In Service Training Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru PDF

Title In Service Training Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru
Author Dwi Afrilian
Pages 11
File Size 583.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 759
Total Views 1,003

Summary

In Service Training Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru Dwi Afrilian1, Eva Fitriana2, Fuad Wijanarko3, Lutfiana Rianti4, Rohmat Hidayat 5 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] A. ...


Description

In Service Training Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru Dwi Afrilian1, Eva Fitriana2, Fuad Wijanarko3, Lutfiana Rianti4, Rohmat Hidayat 5 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

A. Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu negara, ketika pendidikan dalam suatu negara bermutu, maka hal ini akan menjadi salah satu faktor pendukung kemajuan negara tersebut. Jika kita melihat sejarah perang dunia ke dua di Jepang yaitu Hirosima dan Nagasaki, ketika kota ini mengalami kerusakan akibat perang maka yang dipertanyakan setelah kejadian tersebut adalah “berapa jumlah guru yang masih hidup?”. Belajar dari satu pertanyaan tersebut maka faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah pendidikan yang di dalamnya terdapat seorang guru. Guru memiliki tugas membimbing, mendidik, mengajar serta mengarahkan murid. Berdasarkan besarnya tugas yang diemban oleh seorang guru maka guru harus memiliki kualifikasi tertentu. Kualifikasi tersebut diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (Baharun, 2017, p. 11). Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendukung peningkatan kompetensi profesional seorang guru adalah melaksanakan pelatihan kerja yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2006 pasal 1 yang berbunyi “Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan” https://bit.ly/2CVJgUF. Secara garis besar untuk meningkatkan profesionalisme guru dapat dibagi menjadi dua yaitu pendidikan pra-jabatan (pre-service training) dan pendidikan dalam jabatan (in-service training). Dalam pengertian yang lain menurut Sujianto dalam (Ghofar, 2017, p. 12) mengemukakan bahwa terdapat empat program yang dijadikan strategi dalam meningkatkan profesionalisme guru yaitu: (1) Pre-service education yaitu upaya selektif terhadap calon guru dengan memperhatikan kualitas kompetensi dan moral; (2) in service education yaitu upaya

memotivasi guru agar dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan; (3) In Service Training yaitu aktivitas yang berupa pelatihan, workshop, kursus, dan lain sebagainya; dan (4) On Service Training yaitu kegiatan tindak lanjut untuk melakukan pertemuan berkala dengan pendidik/guru. B. Literature Review 1. Definisi In Service Training dan Profesionalisme Guru In Service Training Kata In Service Training merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris, sedangkan dalam Bahasa Indonesia In Service Training tersebut dapat diartikan sebagai pelatihan dalam tugas. In service training secara istilah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menambah serta meningkatkan mutu petugas pendidikan dalam menjalankan tugasnya (Baharun, 2017, p. 17). Selain itu, dalam pengertian lain dijelaskan bahwa In Service Training merupakan pendidikan dan pelatihan yang diorganisasikan secara sistemais yang bertujuan meningkatkan keterampilan, pemahaman dan mereformasi pendidik untuk masa sekarang dan yang akan datang (Mahmuda, 2016, p. 21). Selain itu, In Service Training adalah proses pendidikan yang ditujukan kepada pegawai yang sudah berstatus tetap, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan terhadap bidang yang ditekuninya. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju, maka seorang pegawai harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut (Kornelius, Margono, & Hartutiningsih, 2014, p. 1813). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa In Service Training merupakan salah satu kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi seorang pendidik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman pendidik/guru dari segi kompetensi. Profesionalisme Profesionalisme berdasarkan KBBI berarti mutu atau kualitas dari seseorang yang profesional. Berdasarkan KBBI tersebut maka kata yang dapat digaris bawahi adalah orang yang profesional. Apabila dihubungkan dengan guru maka dapat kita artikan profesional guru adalah seorang guru yang dapat melaksanakan dan mewujudkan fungsi serta tugas dalam dunia pendidikan namun juga tidak melupakan untuk menekuni profesinya dengan ikut serta dalam pelatihan yang dapat mengembangkan kekayaan ilmiahnya. Profesionalisme menurut

istilah adalah suatu paham bahwa pekerjaan dikerjakan oleh orang ahli di dalam bidangnya yaitu orang yang memiliki profesi (Hamdi, 2018, p. 21). Profesionalisme menurut Pratte dan Rully dalam (Arikunto, 2016, p. 113) adalah suatu cita-cita dari individu atau kelompok yang memiliki keinginkan guna membedakan dirinya dengan yang lain. Sedangkan dalam definisi lain dikatakan bahwa profesional guru adalah seperangkat kemampuan seorang guru yang memiliki keahlian tertentu, serta memiliki keinginan dalam jiwanya untuk memberikan pengabdian kepada orang lain (Arikunto, 2016, p. 114). Jadi, dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah seperangkat keahlian yang dimiliki oleh pendidik dan dalam jiwanya tertanam keinginan mengabdi kepada masyarakat untuk menyalurkan keahlian yang dimiliki dan keahlian tersebut senantiasa terupdate. 2. Tujuan In Service Training Dan Profesionalisme Guru In Service Training Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemampuan yang dimiliki oleh guru maupun karyawan dalam sebuah lembaga sekolah maka perlu dilakukan kegiatan In Service Training (pelatihan dalam jabatan). Hal ini dimaksudkan agar guru dan tenaga kependidikan yang ada dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki secara efektif dan efisien. Program In Service Training ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru seperti berupa pelatihan, workshop, seminar, kursus dan lain sebagainya yang dilakukan oleh internal maupun eksternal kelembagaan. Pelatihan dalam jabatan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui jalur formal maupun informal. Jika In Service Training ini dilakukan secara formal maka pelaksananya adalah pemerintah yang berupa penataran atau lokakarya yang berbentuk lisan atau tertulis. Sedangkan jika dilakukan secara informal maka pelaksananya yaitu orang yang berkepentingan baik secara individual maupun secara kelompok (Baharuddin & Kanada, 2017, p. 4). Selain itu menurut Moekijat dalam menjelaskan

bahwa

mengembangkan

tujuan

pengetahuan,

umum dan

(Hidayat, Muladi, & Mizar, 2016, p. 258)

pelatihan

yaitu:

mengembangkan

Mengembangkan sikap.

Sedangkan

keahlian, menurut

Mangkunegara (Prabu, 2005, p. 49) tujuan pelatihan secara luas dapat dibagi menjadi 9 poin, yaitu:

1. Meningkatkan penghayatan jiwa 2. Meningkatkan produktivitas kerja 3. Meningkatkan kualitas kerja 4. Meningkatkan ketetapan perencanaan SDM 5. Meningkatkan sikap moral 6. Meningkatkan prestasi karyawan 7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja 8. Meningkatkan keusangan 9. Meningkatkan skill Tujuan dilakukannya kegiatan In Service Training, yaitu: 1. Menumbuhkan sikap profesionalisme guru 2. Meningkatkan SDM secara maksimal demi mencerdaskan kehidupan bangsa 3. Meningkatkan keterampilan, sikap, dan pemahaman (Mahmuda, 2016, p. 29)

Dari penjelasan beberapa tokoh diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa tujuan dari diadakannya program In Service Training yaitu untuk membantu para guru dalam meningkatkan 4 kompetensi dasar seorang guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogic, dan kompetensi professional. Profesionalisme Guru Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu kemajuan suatu negara di masa depan. Secara umum, tugas guru adalah mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan keterampilan dalam masing-masing bidang pelajaran. Maka itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan atau skill yang pasti guna menjadikan generasi-generasi penerusnya baik melanjutkan profesinya menjadi seorang guru ataupun menjalani profesi yang menjadikan bangsa ini memiliki anak anak yang berpendidikan. Menurut Surya dalam (Sastrawan, 2016, p. 72) bahwasanya profesionalisme seorang pendidik memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan peserta didiknya yang diharapkan bisa memajukan mutu pendidikan, dikarenakan:

1. Profesionalime guru akan memberikan sebuah jaminan berupa perlindungan serta

kesejahteraan didalam masyarakat luas. 2. Profesionalisme seorang guru juga akan menutupi serta memperbaiki kedaan

pendidikan saat ini di Indonesia yang mungkin dianggap masih dalam ukuran rendah atau tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. 3. Profesinalisme guru sangat memberikan kemungkinan untuk memperbaiki serta

mengembangkan diri yang akan memberikan sebuah pelayanan secara maksimal dan memaksimalkan semua kompetensi yang dimiliki. Melihat pernyataan Surya diatas kita dapat memahami bahwa seorang guru yang memiliki profesionalisme yang kuat akan berdampak besar pada peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, guna mensejahterakan kader-kader bangsa serta siap untuk terjun di masyarakat luas. Maka seorang guru yang profesional memiliki tujuan yang sudah dicantum kan dalam pendidikan nasional, di dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwasanya pendidikan nasional diarahkan untuk

menciptakan peserta didik yang berkarakter mulia. Berikut tujuan profesionalisme guru yang sudah tercantum dalam undan-undang RI No 20 tahun 2003 1. Menjadikan peserta didik manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha ESA. 2. Peserta didik memiliki akhlaq yang baik dimasyarakat. 3. Peserta didik mampu memiliki ilmu yang luas. 4. Peserta didik mampu menilai kadar kesehatan agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. 5. Bisa menjadi manusia yang cakap dalam segala hal. 6. Peserta didik mempunyai pemikiran yang kreatif. 7. Menjadi warga Negara yang bersifat demokratis serta selalu menanamkan sikap tanggung jawab. Tujuan diatas dapat dijadikan sebagai barometer seorang pendidik yang profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan.

3. Manfaat Kegiatan In Service Training Seorang guru akan memiliki tingkat kemampuan yang sangat tinggi, ketika mampu melakukan pekerjaannya secara profesional. Di dorong oleh inovasi yang semakin hari semakin berkembang, menjadikan seorang guru harus selalu up-date, baik dari teknologi maupun informasi. Agar dapat mencapai tingkatan tersebut, seorang guru haruslah melakukan training service atau yang di sebut pelatihan lanjutan. In Service Training merupakan kegiatan yang sering disediakan oleh pemerintah dan terima oleh para pendidik. Manfaat yang didapat dalam melaksanakan In Service Training adalah untuk menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, meningkatkan kecakapan dan pengalaman pendidik sebagai modal dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Sondang Siagian dalam (Sudana, 2011, hal. 143-144) manfaat dari pelaksanaan pelatihan atau yang dikenal In Service Training itu terbagi menjadi dua, yaitu manfaat bagi sekolah dan guru itu sendiri. Manfaat bagi sekolah sebagai berikut : 1. Sekolah akan mengalami peningkatan dalam segala bidang 2. Terjalinnya keserasian antar atasan dan bawahan 3. Akan mudah dalam pengambilan keputusan yang tepat 4. Meningkatkan semangat bagi seluruh anggota organisasi dengan berpegang pada komitmen yang lebih besar 5. Menciptakan sikap saling terbuka dalam penerapan gaya manajerial yang partisipatif 6. Komunikasi berjalan lancar dan efektif 7. Bisa menyelesaikan masalah secara fungsional Sedangkan Manfaat pelatihan bagi guru itu sendiri sebagai berikut: 1. Guru akan lebih mudah dalam membuat suatu keputusan 2. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan suatu persoalan yang tengah dihadapi 3. Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional 4. Menambah rasa ingin dalam meningkatkan kemampuan kerja 5. Membuat rasa percaya diri menjadi motivasi disaat menghadapi suatu persoalan 6. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang bisa dimanfaatkan oleh guru secara teknikal dan intelektual

7. Mendapatkan kepuasan kerja 8. Dapat mengakui atas kemapuan seseorang 9. Menambah kemandirian pada tekad seorang guru 10. Berani dan tidak takut terhadap tugas-tugas yang ada di masa depan (Sudana, 2011, hal. 143-144). Guru haruslah mendapat dorongan penuh dalam meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah Pendidikan agar terhidar dari ketertinggalan inovasi-inovasi terbaru dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru wajib menambah wawasan pengetahuan untuk menjadi guru yang profesional. Dengan melakukan In Service Training, pelatihan, workshop, penataran, kursus-kursus, seminar dan diskusi antar profesi guru. 4. Ciri-Ciri In Service Traning Dan Profesionalisme Guru Profesionalisme Guru Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan corak suatu “profesi”. Berkenaan dengan kondisi Sumber Daya Manusia, guru menjadi tumpuan harapan dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, selain sarana dan prasarana yang sifatnya merupakan alat atau perangkat kebutuhan belajar dalam pendidikan tentunya guru juga adalah perangkat penting untuk tercapainya sebuah pendidikan agar pendidikan menjadi tempat yang tepat untuk peserta didik mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru dikatakan sebagai perangkat penting dalam sebuah pendidikan, maka dari itu wajib sifatnya sebuah perangkat yang digunakan harus memiliki nilai-nilai profesionalisme yang sesuai dengan kebutuhan bagi peserta didik pada era globalisasi saat ini. Begitu besarnya tantangan guru di masa sekarang ini, membuat guru harus selalu memperbaharui keilmuanya. Perkembangan dunia teknologi yang semakin pesat adalah tantangan bagi guru untuk dapat menyesuaikan cara dan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai guru. Pekerjaan seorang guru yang harus sesuai dengan tantangan zaman saat ini tentunya memiliki ciri-ciri khusus yang sesuai dengan peradaban saat ini. Guru dapat dikatakan memiliki profesionalisme yang baik pada masa saat ini jika mampu atau dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Ciri-ciri guru yang dapat dilihat dari kehidupan sehari-harinya dalam berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter atau SMS. Melalui media tersebut, guru jadi lebih bebas berekspresi, baik apa yang mereka rasakan atau pikirkan secara spontan. (Sugiarti, 2019) Ciri-ciri profesionalisme guru menurut undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa guru dituntut untuk memiliki ciri-ciri yaitu mampu menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, serta menilai hasil dan proses belajar. Pendapat lain yaitu ada empat kategorikan guru yang profesional yaitu: (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, (2) memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik, (3) memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (4) memiliki sikap professional yang senantiasa berkembang secara berkesinambungan (Abdulrahman, 2019). Dari beberapa pendapat diatas mengenai ciri-ciri profesionalisme guru maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang baik dan memiliki tingkat profesionalisme yang sesuai adalah guru yang mampu menyesuaikan dan melihat kondisi zaman saat dirinya melakukan sistem pengajaran pada peserta didik, kemudian guru yang mampu mengkomunikasikan dengan baik, dan guru yang memiliki kepribadian serta memiliki landasan pendidikan dan mampu untuk menguasai terhadap materi serta bahan ajar dan mengimplementasikannya kedalam proses pembelajaran. C. Implementasi Perumusan Kebijakan In Service Training 1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhali dkk yang berjudul “Pelatihan Guru MIPA MAN 3 Lombok Tengah dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran yang Melatihkan Kemampuan Metakognisi Siswa” (Muhali, et al., 2019, p. 58). Penelitian ini menjelaskan tentang In Service Training untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengalisis pembelajaran dan penyiapan konsep tentang eprangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, dan alat evaluasi metakognisi. Hasil yang didapatkan dalam pelatihan tersebut adalah guru paham terhadap apa yang diajarkan dan hasil pekerjaan yang dibuat memuaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan In Service Training yang diterapkan di MAN

3 Lombok Tengah berhasil. Dampak positif dari In Service Training yang telah dilakukan oleh guru adalah guru dapat menganalisis pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Hunaepi dkk yang berjudul “Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Teknik Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Di Mts. Nw Mertaknao” (Hunaepi, et al., 2016, p. 39). Penelitian ini menjelaskan tentang pelatihan yang dilakukan kepada guru MTs. Nw. Mertakao tentang peningkatan ketrampilan dan kemampuan guru dalam pelaksanaan penelitian di dalam kelas dan peningkatan kemampuan guru dalam membuat karya tulis ilmiah. hasil yang didapatkan setelah pelatihan adalah para guru yang menjadi peserta pelatihan telah paham dan trampil dalam penelitian di dalam kelas dan telah paham dalam menulis karay ilmiah. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil dari artikel yang peserta kerjakan sudah bagus. D. Analisis Perumusan Kebijakan In Service Training Dalam perumusan kebijakan, seorang pembuat kebijakan harus melihat alasan mengapa kebijakan tersebut dibuat. Lembaga yang diamanahi oleh rakyat sebagai pembuat kebijakan adalah DPR. Perumusan kebijakan Profesi Profesional Guru (PPG) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, dimana dalam PPG ini dibagi lagi menjadi dua tahapan yaitu in service education dan In Service Training. In service education merupakan pelatihan yang didapatkan melalui pendidikan formal didalam kampus. Sedangkan In Service Training yaitu pendidikan yang di selenggarakan oleh pemerintah yang berbentuk diklat bagi guru yang sudah mengajar di sekolah. Dalam In Service Training atau diklat guru didalamnya ada beberapa tahap atau kelas yaitu diklat dasar, diklat lanjutan, diklat menengah dan diklat tinggi. Latar belakang diadakannya In Service Training sebagai tolak ukur peningkatan keprofesionalisme seorang guru yaitu kenyataan bahwa sebagian besar guru masih underqualified atau tidak memenuhi syarat dalam penguasaan bahan ajar dan masih kurangnya keterampilan menggunakan metode yang inovatif dalam pembelajaran (Khadijah, 2017, p. 152). Sedangkan dalam jurnal lain, menyatakan bahwa latar belakang dirumuskannya In Service Training adalah kurangnya profesionalisme guru menjadi topik pembicaraan yang hangat dan banyak diangkat dalam seminar maupun penelitian. Salah satu penelitian yang membahas tentang profesionalisme yaitu penelitian yang dilakukan oleh United Nations

Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang menyatakan bahwa peringkat kualitas guru di Indonesia berada pada urutan ke-14 dari 14 negara berkembang. Hal tersebut menjadi alasan pemerintah untuk merumuskan kebijakan Pendidikan Profesional Guru (PPG) yang didalamnya terdapat kegiatan In Service Training demi meningkatkan kualitas guru di Indonesia (Krissandi & Setiawan, 2018, p. 95). Sehingga, dari dua jurnal diatas dapat kita ketahui bahwa In Service Training ini sangat bermanfaat bagi guru sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia. Dengan kegiatan ini juga, guru akan senantiasa mengupdate dan mengembangkan skill, knowledge, dan ability yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA Abdulrahman, A. (2019). Stage Of Competence . Tahap kompetensi Guru, 14. Arikunto, S. (2016). Efektivitas Pengelolaan Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga . Peneli...


Similar Free PDFs