MAKALAH HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) PDF

Title MAKALAH HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
Author Pisca Hana Marsenda
Pages 29
File Size 456.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 109
Total Views 447

Summary

MAKALAH HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Evalusi Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si. Oleh : Pisca Hana Marsenda 1803053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2018 i...


Description

MAKALAH HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Evalusi Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si.

Oleh : Pisca Hana Marsenda

1803053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2018

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).......................... 4 B. Karakteristik Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)................. 9 C. Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) .................. 13 D. Peran Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Penilaian . 20 E. Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)..................................................................................... 23 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 26 B. Saran ................................................................................................. 26 DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 27

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 ditandai dengan berkembangnya informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang merambah dalam segala aspek kehidupan manusia di semua belahan dunia. Hal ini tentunya berdampak pada pendidikan yang diterapkan termasuk di dalamnya bagaimana model pembelajarannya sehingga dapat mengadaptasi dan memenuhi semua tuntutan abad 21. Oleh karena itu, model pembelajaran di abad 21 hendaknya diarahkan untuk mendorong peserta didik agar mampu: (1) mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu, (2) merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab), (3) berpikir analitis (mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan (4) menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Kemdikbud, 2013). Terkait hal di atas, maka pola pikir kritis dan kreatif sangat penting dilatihkan dan dikembangkan pada peserta didik dalam pembelajaran di abad ke 21 ini, dimana informasi dan teknologi tinggi (high tech) diimplementasikan di berbagai sektor kehidupan manusia. Mengingat hal ini, maka seseorang harus dapat merespons berbagai perubahan dengan cepat dan efektif. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini peserta UNBK tahun 2018 jenjang SMA di Indonesia mengeluhkan sulitnya soal beberapa mata pelajaran karena memang tingkat kesulitan soal dinaikkan dan telah menerapkan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Mendikbud menyatakan hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing siswa mengingat dalam beberapa hasil olimpiade internasional baik yang diselenggarakan oleh PISA maupun PIRLS, siswa Indonesia tertinggal dari negara-negara lain, karena kesulitan mengerjakan soal-soal olimpiade. Mendikbud berusaha mengevaluasi dan terus melakukan pembenahan (Apandi,2018). Tujuan menaikkan tingkat kesulitan soal UNBK tahun 2018 pada dasarnya baik. Dengan mengerjakan soal-soal HOTS, diharapkan daya analisis dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat terasah. Hal ini juga adalah bagian dari penerapan pendidikan karakter, dimana siswa pantang menyerah dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.

1

Banyak guru yang belum menerapkan kegiatan pembelajaran dengan berbasis HOTS, sedangkan pada saat UNBK para siswa harus mengerjakan soal-soal HOTS. Oleh karena itu, sangat wajar siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakannya. Pembelajaran berbasis HOTS sebenarnya sudah diperkenalkan sejalan dengan diimplementasikannya kurikulum 2013, tetapi pada kenyataannya masih banyak yang belum paham dan belum melaksanakannya. Sebelum pemerintah meminta guru menyusun soal-soal HOTS, sebaiknya jika kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS pun ditingkatkan terlebih dahulu, karena penilaian pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui ketercapaian indikator dari materi yang telah diajarkan kepada siswa. Hal tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi, MGMP, maupun pelatihan supaya guru dapat memahami dan menerapkan soal HOTS pada proses belajar mengajar untuk meningkatkan pola pikir kritis dan kreatif siswa. Pola pikir kritis dan kreatif akan menghasilkan kreativitas yang akan sangat membantu seseorang dalam mengembangkan karirnya di berbagai bidang pekerjaan apapun termasuk misalnya dalam pengembangan ekonomi kreatif menuju MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) maupun dalam lingkup yang lebih luas. Pola pikir kritis dan kreatif ini akan dapat dicapai manakala seseorang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Terkait hal ini, maka peserta didik di semua level (jenjang) pendidikan perlu dibekali dengan HOTS agar mampu mempersiapkan diri menghadapi segala tantangan di abad 21. Sebab dengan memiliki HOTS, maka peserta didik akan mampu berpikir kritis, kreatif, meneliti, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memiliki karakter yang baik (Widihastuti,2015:78). Berdasarkan uraian di atas, maka HOTS harus dimiliki oleh peserta didik sebagai upaya mempersiapkan SDM yang kritis dan kreatif sehingga mampu memenuhi tantangan dan tuntutan abad 21 yang disebut juga dengan era global atau era pengetahuan atau era teknologi dan informasi. Semakin baik HOTS seseorang, maka semakin baik pula kemampuannya dalam menyusun strategi dan taktik memenangkan persaingan bebas di era global.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalahnya antara lain : a. Bagaimana konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ? 2

b. Bagaimana karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ? c. Bagaimana penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ? d. Bagaimana peran soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam penilaian ? e. Bagaimana strategi dan implementasi penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memahami konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) b. Memahami karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) c. Memahami penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) d. Memahami peran soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam penilaian e. Memahami strategi dan implementasi penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

3

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya 2) memproses dan menerapkan informasi 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall (Kemdikbud, 2016). Dini (2018:175) menyatakan pula Higher Order Thinking terjadi ketika peserta didik terlibat dengan apa yang mereka ketahui sedemikian rupa untuk mengubahnya, artinya siswa mampu mengubah atau mengkreasi pengetahuan yang mereka ketahui dan menghasilkan sesuatu yang baru. Melalui higher order thinking peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas, dimana kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta didik bernalar. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi transfer informasi, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran untuk mentransfer merupakan pembelajaran bermakna karena peserta didik dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dan mengaitkan informasi yang satu dengan yang lainnya. Adapula pembelajaran dengan berpikir kritis supaya peserta didik dapat berargumentasi, merefleksikan, dan mengambil keputusan sendiri.

Pembelajaran

berbasis

masalah

bertujuan

agar

peserta

didik

dapat

mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap masalahnya baik secara akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari (Brookhart, 2010:5-8). Stiggins (1994) menyatakan dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001) HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi

4

(evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Proses berpikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Berpikir Kognitif pada Taksonomi Bloom Sumber : https://mayolazamacona.wordpress.com/2014/11/02/blooms-taxonomy/

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasioanal Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Sumber : http://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/

Pemilihan kata kerja operasional (KKO) yang disajikan Tabel 2.1 untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada 5

ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan (Widana, 2017:3). Widana (2017: 3) mengemukakan jika dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Heong, et al (2011:121-122) menyatakan dimensi pembelajaran Marzano mengasumsikan bahwa proses pembelajaran melibatkan interaksi dari lima jenis berikut berpikir: 1) sikap dan persepsi positif tentang pembelajaran 2) berpikir terlibat dalam memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan 3) berpikir terlibat dalam memperluas dan menyempurnakan pengetahuan 4) berpikir terlibat dalam menggunakan pengetahuan secara bermakna 5) kebiasaan pikiran yang produktif Kerangka kerja dalam pembelajaran akan membantu untuk: • mempertahankan fokus pada pembelajaran; • mempelajari proses pembelajaran; dan • merencanakan kurikulum, instruksi, dan penilaian Dimensi pembelajaran Marzano merupakan model komprehensif yang menggunakan apa yang para peneliti dan ahli teori ketahui belajar untuk mendefinisikan proses pembelajaran. Dimensi dari belajar menawarkan cara berpikir dan proses belajar yang kompleks sehingga studi dapat diikuti setiap aspek dan mendapatkan wawasan tentang bagaimana mereka berinteraksi. Kelima jenis pemikiran didasari sebagai lima dimensi pembelajaran yang penting untuk keberhasilan pembelajaran. Mempertimbangkan lima aspek penting dari pembelajaran. Ke 13 keterampilan berpikir tingkat tinggi Marzano ini dipaparkan pada Table. 2.1.

6

Tabel 2.2 Higher Order Thinking Skill Konsep Marzano Sumber : Heong, et al (2011:122)

Marzano (1993) dalam Rustaman (2011:19) membagi habits of mind ke dalam tiga kategori yaitu: self regulation, critical thinking dan creative thinking. Self regulation meliputi: (a) menyadari pemikirannya sendiri, (b) membuat rencana secara efektif, (c) menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan, (d) sensitif terhadap umpan balik dan (e) mengevaluasi keefektifan tindakan. Critical thinking meliputi: (a) akurat dan mencari akurasi, (b) jelas dan mencari kejelasan, (c) bersifat terbuka, (d) menahan diri dari sifat impulsif, (e) mampu menempatkan diri ketika ada jaminan, (f) bersifat sensitif dan tahu kemampuan temannya. Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) membuat, menggunakan, memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya sendiri, (d) menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya.

7

Habits of mind memerlukan banyak keterampilan majemuk, sikap, pengalaman masa lalu dan kecenderungan. Hal ini berarti bahwa kita menilai satu pola berpikir terhadap yang lainnya. Oleh karena itu, hal tersebut menunjukkan bahwa kita harus memiliki pilihan pola mana yang akan digunakan pada waktu tertentu. Termasuk juga kemampuan apa yang diperlukan untuk mengatasi sesuatu di lain waktu, sehingga habits of mind dijabarkan sebagai beriku. Pertama, value, memilih menggunakan pola perilaku cerdas daripada pola lain yang kurang produktif; (b) Inclination, kecenderungan, perasaan dan tendensi untuk menggunakan pola perilaku cerdas; (c). Sensitivity, tanggap terhadap kesempatan dan kelayakan menggunakan pola perilaku; (d) Capability, memiliki keterampilan dasar dan kapasitas dalam hubungannya dengan perilaku; (e) Commitment adalah secara konstan berusaha untuk merefleksi dan meningkatkan kinerja pola perilaku cerdas (Costa & Kallick, 2000a; Costa & Kallick, 2000b dalam Rustaman (2011:19)). Berdasarkan hal tersebut, habits of mind Marzano termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Mengacu pada konsep HOTS beberapa ahli Widihastuti (2015:82) menyatakan bahwa HOTS merupakan keterampilan berpikir pada tingkat/level yang lebih tinggi yang memerlukan proses pemikiran lebih kompleks mencakup menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) yang didukung oleh kemampuan memahami (understanding), sehingga: (1) mampu berpikir secara kritis (critical thinking); (2) mampu memberikan alasan secara logis, sistematis, dan analitis (practical reasoning); (3) mampu memecahkan masalah secara cepat dan tepat (problem solving); (4) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat (decision making); dan (5) mampu menciptakan suatu produk yang baru berdasarkan apa yang telah dipelajari (creating). Dengan demikian, untuk dapat mengembangkan HOTS ini maka harus sudah memiliki pengetahuan (knowledge) dan mampu mengingatnya (remembering), serta pemahaman (comprehension) dan mampu memahaminya (understanding). Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus (Kemdikbud, 2016). Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global. Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahanpermasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS. 8

B.

Karakteristik Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS (Widana, 2017:5-8) : 1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas : a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengancara-cara sebelumnya. ‘Difficulty’ is not same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi kecuali melibatkan proses bernalar (Kemdikbud, 2016). Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk 9

menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

2.

Berbasis permasalahan kontekstual Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam

kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsepkonsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana

keterampilan

menginterpretasikan

peserta

(interprete),

didik

untuk

menerapkan

menghubungkan

(apply)

dan

(relate),

mengintegrasikan

(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata (Kemdikbud, 2015:5)

3.

Menggunakan bentuk soal beragam Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)

sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif.Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut. a. Pilihan ganda Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri da...


Similar Free PDFs