Kawasan Minapolitan Aceh PDF

Title Kawasan Minapolitan Aceh
Author Muhammad Nazir
Pages 10
File Size 358.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 396
Total Views 434

Summary

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790 Pemetaan potensi daerah untuk pengembangan kawasan minapolitan di beberapa lokasi dalam Provinsi Aceh: suatu kajian awal Mapping of the potencial locations for developing of minapolitan region in Aceh Province: a preliminary study Z.A. Muchlisin1*, Muhamm...


Description

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Pemetaan potensi daerah untuk pengembangan kawasan minapolitan di beberapa lokasi dalam Provinsi Aceh: suatu kajian awal Mapping of the potencial locations for developing minapolitan region in Aceh Province: a preliminary study

of

Z.A. Muchlisin1*, Muhammad Nazir2, Musri Musman2 1

Jurusan Budidaya Perairan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111; 2Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111. Email korespodensi: [email protected]

Abstract. The objective of the present survey was to map the potency of locations for developing of minapolitan area in Aceh province. The survey was conducted on November-December 2011 and it was focused on the four districts i.e. Aceh Jaya, Aceh Besar, Bireuen and Aceh Timur. The data were categorized into two types, i.e. secondary data which was compiled from annual reports, research report and other references. The primary data were collected throught direct and indirect interviewed the key persons in fisheries sector by using the questionnaire. Primary data were also obtained by direct observation in the fields. The results showed that every site has the advantages and disadvantages. However, generally all of the locations have potency to be developed as minapolitan region. Minapolitan models that can be developed are the combination between of capture fisheries, aquaculture, processing and marine tourism. Keywords: Capture fihery, aquaculture, fish processing industry and marine tourism

Abstrak. Survei ini bertujuan untuk memetakan lokasi bagi pengembangan kawasan minapolitan di Provinsi Aceh. Survey dilakukan pada bulan November-Desember 2011 pada empat Kabupaten, yaitu Aceh Jaya, Aceh Besar, Bireuen dan Aceh Timur. Data utama yang digunakan adalah data sekunder yang dikompilasi dari laporan tahunan dinas terkait dan laporan-laporan penelitian yang pernah dilakukan. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara baik langsung maupun tidak langsung (kuisioner) terhadap petugas yang membidangi bidang berkenaan. Data primer juga diperoleh dengan pengamatan langsung dilapangan pada beberapa lokasi yang ditinjau. Dari survey ini dapat disimpulkan bahwa setiap lokasi yang disurvey memiliki karakteristik dan keunggulan dan kelemahan masing-masing, namun demikian secara umum dinilai semua kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan Minapolitan. Model minapolitan yang dapat dikembangkan adalah berbasis kombinasi antara perikanan tangkap, budidaya, pengolahan dan wisata bahari. Kata kunci: Perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan, dan wisata bahari

Pendahuluan Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan Provinsi Aceh, lebih kurang 55% penduduk Aceh bergantung kepada sektor ini baik secara langsung maupun tidak langsung (Yusuf, 2003). Oleh karena itu pengembangan sektor perikanan harus menjadi salah satu prioritas pembangunan di Provinsi Aceh sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi secara 68

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

umum di kawasan ini. Namun sayangnya kondisi perekonomian sebagai besar nelayan Aceh khususnya dan Indonesia umumnya masih sangat memprihatinkan. Oleh karena itu kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian agar dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan khususnya dan masyarakat Aceh pada umumnya. Dalam rangka memenuhi harapan tersebut, diperlukan kebijakan strategis yang inovatif didasarkan pada realitas permasalahan dan kondisi masa depan yang diharapkan dengan menerapkan langkah-langkah terobosan yang efektif. Untuk itu diperlukan perubahan cara berpikir dan orientasi pembangunan dari daratan ke lautan (maritime), yang disebut dengan Revolusi Biru. Pada tataran implementasinya diperlukan sistem pembangunan sektor kelautan dan perikanan terpadu berbasis wilayah yang disebut dengan konsep minapolitan (KKP, 2011). Program pengembangan kawasan minapolitan ini bertujuan untuk: (a) Meningkatkan produksi, produktifitas, dan kualitas produk kelautan dan perikanan; (b) Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolahan ikan yang adil dan merata; dan Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Pembangunan perikanan Indonesia selama ini dinilai belum berhasil mengangkat perekonomian masyarakat nelayan secara nyata, oleh karena itu diperlukan suatu terobosan baru untuk mengatasi berbagai permasaalahan yang ada selama ini, pembangunan yang bersifat sektoral dan tidak terencana dengan baik mungkin adalah salah satu sebab belum berhasilnya pembangunan perikanan Indonesia selama ini. Oleh karena itu minapolitan diharapkan menjadi jawaban terhadap permasalah tersebut. Dalam konsep minapolitan koordinasi dan sinergi berbagai stakeholder yang terlibat adalah menjadi kunci keberhasil program minapolitan. Provinsi Aceh memiliki peluang yang besar untuk pengembangan kawasan minapolitan di beberapa kabupaten/kota, misalnya Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Timur. Menurut Pedoman Umum Minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), bahwa suatu kawasan dapat ditetapkan dan dikembangkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Kesesuaian dengan Renstra Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan. b. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi tinggi. c. Letak geografis yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan d. Terdapat unit produksi, pengolahan dan atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai matarantai produksi pengolahan dan atau pemasaran yang saling terkait. e. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan dan atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan. Kajian awal ini bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi pengembangan kawasan minapolitan dibeberapa lokasi dalam Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Besar, Bireuen dan Aceh Timur. Hasil kajian ini dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait sebagai pedoman dasar dalam penetapan dan perencanaan pengembangan kawasan minapolitan.

Bahan dan Metode Lokasi dan waktu Survey ini dilakukan pada bulan November-Desember 2011 di beberapa kawasan, penetapan kawasan survey berpedoman pada sentra-sentra perikanan yang telah ada dan tumbuh secara alami, untuk tujuan tersebut tim berkoordinasikan dengan instansi terkait, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Aceh, sehingga dipilih enam lokasi yang berada pada empat kabupaten untuk disurvey, yaitu Aceh Jaya (Calang dan sekitarnya), Aceh Besar (Kota 69

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Jantho dan Lampuuk-Leupung-Lhoong), Rayeak dan Peureulak).

Bireuen

(Jangka)

dan

Aceh

Timur

(Idi

Teknik pengumpulan dan analis Data Data utama yang digunakan adalah data sekunder yang dikompilasi dari laporan tahunan dinas terkait dan laporan-laporan penelitian yang pernah dilakukan. Data ini diperoleh secara langsung dari pihak terkait atau melalui situs-situs online, buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dan tidak langsung (kuisioner) terhadap petugas yang membidangi bidang berkenaan. Data primer juga diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan pada beberapa lokasi yang ditinjau. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam tabel dan gambar dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif, untuk dilihat sejauh mana kawasan tersebut memenuhi persyaratan kawasan minapolitan yang sebagaimana disyaratkan. Adapun kawasan yang disurvey adalah sebagai berikut: 1. Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar 2. Lampuuk-Leupung-Lhoong, Kabupaten Aceh Besar 3. Jangka Mesjid, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen 4. Blang Geulumpang, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur 5. Kuala Bugak, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. 6. Calang, Aceh Jaya Berdasarkan data potensi ini, maka dapat diketahui karakteristikkarakteristik dari setiap kawasan tersebut dan dengan mengacu kepada persyaratan kawasan untuk minapolitan.

Hasil dan Pembahasan Hasil Sebaran calon lokasi untuk pengembangan kawasan minapolitan Aceh difokuskan pada 6 lokasi, yaitu Kota Jantho, Cluster Lampuuk-Leupung-Lhoong, Kabupaten Aceh Besar; Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen; Kecamatan Idi Rayeuk dan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur; dan dan Calang, Aceh Jaya (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi rencana pengembangan kawasan minapolitan di Aceh (I:Kota Jantho, Aceh Besar, II:Kluster Lampuuk-Leupung-Lhoong, Aceh Besar, III: Jangka, Bireuen, IV: Idi Rayeuk, Aceh Timur, V: Peureulak, Aceh Timur dan VI. Calang, Aceh Jaya) 70

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Menurut pedoman dasar penetapan dan perencanaan pengembangan kawasan minapolitan, maka pelaksanaan rencana pengembangan kawasan minapolitan perlu dinilai dari beberapa aspek, diantaranya aspek potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, fasilitas utama dan pendukung yang ada di masing-masing lokasi minapolitan dan komoditi unggulan. Penelitian yang telah dilakukan di masing-masing lokasi mengenai pengembangan kawasan minapolitan, hingga komitmen daerah dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan dengan adanya surat keputusan (SK), peraturan daerah atau komitmen dalam bentuk anggaran adalah menjadi acuan dalam penetapan kawasan minapolitan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka aspek yang dinilai antara lain serapan tenaga kerja di wilayah tersebut, orientasi pasar, model kemitraan yang telah dikembangkan antara masyarakat dan corporate serta dampak pengembangan kawasan minapolitan terhadap perekonomian di masing-masing wilayah. Rangkuman hasil survey disajikan pada Tabel 1 sampai Tabel 7. Table 1. Potensi sumberdaya manusia yang dimiliki pada masing-masing lokasi. No.

Lokasi

Potensi sumberdaya manusia yang mendukung

1. 2.

15 orang tenaga penyuluh dari BPP Lhoknga. 11 orang tenaga penyuluh dari DKP dan Badan ketahanan pangan Kabupaten Aceh Besar.

3.

Jantho, Aceh Besar Kluster LampuukLeupung-Lhoong, Aceh Besar Jangka, Bireuen

4.

Idi Rayeuk, Aceh Timur

5.

Peureulak, Aceh Timur

6.

Calang, Aceh Jaya

Fasilitator di Livelihood Service Centre yang terletak di beberapa kecamatan di Bireuen, yaitu kecamatan Jangka, Kecamatan Gandapura dan Kecamatan Samalanga. (masing-masing LSC tersebut memiliki 2 orang fasilitator) 8 orang Bapeluh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Timur, 39 orang SATGAS yang menangani pengembangan kawasan minapolitan. 2 orang Bapeluh yang menangani pengembangan kawasan minapolitan, 39 orang SATGAS yang menangani pengembangan kawasan minapolitan. 8 orang tenaga penyuluh ketahanan pangan, 3 orang penyuluh BPP pada setiap kecamatan, 1 orang penyuluh perikanan tenaga kontrak (PPTK), 3 orang penyuluh Pengembangan usaha Manapedesaan (PUMP)

Tabel 2. Keberadaan Peraturan Pemerintah (SK) Kepala Daerah di masing-masing kabupaten. No.

Lokasi

Peraturan Pemerintah (SK) Kepala Daerah

1.

Aceh Besar

- SK. No 101 Tahun 2010, tentang Penetapan Kecamatan Kota Jantho sebagai Kawasan Minapolitan Budidaya ikan air tawar Kab. Aceh Besar - SK. No 273 Tahun 2010, tentang pembentukan kelompok kerja (POKJA) pengembangan kawasan minapolitan budidaya ikan air tawar Kab. Aceh Besar.

2.

Bireuen

3.

Aceh Timur

4.

Aceh Jaya

SK Bupati Bireuen Tahun 2010 tentang penetapan kawasan minapolitan di kabupaten Bireueun dengan pusat kawasan (Minapolis) Kecamatan Jangka dan didukung oleh 4 Kecamatan sekitarnya sebagai hinterland, yaitu Kecamatan Gandapura, Peusangan, Kuala dan Kecamatan Jeumpa. Belum ada Surat Keputusan Bupati atau Perda, namun komitmen pemerintah setempat dinilai tinggi, ditandai dengan telah dibentuknya badan penyuluh (Bapeluh) dan satuan tugas (Satgas) yang menangani pengembangan kawasan minapolitan. Belum ada Surat Keputusan Bupati atau Perda tentang pengembangan kawasan minapolitan di Aceh Jaya, namun pemerintah setempat memiliki komitmen yang kuat untuk pengembangan kawasan minapolitan ditandai dengan adanya alokasi anggaran untuk penyusunan rencana tata ruang dan DED kawasan minapolitan pada tahun 2012.

71

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Tabel 3. Komoditas unggulan di masing-masing lokasi No. 1.

Lokasi Jantho, Aceh Besar

2.

Kluster Lampuuk – Leupung -Lhoong, Aceh Besar

3.

Jangka, Bireuen

4.

Idi Rayeuk, Aceh Timur

5.

Peureulak, Aceh Timur

6.

Calang, Aceh Jaya

Komoditas unggulan Budidaya ikan air tawar: ikan nila, ikan bawal, ikan bandeng, udang galah, ikan mas, ikan gurame, ikan gabus, ikan lele dan ikan hias. Perikanan tangkap: ikan-ikan karang, udang/lobster dan ikan teri. Perikanan budidaya: ikan nila, kepiting, ikan bandeng dan ikan lele. Industri pengolahan: ikan asin, ikan peda dan teri kering. Wisata bahari: terumbu karang dan penyu (marine protection area). Perikanan tangkap: ikan tuna, tongkol, kakap, kerapu dan teri. Perikanan budidaya: udang windu, ikan bandeng, ikan nila, mujair dan kepiting bakau. Perikanan tangkap: tuna, tenggiri, sunglir, cakalang, lisong, tongkol, layang biru, layang deles, kembung, madidihang dan tembang. Tongkol, kerapu, kakap, ikan kue, udang windu dan bandeng. Perikanan tangkap: Kerapu, lobster, udang windu, udang sabu, ikan tuna, tongkol, kakap, bilis. Perikanan budidaya: ikan bandeng, lobster, ikan kerapu, udang, ikan kereuling dan ikan hias. Industri pengolahan: ikan asin, ikan peda, ikan teri kering. Wisata bahari: terumbu karang dan pulau-pulai kecil (marine protection area).

Tabel 4. Potensi wilayah, sarana dan prasarana pendukung di masing-masing lokasi No. 1.

2.

3.

4.

5. 6.

Lokasi Jantho, Aceh Besar

Potensi - Lahan kolam ±50 Ha, dan yang telah produktif ± 5 ha. - Balai Benih Ikan Air Tawar - Adanya Balai Penyuluh Pertanian & Perikanan - Lhoknga - Memiliki sumber air tawar yang berlimpah - Balai benih ikan air tawar Kluster Lampuuk – Perahu tanpa motor= 150 unit, boat dompleng= 120 unit, Leupung - Lhoong, Aceh boat < 5GT= 60 unit, boat 5-20 GT = 7 Unit, boat >20 GT Besar = 3 Unit Jangka, Bireuen Armada perikanan= 2.153 unit, PPI= 3 unit, TPI= 15 unit, fasilitas docking= 2 unit, dermaga tambat labuh= 1 Unit, sungai utama = 13 buah. Hatchery= 51 unit, gedung UPP= 2 unit, pasar ikan= 19 unit, muara/Kuala= 25 buah, saluran Tambak= 554 Km Idi Rayeuk, Aceh Timur Tambak 148,2 ha, kolam 0,8 ha, perahu tanpa motor= 20 unit, boat < 5 GT = 76 unit, boat 5-20 GT = 199 unit, boat > 20 GT = 142 unit. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Idi merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Aceh, berlokasi di Idi Rayeuk Aceh Timur, pelabuhan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh dengan luas lahan 61 Ha. Fasilitas yang tersedia di PPP ini antara lain: Dermaga (Wharf/Pier) = 250 m2, Jetty = 1.800 m, Pemecah gelombang= 800 m, Kolam Pelabuhan/Alur Sungai = 6 Ha, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) = 600 m2, Kantor Administrasi Pelabuhan = 452m2, Gedung Pengepakan = 2 unit, Tangki Air + Instalasi = 1 unit, Tangki Solar + Instalasi/SPBN = 2 unit, Listrik + Instalasi (sisi barat)= 1 unit, Dock/Slipway = 30 GT, Tower Central Radio Nelayan = 1 unit, Kendaraan Pelabuhan = 3 unit, Fork Lift = 2 unit, Selain itu,terdapat juga beberapa fasilitas penunjang lainnya, seperti: Rumah Staf, MCK umum, kios nelayan dan Keselamatan Pelayaran (Pos PolAirud). Peureulak, Aceh Timur Boat < 5 GT = 79 unit, boat 5-20 GT = 15 unit, boat > 20 GT = 6 unit, hatchery 1 unit. Calang, Aceh Jaya Perahu tanpa motor= 61 unit, motor tempel= 71 unit, 10 GT= 1 unit. Balai benih ikan air tawar.

72

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Tabel 5. Fasilitas laboratorium yang tersedia dimasing-masing lokasi No.

Lokasi

Fasilitas laboratotium yang tersedia

1. 2.

Balai Benih Ikan Air Tawar, Jantho. Belum tersedia

3.

Jantho, Aceh Besar Kluster LampuukLeupung-Lhoong, Aceh Besar Jangka, Bireuen

4.

Idi Rayeuk, Aceh Timur

Telah tersedia lab. Untuk pengukuran parameter perikanan budidaya (pH meter, DO meter, dll) di Livelihood Service Centre (LSC) yang terletak di beberapa kecamatan di Bireuen, yaitu kecamatan Jangka, Kecamatan Gandapura dan Kecamatan Samalanga. Tidak ada data

5.

Peureulak, Aceh Timur

Tidak ada data

6.

Calang, Aceh Jaya

Balai Benih Ikan Air Tawar Krueng Sabee

Tabel 6. Orientasi pasar di masing-masing lokasi No.

Lokasi

1.

Jantho, Aceh Besar

2.

Kluster LampuukLeupungLhoong, Aceh Besar

Lokal dan expor

3.

Jangka, Bireuen Idi Rayeuk, Aceh Timur

Lokal dan nasional Lokal dan nasional

5.

Peureulak, Aceh Timur

Lokal

6.

Calang, Aceh Jaya

Lokal dan ekspor

4.

Orientasi Pasar Lokal

Keterangan Hasil produksi umumnya dipasarkan ke Kota Banda Aceh (52 Km), Sigli (50 Km) dan restoran lokal setempat. Hasil produksi perikanan umumnya dipasarkan ke Kota Banda Aceh (52 Km), Medan (500 km) dan Ekpor ke Malaysia. Jumlah produksi: Tahun 2008 (27,18 Ton) Tahun 2009 (32,07 Ton) dan Tahun 2010 (45,52 Ton). Hasil produksi umumnya dipasarkan ke Singli (100 km), Banda Aceh 180 km, Medan 300 km. Hasil produksi umumnya dipasarkan ke Medan, Banda Aceh, Takengon, Bireun dan Lhokseumawe. Jumlah produksi per tahun 2008= 12.127 ton 2009= 10.895 ton 2010= 9.764 ton Hasil produksi ikan olahan berupa ikan Asin, Ikan Kering dan Terasi di pasarkan ke kota-kota seperti Banda Aceh, Takengon, Meulaboh, Langsa dan Medan. Produksi perikanan tangkap pertahun 2010= 6,177,4 Ton Hasil produksi ikan berupa ikan asin dan udang sabu untuk pasar lokal, ikan tuna, kerapu, kakap dan lobster untuk pasar ekspor.

Tabel 7. Serapan tenaga kerja di masing-masing lokasi No. 1. 2.

3.

Lokasi Jantho, Aceh Besar Kluster LampuukLeupung-Lhoong, Aceh Besar Jangka, Bireuen

4. 5.

Idi Rayeuk, Aceh Timur Peureulak, Aceh Timur

6.

Calang, Aceh Jaya

Serapan Tenaga Kerja Lebih kurang 100 orang Lebih kurang 1.000 orang

Nelayan : 12.489 orang, Petani tambak: 5.299 orang, Petani KJA air payau: 205 orang Nelayan: 5.277 orang Nelayan: 870 orang, Petambak: 631 orang, Pengolah: 10 orang Nelayan tangkap: 485 orang, Nelayan budidaya: 802 orang Pengolah: 15 orang

73

Depik, 1(1): 68-77 April 2012 ISSN 2089-7790

Pembahasan Kabupaten Aceh Besar Kawasan minapolitan yang akan dikembangkan di Aceh Besar terdapat di dua lokasi dengan beberapa kawasan pendukung, yaitu Kota Jantho dan kluster Lampuuk-Leupung-Lhoong. Pengembangan kawasan minapolitan di Kota Jantho diarahkan pada usaha budidaya ikan air tawar baik untuk tujuan konsumsi maupun ikan hias. Sumber air tawar yang melimpah sepanjang tahun dapat menjadikan kawasan ini sebagai sentra perikanan air tawar untuk Provinsi Aceh dimasa depan. Hal ini selaras ...


Similar Free PDFs