FUNDAMENTAL MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAH YUSUF PDF

Title FUNDAMENTAL MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAH YUSUF
Author Ainur Bayinah
Pages 20
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 421
Total Views 842

Summary

FUNDAMENTAL MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAH YUSUF Ai Nur Bayinah1 Abstract Islamization of science including those related to the economy should continue intensified. This process is not just labeling, but rather to return to the original scientific treasures. In order that knowled...


Description

Accelerat ing t he world's research.

FUNDAMENTAL MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAH YUSUF Ainur Bayinah

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

FACING CRISIS WIT H RELIABILIT Y RISK MANAGEMENT : LESSONS LEARNED FROM T HE ST ORY… Ainur Bayinah BAB I&II Mat eri Buku Manajemen Perspekt if Islam Must ika Ai POLIT IK HUKUM EKONOMI ISLAM (St udi Analisis t ent ang Agenda Ekonomi Part ai Keadilan Sejaht era Iqbal Aziz

FUNDAMENTAL MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAH YUSUF Ai Nur Bayinah1

Abstract Islamization of science including those related to the economy should continue intensified. This process is not just labeling, but rather to return to the original scientific treasures. In order that knowledge back to the goal and provide optimum benefit to the community. This paper tries to elaborate it, by focusing on the fundamentals of financial management assessment for the development of financial management science forward in line with the basic aim of science, which provides the greatest beneficiaries of the faithful. Using literature-based studies related interpretations surah Yusuf, this paper is expected to give some idea about basic financial management in Islamic perspective which can be followed up by further research.

Keywords: Financial Management, Sharia Perspective, Islamic Finance, Surah Yusuf.

1. PENDAHULUAN Seiring dengan makin berkembangnya implementasi ekonomi Islam dalam bentuk lahirnya institusi-institusi yang secara operasional berusaha untuk menjaga nilai-nilai Syariah dalam kegiatannya, kajian dan pengembangan teori serta keilmuan pendukung perkembangan entitas syariah tersebut juga semakin digencarkan. Lembaga-lembaga bisnis dan keuangan syariah yang mulai marak hadir di awal abad 20-an ini tentu sangat membutuhkan acuan dan arahan dari sisi akademis mengenai pelaksanaan dan pengelolaan bisnis dan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan syariah. Salah satu teori dan kajian yang sangat dibutuhkan para praktisi terutama yang banyak bergelut dengan pelayanan jasa keuangan adalah pengembangan keilmuan tentang manajemen 

Dosen Tetap dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Syariah STEI SEBI. Dipublikasikan dalam SEBI Islamic Economics & Finance Journal. Vol 05. No.1. Oktober 2013/14 Dzulhijjah 1434 H. ISSN 1693-5004.

1

keuangan. Sebab kajian mengenai hal tersebut merupakan unsur penting yang senantiasa menjadi kebutuhan setiap pengambil keputusan mengenai pengelolaan keuangan yang dihadapinya. Dalam tataran teoritis, saat ini pembahasan dalam buku-buku teks manajemen keuangan seringkali masih menghubungkan proses pengambilan keputusan keuangan dengan pertimbangan dasar bunga. Dalam beberapa kajian, baik dalam bentuk keputusan investasi maupun pendanaan, jangka pendek dan jangka panjang selalu dikaitkan dengan unsur bunga, meskipun telah jelas difatwakan keharamannya. Acuan bungan yang saat ini seperti tidak bisa dihindari tersebut masih mendominasi dalam hampir seluruh kajian manajemen keuangan. Sehingga menimbulkan sejumlah keraguan yang cukup mendalam bagi para civitas akademika, khususnya mengenai eksistensi manajemen keuangan syariah. Apakah masih perlu mempelajari teori dan praktik manajemen keuangan sebagai unsur penunjang pengelolaan keuangan bagi pengelola institusi keuangan syariah ditengah bahasannya yang selalu berkutat interest. Hal ini tidak jarang mengundang keraguan mengenai relevansi pengembangan keilmuan bidang tersebut sebagai salah satu objek kajian pendukung pengembangan ilmu ekonomi syariah. Meskipun begitu di sisi lain, Allah SWT sangat menekankan pentingnya manajerial yang rapih dan professional dalam segenap kegiatan setiap Muslim. Tak terkecuali kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukannya. Namun bagaimana realitas pengelolaan keuangan yang dicontohkan sejatinya, apakah ada dan bagaimana dasar-dasar manajemen keuangan dibentuk dalam perspektif syariah. Paper ini mencoba untuk menggali khazanah syariah yang terkait dengan pengkajian dan implementasi hal tersebut dalam bentuk kajian pustaka yang secara spesifik menelusuri kisah dan sejarah terdahulu dalam kitab-kitab klasik khususnya kitab tafsir para ulama. Untuk memperoleh gambaran yang mendalam secara khusus paper ini mengeksplorasi pelaksanaan manajemen keuangan yang dilakukan oleh Nabi Yusuf „alaihissalam dan keluarganya yang menjadi kisah monumental saat beliau „alaihissalam mengajukan diri menjadi bendahara Negara (treasurer) yang merupakan salah satu jabatan dari seorang pengelola keuangan (financial manager). Di mana tugas utama beliau „alaihissalam adalah menganalisis dan memprediksi kejadian di masa mendatang (forecasting) dan melakukan perencanaan (financial planning) untuk mengatasi krisis pangan yang saat itu sedang dikhawatirkan pemerintah.

Penelusuran kisah Nabi Yusuf „alaihissalam dalam kitab-kitab tafsir terkait dengan kisah tersebut akan coba digali dalam paper ini. Sebagai landasan untuk mengetahui bagaimana kajian fundamental terkait manajemen keuangan terjadi pada masa lampau dan relevansinya dengan konteks kesyariahan yang ingin diterapkan dalam institusi-institusi syariah saat ini. Sebagai kisah yang diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an, diharapkan kajian ini dapat menjadi pijakan bagi pengembangan penelitian selanjutnya, dengan mengambil tema “Fundamental Manajemen Keuangan dalam Perspektif Tafsir Surah Yusuf”. 2. TINJAUAN PUSTAKA Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kajian tafsir surah Yusuf dan kaitannya dengan fundamental manajemen keuangan, berikut paparan teoritis mengenai konsep manajemen keuangan secara umum. Sehingga diharapkan pada saat pembahasan, pembaca telah mendapat informasi mengenai disiplin ilmu manajemen keuangan terlebih dahulu.

2.1. Disiplin Manajemen Keuangan Disiplin ilmu keuangan menurut Atmaja (2008, 1-4) senantiasa memperhatikan dua hal pokok yang utama yaitu (1) penilaian dan (2) pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan pandangan akuntansi tentang kondisi keuangan di masa lalu dan saat ini, keuangan mengkonsentrasikan diri pada pertanyaan: “What do we do now?” dan “Where do we go from here?”. (Atmaja, 2008: 1). Adapun keputusan keuangan (financial decision) yang dimaksud dalam manajemen keuangan, biasanya fokus pada bidang keuangan perusahaan (corporate finance). Seperti terkait keputusan investasi untuk membeli aktiva tetap (sebagai keputusan keuangan jangka panjang) atau peningkatan modal kerja (dalam pertimbangan keputusan keuangan jangka pendek); maupun pertimbangan struktur modal dalam pendanaan jangka panjangnya. Karir di bidang keuangan meliputi manajer keuangan (baik sebagai eksekutif seperti bendahara (treasurer), Pengawas (controller), atau Direktur Keuangan (Chief Financial Officer)), Investor, Pengelola dana (fund managers), atau bankir. Di mana pekerjaan pokoknya di antaranya adalah mendapatkan dan mengelola dana, serta memeriksa apakah dana tersebut telah digunakan secara efisien, termasuk penganggaran, akuntansi dan audit.

2.2. Tujuan Manajemen Keuangan

Teori-teori di bidang keuangan perusahaan, menurut Atmaja (2008: 4-5) memaparkan bahwa Manajemen Keuangan perusahaan memiliki satu fokus tujuan. Yakni

bagaimana

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan (wealth of the shaeholders). Di mana tujuan normatif ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan (atau sama dengan harga pasar saham (market value of the firm)) dengan asumsi bahwa pemegang saham akan makmur jika kantongnya bertambah tebal. Di mana V=D+E, V adalah Value atau nilai perusahaan, D yakni Debt atau hutang perusahaan, dan E adalah Ekuitas atau modal yang dimiliki. Jika D tetap, V naik, maka E ikut naik. Sehingga, jika harga pasar saham (nilai perusahaan) naik, otomatis Modal (E) per lembar saham juga akan naik. Namun tujuan normatif ini seringkali bermasalah dengan kepentingan pelaksana operasi perusahaan (secara pribadi) karena timbulnya Agency Problems. Block (1996: 11-12) menambahkan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan utama dari pelaksanaan manajemen keuangan, meliputi : 1. Pendekatan Penilaian (valuation approach); pendekatan ini menekankan bahwa bagaimana menggunakan laba (profit) perusahaan itu lebih penting untuk mensetting tujuan bagi perusahaan.2 2. Memaksimumkan Kekayaan Pemegang Saham (maximizing shareholder wealth); mlalui pencapaian nilai tertinggi yang mungkin diraih oleh perusahaan. 3. Tanggung Jawab Sosial dan Perilaku Etis (Social Responsibility and Ethical Behavior); dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan yang memaksimumkan nilai perusahaan di pasar, perusaah dapat menarik modal, membuka tenaga kerja, menawarkan keuntungan kepada masyarakat. Hal ini merupakan kekuatan dasar sebuah system perusahaan swasta.

2.3. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Ruang lingkup manajemen keuangan menurut Mardiyanto (2008) meliputi tiga aktivitas utama, yakni:

2

Block berpendapat: the ultimate measure of performance is not what we earned but how the earnings are valued by investor. In analyzing the firm, the investor will also consider the risk inherent in the firm‟s operation, the time pattern over which the firm‟s earning increase or decrease, the quality and reliability of reported earnings, and many other factors. Dalam Stanley B. Block, Geoffrey A Hirt. Foundations of financial management.. 8th ed. United States of America: The Irwin Series in Finance. 1996. h.11

1. keputusan keuangan, yaitu semua keputusan manajerial yang dilakukan untuk mencari dana bagi perusahaan, yang mengungkapkan seberapa besar proporsi utang dan ekuitas perusahaan. 2. keputusan investasi, yakni

segala keputusan manajerial

yang dilakukan untuk

mengalokasikan dana pada berbagai macam aset yang hendak dimiliki perusahaan. Dari perspektif keuangan, investasi yang baik adalah yang memiliki nilai sekarang bersih positif melebihi biayanya3 3. kebijakan dividen, artinya seluruh kebijakan manajerial yang dilakukan untuk menetapkan berapa besar laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa besar laba bersih yang tetap ditahan (retained earning) untuk cadangan investasi tahun depan. Sementara Horne and Wachosicz (2007) menambahkan keputusan manajemen aset sebagai area pengambilan keputusan dalam manajemen keuangan lainnya.

2.4. Aksioma dalam Manajemen Keuangan Untuk memahami manajemen keuangan, Keown, et.al (1996: 15-24) memberikan arahan untuk mengetahui 10 (sepuluh) aksioma yang mendasari ilmu manajemen keuangan, yakni: 1. The Risk-Return Tradeoff – Di mana secara umum kita tidak akan mengambil risiko tamabahan kecuali hal tersebut akan terkompensasi dengan keuntungan tambahan pula. 2. The Time Value of Money – Hal ini memberikan gambaran bahwa setiap uang yang diterima hari ini lebih baik daripada uang yang diterima nanti. 3. Cash – Not Profits – is King : Arus kas (cash flows) digunakan untuk mengukur kekayaan atau nilai, bukan keuntungan secara akuntansi 4. Incremental Cash Flows – Hal ini mencerminkan apa yang akan terjadi jika diambil keputusan Ya atau Tidak. Perubahan apa yang akan terjadi. 5. The Curse of Competitive Markets – Hal ini menjelaskan mengapa sangat sulit untuk menentukan pilihan atas proyek-proyek yang menguntungkan. Tugas manajer keuangan adalah untuk menciptakan kekayaan, karenanya harus mengamati secara intens terhadap mekanisme penilaian dan pengambilan keputusan (the mechanics of valuation and decision making). 3

Harvard Business Review dalam James C. Van Horne and Jhon M. Wachosicz, JR.. 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12 Buku 2, penerjemah: Dewi Fitriasari, M.Si. dan Deny Arnos Kwary, M.Hum. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, h. 46

6. Efficient Capital Markets – Yakni paradigma bahwa pasar telah berjalan dengan baik, berjalan cepat dan harganya tepat. 7. The Agency Problem – Aksioma ini menjelaskan bahwa manager tidak akan bekerja untuk pemilik perusahaan kecuali jika hal tersebut juga bermanfaat bagi kepentingannya. 8. Taxes bias Business Decisions – Manajer keuangan perlu memperhatikan dampak dari pajak. Karenanya arus kas yang dipertimbahkan adalah arus kas setelah pajak (after-tax incremental cash flows to the firm as a whole). 9. All Risk is Not Equal – Beberapa risiko dapat dipecah (diversified Away), namun beberapa lainnya tidak bisa. 10. Ethical Behaviour is Doing the Right Thing, and Ethical Dilemmas are Everywhere in Finance. Perilaku tidak etis (unethical behavior) akan menurunkan kepercayaan, dan tanpa kepercayaan, bisnis tidak akan berjalan. Selanjutnya, kerusakan terparah dalam bisnis adalah hilangnya kepercayaan publik dalam standar etisnya. Aksioma-aksioma tersebut memberikan logika dibalik pelaksanaan manajemen keuangan, serta memberikan arahan bagaimana implikasi-implikasi ekonomi akan terjadi pada setiap pengambilan keputusan yang dilaksanakan (it is constant and is rooted in these ten axioms).

2.5. Tafsir Ilmiah terhadap Al-Qur’an Selain memaparkan tentang konsep disiplin ilmu manajemen keuangan, pada tataran kajian teoritis paper ini juga disajikan mengenai tafsir ilmiah Al-Qur’an. Sebab dalam pengkajiannya, paper ini mencoba menggali dari kitab-kitab tafsir untu memperoleh gambaran yang jelas mengenai makna yang tercantum dalam surah yang sedang dikaji. Adapun metode penafsiran yang terbaik menurut Ar-Rifa’i (1999: 43-44) adalah penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Kemudian Al-Qur’an dengan As-Sunnah. Rasulullah saw. bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur‟an dan sesuatu yang serupa dengannya, (yaitu As-Sunah).” Apabila Anda tidak dapat menafsirkan Al-Qur’an dengan Sunnah maka merujuklah kepada pendapat para sahabat r.a.. Mereka lebih mengetahui hal itu sebab mereka melihat fakta dan kondisi kejadian Sunnah. Mereka memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih, dan amal saleh. Adapun kajian paper ini bukanlah yang dimaksud dengan tafsir Al-Qur’an. Melainkan upaya menggali kajian hasil tafsir Al-Qur’an untuk dielaborasi kepada isu-isu kontemporer yang

relevan dari sisi penelusuran ilmiah atas ayat-ayat Al-Qur’an yang dikaji. Tafsir ilmiah terhadap Al-Qur’an sendiri menurut Al-Qaradhawi (2002: 37) merupakan visi penafsiran baru pada masa ini. yakni penafsiran yang menggunakan perangkat ilmu-ilmu alam kontemporer, yaitu penemuan-penemuan dan teorinya untuk menjelaskan makna serta pengertian dari suatu ayat atau beberapa ayat yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. termasuk di dalamnya adalah ilmu-ilmu sosial. meskipun kebanyakan dari penggagas dan pelopor visi penafsiran ini bukanlah para ulama ahli agama dan syariat4.

3. METODE PENELITIAN Dengan menggunakan studi literatur, paper ini mencoba mengeksplorasi kisah Nabi Yusuf „alaihissalam dengan pendekatan kajian manajemen keuangan dari kitab-kitab tafsir para ulama. Menelusuri setiap jejak kejadian dalam kisah tersebut dengan alur penelitia berikut: Bagan 1. Alur Penelitian Fundamental Manajemen Keuangan Syariah

Prinsip-Prinsip Syariah

Fundamental Manajemen Keuangan

Kajian Tafsir Surah Yusuf

Analisis

Studi Literatur - Eksistensi Manajemen Keuangan - Tujuan Manajemen Keuangan - Prinsip Manajemen Keuangan

Kesimpulan

4. PEMBAHASAN Kajian ini mengambil surah Yusuf sebagai bahan acuan sebab di dalamnya terdapat kisah yang secara khusus berisi nilai-nilai yang relevan dengan pengembangan kajian manajemen

4

Yusuf AL-Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer 3; Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, Masturi IRham, Ahmad Ikhwani, Atik Fikri Ilyas, Cet. 1, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 37.

keuangan dalam perspektif Syariah. Sebagai kisah yang secara spesial diabadikan dalam AlQur’an, kajian ini dianggap penting untuk mengungkap bagaimana sebenarnya pengelolaan keuangan itu sebenarnya ditujukan. Karena sebagaimana termaktub dalam sebab turunnya (asbabunnuzul) yang menceritakan latar belakang historis turunnya ayat tersebut menjelaskan urgensi kisah ini sebagai kisah penting yang patut menjadi pelajaran bagi segenap umat.  

























  

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”

Dijelaskan dalam sebuah riwayat, bahwa turunnya ayat ini karena para sahabat meminta kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah bagaimana jika tuan mengisahkan sesuatu kepada kami?”. Maka Allah SWT menurunkan ayat tersebut di atas, yang menegaskan bahwa di dalam al-Qur’an sudah terdapat kisah-kisah yang baik sebagai teladan bagi kaum mukminin.5 Terkait dengan manajemen keuangan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa disiplin ilmu keuangan selalu fokus memperhatikan dua hal penting, yakni penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan tafsir surah Yusuf yang hendak diangkat dalam paper ini tentu masih diingat kisah monumental Nabi Yusuf „alaihissalam saat diminta untuk melakukan penilaian6 atas kekhawatiran al-Azis Mesir mengenai mimpinya yang tertuang dalam surah Yusuf ayat 43.











     

5

6







Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Mardhwaih yang bersumber dari Ibnu Mas’ud. Dalam H.A.A. Dahlan, dkk, Asbabun Nuzul, Latar Belakan Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur‟an, edisi kedua, Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000, h.295-296. Tindakan ini dinamakan penilaian dalam konteks manajemen keuangan, sebagaimana disebutkan Sundjaja dan Barlian (2001: 55) bahwa penilaian merupakan proses yang menghubungkan risiko dan tingkat pengembalian untuk menentukan nilai dari suatu sumber daya (aset).









     

 

Yang artinya: “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi."

Meskipun ini hanya sebuah mimpi, namun sejatinya ini bukanlah mimpi kosong. Melainkan semacam peramalan (forecasting). Sebagaimana dipaparkan Dahlan (2000: 858) bahwa Imam Ahmad meriwayatkan dari Muawiyah bin Hamdan dari Nabi Muhammad Saw, bahwa “Mimpi bagi seseorang merupakan ramalan selama ia belum ditabir. Bila ditabir, maka ia menjadi kenyataan.” (HR. Ahmad). Menghadapi hal ini, Nabi Yusuf „alaihissalam memberikan penilaiannya sebagai bentuk analisisnya dengan memberikan pendapat yang dijadikan pertimbangan oleh al-Azis dalam mengambil keputusan ke depan. Beliau „alaihissalam berpendapat, setelah para ahli analisis lainnya menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang penting (baca: hanya mimpi kosong), bahwa pemerintah perlu melakukan perencanaan keuangan dalam masa atau kondisi perekonomian normal untuk menjaga keamanan keuangan pada masa krisis. Sebagaimana tergambar dalam kisah pada ayat berikutnya (44-49):

      







    

 







  

    
...


Similar Free PDFs