Title | HOTS (Higher Order Thingking Skill |
---|---|
Author | Pajar Purnomo |
Pages | 108 |
File Size | 8.4 MB |
File Type | |
Total Downloads | 405 |
Total Views | 597 |
Penilaian Pembelajaran HOTS (Higher Order Thingking Skill) i Prakata Tiada kata yang dapat terangkai untuk mewakili sebuah perasaan bahagia saat menyelesaikan buku ini. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, segala halangan dan rintangan tidak akan mampu dilalui tanpa jalan terang yang ...
Accelerat ing t he world's research.
HOTS (Higher Order Thingking Skill Pajar Purnomo Candradimuka Pers SMA Negeri 1 Kroya
Cite this paper
Downloaded from Academia.edu
Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles
Related papers Pengembangan HOT S Salmaa Ainun
. Modul Penyusunan Soal HOT S Sejarah Indonesia Andre Syahbana Modul Penyusunan Soal HOT S Endang Ma'mun
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
Penilaian Pembelajaran
HOTS (Higher Order Thingking Skill)
i
Prakata Tiada kata yang dapat terangkai untuk mewakili sebuah perasaan bahagia saat menyelesaikan buku ini. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, segala halangan dan rintangan tidak akan mampu dilalui tanpa jalan terang yang ditunjukkan dan digariskan-Nya. Atas rahmat-Nyalah sehingga penulis mampu menyelesaikan buku berjudul Penilaian
Pembelajaran HOTS (Higher Order Thingking Skill) tepat waktu. Penulisan buku dapat diselesaikan tepat waktu karena dukungan dari Coach, Mentor, dan rekan guru dari SMA Negeri 1 Kroya. Revolusi industri 4.0 mempengaruhi berbagai macam aspek, termasuk aspek dunia pendidikan. Pada ere ini, peserta didik diharapkan mampu untuk menguasai empat kompetensi yang dikenal dengan kompetensi 4C atau abad 21. Kompetensi tersebut meliputi Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. Pembekalan kompetensi 4C kepada siswa dapat dilakukan melalui penilaian yang menggunakan model HOTS. Penilaian model HOTS memungkinkan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Penerapan model tersebut diterapkan mulai dari proses pembelajaran berlangsung sampai pada tahap penilaian akhir. Pembiasaan model HOTS diharapkam akan mampu membangkitkan kompetensi 4C yang diharapkan. ii
Kami menyadari buku yang telah disusun bukan tanpa cela dan pasti ada kekurangannya. Untuk penyempurnaan buku ini, saran dan kritik dari pengguna selalu kami harapkan.
Cilacap, Penulis
Juli 2019
Pajar Purnomo
iii
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................... i Prakata ..........................................................................ii Daftar isi ........................................................................ iv BAB I PENILAIAN, EVALUASI, TES, DAN PENGUKURAN DALAM PEMBELAJARAN ............................. 1 A. B. C. D. E.
Penilaian (assesment) ........................................... 1 Tes ...................................................................... 8 Pengukuran (measurement) ................................ 12 Evaluasi .............................................................. 16 Persamaan, Perbedaan, dan Hubungan Penilaian, Tes, Pengukuran dengan Evaluasi ........ 20
RANGKUMAN ........................................................... 30 BAB II PENILAIAN BERBASIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) ............................................ 32 A. B. C. D.
Sejarah Munculnya HOTS ................................... 33 Pengertian HOTS ................................................ 36 Taksonomi Berpikir .............................................. 40 Level Pengetahuan HOTS .................................... 51
RANGKUMAN ........................................................... 59
iv
Bab III Menyusun Soal HOTS........................................ 62 A. B. C. D.
Pengertian Soal HOTS ......................................... 64 Karakteristik Soal HOTS ....................................... 68 Penyusunan Soal HOTS ....................................... 62 Contoh Soal HOTS .............................................. 86
RANGKUMAN ........................................................... 97 Daftar Pustaka .............................................................. 98
v
BAB I PENILAIAN, EVALUASI, TES, DAN PENGUKURAN DALAM PEMBELAJARAN
Istilah penilaian seringkali ditemukan dalam proses pembelajaran. Banyak kata yang kadang beriringan dengan kata penilaian seperti evaluasi, pengukuran,
dan
tes.
Munculnya
istilah-istilah
tersebut dalam proses pembelajaran harus betulbetul
dipahami
maknanya
sehingga
dapat
digunakan dengan tepat. Selain dari istilah asesmen (assessment) dan evaluasi (evaluation) dikenal pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling sering digunakan dalam
pembelajaran.
Hal
tersebut
disebabkan
karena tes prestasi belajar (achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menilai hasil belajar siswa. Padahal tes sebenarnya hanya merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. 1|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
Tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dipertukarkan pemakaiannya oleh guru dengan konsep pengukuran hasil belajar (measurement). Penggunaan pengukuran,
dan
istilah tes
asesmen,
bisa
jadi
evaluasi,
menimbulkan
kebingungan. Istilah tersebut berbeda satu dengan lainnya, baik ruang lingkup maupun fokus/ objek yang
dinilai.
Penilaian
lebih
terfokus
kepada
komponen atau aspek tertentu saja, sedangkan evaluasi lebih luas ruang lingkupnya dari penilaian. Penilaian merupakan bagian dari ruang lingkup sebuah
sistem
pembelajaran, semua
evaluasi maka
komponen
pembelajaran.
ruang
lingkupnya
pembelajaran
Dalam adalah (sistem
pembelajaran) maka istilah yang tepat untuk menilai pembelajaran adalah evaluasi. Jika evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) dan tentunya menggunakan suatu alat ukur yang standar. Dalam konteks proses dan hasil belajar, alat ukur tersebut dapat berbentuk tes atau non2|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
tes. Jika hal yang ingin Anda nilai satu atau beberapa
bagian/
komponen
pembelajaran,
misalanya proses dan hasil belajar, maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian. Pada tahap awal perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari penilaian, tes, pengukuran, dan evaluasi. Keempat istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Penilaian (assesment) Dalam
sistem
pembelajaran,
penilaian
merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di sekolah, Anda sering mendengar
bahwa
guru
sering
memberikan
ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya.
Istilah-istilah
ini
pada
dasarnya
3|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
merupakan bentuk bentuk penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran. Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Dalam
proses
dilakukan informasi
pembelajaran,
guru
untuk
secara
penilaian
memberikan
sering
berbagai
berkesinambungan
dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Nitko (1996 : 4) menjelaskan definisi
penilaian
dengan
membuat
sebuah
pernyataan sebagai berikut.
“assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that is used for making decisions about students, curricula and programs, and educational policy”. 4|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
Maksud pernyataan di atas bahwa penilaian adalah suatu proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan. Gabel
(1993: 388-390) mengkategorikan
asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen
tradisional
dan
asesmen
alternatif.
Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah
essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian oleh teman
sebaya/
sejawat,
penilaian
diri
(self
assessment), portofolio, observasi, diskusi dan wawancara. Asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh
karena
itu,
sudah
seharusnya
asesmen
5|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
manjadi
bagian
merupakan
hal
menitikberatkan
dari yang penilaian
pembelajaran, terpisahkan. pada
proses
bukan Asesmen belajar
siswa. Asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai atau dikuasai oleh siswa, akan tetapi
juga
tentang
proses
perkembangan
bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya. Dalam hubungannya dengan proses dan hasil belajar, penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik, keputusan tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan. 6|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
Keputusan tentang peserta didik meliputi pengelolaan pembelajaran, penempatan peserta didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan,
bimbingan
dan
konseling,
dan
menyeleksi peserta didik untuk pendidikan lebih lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program meliputi
keefektifan
memperbaikinya.
dan
Keputusan
bagaimana tentang
cara
kebijakan
pendidikan dapat dibuat pada tingkat lokal/ daerah (kabupaten/kota), regional (provinsi), dan tingkat nasional. Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana
mereka
belajar,
dan
mendorong
tanggung jawab dalam belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama peserta didik (peer) atau
oleh
dirinya
sendiri
Pengambilan
keputusan
pertimbangan
yang
membandingkan
hasil
(self-assessment).
perlu
menggunakan
berbeda-beda penilaian.
dan
Pengambilan
7|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
keputusan harus dapat membimbing peserta didik untuk melakukan perbaikan hasil belajar.
B. Tes Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan. Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan
siswa.
menghadapkan
Setiap
siswa
soal
pada
suatu
dalam
tes
tugas
dan
menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan ditentukan.
cara
Dalam
atau hal
aturan ini
harus
yang
telah
dibedakan
8|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
pengertian antara tes, testing, testee, tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan tes). Sementara itu. Gabel (1993) menyatakan bahwa testing menunjukkan
proses
pelaksanaan
tes.
Testee
adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki
seseorang.
Penyelidikan
tersebut
dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax (1980 : 13) bahwa
9|P e n i l a i a n P e m b el a j a r a n B e r b a s i s H O T S
“a test may be defined as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to be representative of educational or psychological traits or attributes” Tes dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian
tugas
yang
digunakan
untuk
memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau psikologis. Istilah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/ suruhan lain yang harus dikerjakan oleh
peserta
didik.
Hasil
kuantitatif
ataupun
kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik simpulan-simpulan tertentu terhadap peserta didik. Sementara itu, Hasan (1988:7) menjelaskan tes sebagai alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang dipergunakan. Rumusan ini
lebih
pengumpul
terfokus data.
kepada Memang
tes
sebagai
alat
pengumpulan
data
10 | P e n i l a i a n P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s H O T S
bukan hanya ada dalam prosedur penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan data evaluasi, guru memerlukan suatu alat, antara lain tes. Tes dapat berupa
pertanyaan.
pertanyaan,
Oleh
rumusan
sebab
itu,
jenis
pertanyaan,
dan
pola
jawaban yang disediakan harus memenuhi suatu perangkat kriteria yang ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus pula. Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpul data lainnya. Dewasa evaluasi
ini
tes
masih
merupakan
alat
yang umum digunakan untuk mengukur
keberhasilan
siswa
dalam
mencapai
tujuan
pendidikan dan pengajaran. Skor tes seringkali dipergunakan sebagai satu-satunya indikator dalam menilai penguasaan konsep, efektivitas metode belajar, guru serta aspek lainnya terhadap siswa di dalam
praktek
pendidikan.
Padahal
dengan
mempergunakan tes, aspek kemampuan afektif 11 | P e n i l a i a n P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s H O T S
siswa kurang terukur, sehingga sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi kemampuan siswa hanya melalui tes saja. Dengan
demikian,
tes
pada
hakikatnya
adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Artinya, fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek perilaku
yang
hendak
diukur
adalah
tingkat
kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.
C. Pengukuran (measurement) Secara teknis, pengukuran adalah pengalihan dari angka ke objek atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka secara kuantitatif.
Kegiatan
pengukuran
seringkali
dilakukan dalam pembelajaran melalui pemberian angka-angka dengan standar tertentu. Standar angka tersebut yang biasanya digunakan sebagai 12 | P e n i l a i a n P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s H O T S
acuan dalam menentukan kelulusan seseorang dalam menguasai sebuah indikator kompetensi tertentu. Pengukuran sebenarnya hanya merupakan bagian
dari
Pengukuran
sebuah
penilaian
merupakan
bagian
pembelajaran. yang
sangat
substansial dari sebuah penilaian. Pengukuran menyediakan informasi, di mana penilaian dapat didasarkan. Pengukuran pendidikan adalah proses yang berusaha untuk mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang sejauh mana suatu ciri yang dimiliki oleh peserta didik. Proses pengumpulan data yang dilakukan pada
kegiatan
pengamatan Kegiatan
pengukuran
yang
dilakukan
komprehensif
dan
dilakukan
untuk
tersebut
melalui empiris. dapat
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati
apa
saja
yang
dilakukan
siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang 13 | P e n i l a i a n P e m b e l a j a r a n B e r b a s i s H O T S
mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut pengukuran
Zainul
memiliki
dan dua
Nasution
(2001)
karakteristik
utama.
Pertama, pengukuran menggunakan angka atau skala
t...