasa atau sensasi seperti tertusuk-tusuk saat pulih dari kesemutan dalam distribusi saraf medianus tangan, dan biasanya di ibu jari telunjuk dari jari tengah serta bagian radial-radial jari manis. Terowongan karpal didefinisikan sebagai ruang yang dalam Ligamentum Carpal Transversus, yang membentang dari jauh hook of hamate dan triquetrum ke scaphoid dan trapezium secara radial, dan berbatasan dengan posterior oleh tulang karpal. Latihan neural stretching merupakan tindakan penguluran pada sistem saraf. Tindakan ini sesungguhnya tidak hanya mengulur saraf saja melainkan juga membantu mengembangkan gerakan jaringan sepanjang saraf melalui gerak sendi dalam hal ini terutama pergelangan tangan, tangan, sendi siku dan shoulder girdle.

Pendahuluan CTS disebabkan adanya disfungsi dari saraf medianus yang terjadi karena peninggian tekanan di dalam terowongan karpal. Gejala yang khas seperti : nyeri, parestesia, mati rasa atau sensasi seperti tertusuk-tusuk saat pulih dari kesemutan dalam distribusi saraf medianus tangan, dan biasanya di ibu jari telunjuk dari jari tengah serta bagian radial-radial jari manis (Basuki dkk, 2015). Carpal tunnel syndrome adalah gangguan umum dengan gejala yang melibatkan nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap kompresi dan cedera di telapak tangan dan pergelangan tangan, di mana dibatasi oleh tulang pergelangan tangan (karpal) dan ligamentum karpal transversal. CTS merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi sensoris atau motoris, paling sering terjadi pada orang dewasa di atas 30 tahun, khususnya perempuan (Salawati dan syahrul, 2014). Diperkirakan prevalensi CTS di antara populasi adalah antara 4% dan 5%, terutama yang mempengaruhi individu antara 40 dan 60 tahun. Pada tahun 2008, 127.269 individu berusia 20 tahun ke atas dioperasikan untuk mengobati CTS. di Prancis metropoli-tan, mewakili kejadian 2,7 / 1000 (perempuan: 3,6 / 1000; laki-laki: 1,7 / 1000). Ada dua frekuensi

puncak: yang pertama dan lebih tinggi dari mereka antara 45 dan 59 tahun (75% perempuan ); dan yang kedua antara 75 dan 84 tahun atau 64% perempuan (Chammas dkk, 2014).

Anatomi Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Di dalam terowongan tersebut terdapat saraf medianus yang berfungsi menyalurkan sensori ke ibu jari, telunjuk dan jari manis serta mempersarafi fungsi otot-otot dasar sisi dari ibu jari/otot tenar (Salawati dan syahrul, 2014).

Gambar 2.1 Anatomi terowongan karpal (Salawati dan syahrul, 2014)

Terowongan karpal didefinisikan sebagai ruang yang dalam Ligamentum Carpal Transversus, yang membentang dari jauh hook of hamate dan triquetrum ke scaphoid dan trapezium secara radial, dan berbatasan dengan posterior oleh tulang karpal. Terowongan Carpal berisi median saraf dan sembilan tendon fleksor: Flexor Digitorum Profundus (FDP) dan Flexor Digitorum Superfisialis (FDS) tendon ke indeks, tengah, cincin dan kecil jari, bersama dengan Flexor Pollicis Longus (FPL) urat daging. Ligamentum karpal transversus (TCL) memiliki variabel kedalaman 10 to 13 mm dan tekanan normal 2,5 mmHg dalam terowongan carpal. (Sardana dan Ojha, 2016).

Selain saraf medianus, di dalam terowongan tersebut terdapat pula tendon-tendon yang berfungsi untuk menggerakkan jari-jari. Proses inflamasi yang disebabkan stres berulang, cedera fisik atau keadaan lain pada pergelangan tangan, dapat menyebabkan jaringan di sekeliling saraf medianus membengkak. Lapisan pelindung tendon di dalam terowongan karpal dapat meradang dan membengkak. Bentuk ligamen pada bagian atas terowongan karpal menebal dan membesar. Keadaan tersebut menimbulkan tekanan pada serat-serat saraf medianus sehingga memperlambat penyaluran rangsang saraf yang melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul rasa sakit, tidak terasa/kebas, rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan jari-jari selain kelingking (Salawati dan syahrul, 2014).

Etiologi dan Faktor Risiko Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah CTS. Salawati dan syahrul (2014) pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya risiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS. Mekanisme patofisiologis terjebaknya saraf medianus adalah berbeda antara pekerja dan bukan pekerja. Penyebab CTS menjadi 3 faktor, yaitu: (1) faktor intrinsik, (2) faktor penggunaan tangan (penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi dan penggunaan tangan yang berhubungan dengan pekerjaan), (3) faktor trauma. Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit atau kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang merupakan faktor intrinsik yang dapat menimbulkan CTS adalah: (a) perubahan hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormon estrogen pada menopause, dapat berakibat retensi cairan dan menyebabkan pembengkakan pada jaringan di sekeliling terowongan karpal, (b) penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialisis yang berlangsung lama, penyakit multiple myeloma, Walderstroom’s macroglobulinemia, limphoma non Hodgkin, acromegali, virus (human parvovirus), pengobatan yang berefek pada sistem imun (interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah (warfarin), (c) kegemukan (obesitas), (d) keadaan lain seperti merokok, gizi buruk dan stres, (e) adanya riwayat keluarga dengan CTS, dan (f) jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita mempunyai risiko mendapat CTS lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki. CTS yang terjadi oleh karena penggunaan tangan karena hobi atau pekerjaan adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam terowongan karpal. Penggunaan

tangan yang berhubungan dengan hobi, contohnya adalah pekerjaan rumah tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian dan olah raga5. CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kegiatan yang membutuhkan kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan pergelangan tangan, terutama jika faktor risiko potensial tersebut muncul secara bersamaan misalnya: 1) Penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan, 2) penggunaan tangan berulang dikombinasikan dengan beberapa unsur kekuatan terutama untuk waktu yang lama, 3) konstan dalam mencegkeram benda, 4) memindahkan atau menggunakan tangan dan pergelangan tangan terhadap perlawanan atau dengan kekuatan, 5) menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk getaran teratur yang kuat, 6) tekanan biasa atau intermiten pada pergelangan tangan.

Diagnosis Tes spesifik dengan menggunakan beberapa tes diantaranya: 1) Tes Tinel: tes positif jika pasien merasakan pares-thesia dengan perkusi manual pada permukaan palmar pergelangan tangan pada tingkat saraf median. Sensitivitasnya adalah antara 26 dan 79% dan spesifitasnya adalah antara 40 dan 100%, 2) Tes phalen: tes positif jika, selama melakukan maksimal aktif fleksi pergelangan tangan selama 1 menit (siku memanjang), paresthesia muncul di area saraf median. Waktu yang dibutuhkan untuk gejala muncul (dalam detik) dicatat. Sensitivitas antara 67 dan 83% dan spesifisitas antara 47 dan 100%, 3) Tes Paley dan McMurphy: 60 tanda positif jika tekanan manual mendekati saraf median (antara 1 dan 2 cm secara proksimal ke lipatan fleksi pergelangan tangan ) memicu rasa sakit atau pares-thesia. Sensitivitasnya adalah 89% dan spesifitasnya adalah 45%, 4) Tes kompresi dengan pergelangan tangan tertekuk: Penekanan ditekankan menggunakan dua jari pada median daerah terowongan karpal, dengan pergelangan tangan tertekuk pada 60◦, siku memanjang dan lengan bawah. Tes positif jika paresthesia muncul di saraf median (Chammas dkk, 2014). Sardana dan Ojha (2016) menambahkan untuk tes spesifik atau pemeriksaan fisik sebagai tes provokatif untuk CTS adalah sebagai berikut: 1) Tes kompresi medianus (Durkan’s test) Nyeri atau parestesia berkembang dalam 30 detik menerapkan tekanan pada ligamen karpal transversus, 2)

Tes elevasi tangan Nyeri atau parestesia terjadi ketika pasien

menimbulkan keduanya overhead tangan selama 60 detik. Menggabungkan hasil manuver provokatif mungkin meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas. Hasil positif dalam baik tes kompresi saraf Phalen dan Median, misalnya, memiliki sensitivitas dan spesifisitas kolektif dari 80% dan 92%.

Selain tes di atas aada juga beberapa tes untuk memprovokasi CTS diantaranya; a) Flick's sign, Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak- gerakkan jarijarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud; b) Thenar wasting, Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar; c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam; d) Wrist extension test, Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS; e) Torniquet test, Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa (Salawati dan syahrul, 2014).

Penanganan Pilihan manajemen untuk rentang CTS dari non-bedah dapat menggunakan latihan dengan fisioterapis diantaranya latihan neural stretching. Latihan neural stretching merupakan tindakan penguluran pada sistem saraf. Tindakan ini sesungguhnya tidak hanya mengulur saraf saja melainkan juga membantu mengembangkan gerakan jaringan sepanjang saraf melalui gerak sendi dalam hal ini terutama pergelangan tangan, tangan, sendi siku dan shoulder girdle. Latihan neural stretching diperlukan akibat adanya tekanan pada nervus medianus di carpal tunnel di mana terjadi nyeri pergelangan tangan, keterbatasan gerakan saraf dan fleksibilitasnya. Pada latihan neural stretching akan terjadi perbaikan saraf yaitu akan terjadi pain-free movement melalui mekanisme : (1) pembebasan iritasi neural perifer non acute, (2) peningkatan kelenturan neural, (3) normalisasi mikrosirkulasi neural, (4) koreksi postural, (5) mobilisasi sendi, dan jaringan lunak, (6) pemulihan fungsi dengan memulihkan gerakan secara penuh tanpa ada keluhan nyeri dalam kontrol postural yang ideal/normal, (7) dan sebagai suatu bentuk terapi untuk patomekanik/patodinamik jaringan saraf atau jaringan interface. Pada penelitian eksperimen pada nyeri schiatica yang dilakukan Gladson et al (2009) di Brasil, diilaporkan bahwa stretching statis dan mobilisasi saraf schiatica ternyata lebih efektif dibandingkan dengan terapi stretching statis saja. Hal ini menunjukkan bahwa mobilisasi saraf termasuk neural stretching memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri saraf. Penelitian

tentang neural stretching ini telah dilakukan oleh Ellis and Hing (2008) yang menyoroti kekurangan dalam hal kuantitas dan kualitas dari penelitian yang berhubungan dengan neural stretching. Analisis kualitatif dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada bukti yang terbatas untuk mendukung penggunaan penguluran ataupun mobilisasi saraf (Zuhri dan Trisnowiyanto, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Rochman; Jenie, M. Naharuddin, dan Fikri, Zimamul. 2015. Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang; hal 1-7 Chammas, Michel; Boretto, Jorge ; Burmann, Lauren, Marquardt; Ramos, Renato, Matta; Francisco Carlos dos Santos Neto, Jefferson Braga Silva . 2014. Carpal tunnel syndrome – Part I (anatomy, physiology, etiology and diagnosis). revbrasortop;4 9(5):429–436 Salawati, Liza dan Syahrul. 2014. Carpal Tunel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Volume 14: hal 29-37 Sardana, Vijay dan Ojha, Piyush. 2016. Carpal Tunnel Syndrome: Current Review. International Journal of Medical Research Professionals;2(1); 8-14 Zuhri, Saifudin dan Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Latihan Neural Stretching Dan Penurunan Nyeri Penderita Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan; Jilid 1:hal. 61-66...


Similar Free PDFs