Penelitian menggunakan Paradigma Positivistik Kuantitatif PDF

Title Penelitian menggunakan Paradigma Positivistik Kuantitatif
Pages 14
File Size 171.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 660
Total Views 813

Summary

PRINSIP PENELITIAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN BIOLOGI YANG MENGGUNAKAN PARADIGMA POSITIVISTIK KUANTITATIF Oleh : 1. Laras Auliantika Hapsari (16725251006) 2. Mega Mernisa (16725251031) 3. Wahyu Oktamarsetyani (16725251033) 4. Iis Aida Yustiana (16725251035) PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVE...


Description

PRINSIP PENELITIAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN BIOLOGI YANG MENGGUNAKAN PARADIGMA POSITIVISTIK KUANTITATIF

Oleh : 1. Laras Auliantika Hapsari

(16725251006)

2. Mega Mernisa

(16725251031)

3. Wahyu Oktamarsetyani

(16725251033)

4. Iis Aida Yustiana

(16725251035)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

i

DAFTAR ISI Cover …………………………………………………………………

i

Daftar isi ……………………………………………………………...

ii

BAB I Pendahuluan ……………………………………………….….

1

BAB II ISI ……………………………………………………………

2

A. Paradigma PositivistiK…………………………………….….

2

B. Pendekatan Positivistik dalam Penelitian………….……….…

3

C. Penelitian Kuantitatif dengan Pendekatan Positivistik …….…

5

D. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kuantitatif……………

8

E. Jenis - Jenis Penelitian Kuantitatif……………………………

9

BAB III Penutup ……………………………………………………..

11

Daftar Pustaka ……………………………………………………….

12

ii

BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu point penting dalam perkembangan suatu bangsa. Pendidikan bangsa Indonesia sampai saat ini masih menghadapi persoalan dan

tantangan

yang

kompleks

serta

mendasar

sehingga

dibutuhkan

penelitian-penelitian untuk memecahkan persoalan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, salah satunya dalam bidang Pendidikan Biologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Darmawan, 2013) penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Penelitian memiliki prinsip berlandaskan metode ilmiah tersistematis yang dijadikan pedoman untuk berpikir atau bertindak oleh peneliti. Secara garis besar jenis penelitian terdiri dari penelitian kuantitatif dan kualitatif dimana penelitian tersebut diatur dalam paradigma yang berbeda. Paradigma merupakan suatu cara pendekatan investigasi suatu objek atau titik awal mengungkapkan point of view, formulasi suatu teori, mendesain pertanyaan atau refleksi yang sederhana. Akhirnya paradigma dapat diformulasikan sebagai keseluruhan sistem kepercayaan, nilai dan teknik yang digunakan bersama oleh kelompok komunitas ilmiah. Paradigma penelitian kuantitatif berlandaskan pada positivistik. Positivistik memandang realitas/gejala/fenomena yang dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Positivistik kuantitatif dapat digunakan untuk meneliti populasi atau sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian serta analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Prinsip Penelitian dalam Bidang Pendidikan Biologi yang Menggunakan Paradigma Positivistik Kuantitatif” adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai paradigma positivistik kuantitatif dalam bidang biologi.

1

BAB II ISI A. Paradigma Positivistik Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap sebagai Bapak Ilmu Sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia berdasarkan sains. Positivisme sebagai perkembangan empirisme yang ekstrim, yaitu pandangan yang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang mereka namakan positif (Adib, 2011). Menurut paradigma positivistik, pengetahuan terdiri atas berbagai hipotesis yang diverifikasi dan dapat diterima sebagai fakta atau hukum. Ilmu pengetahuan mengalami akumulasi melalui proses pertambahan secara bertahap, dengan masing-masing fakta berperan sebagai semacam bahan pembentuk yang ketika ditempatkan

dalam

posisinya

yang

sesuai,

menyempurnakan

bangunan

pengetahuan yang terus tumbuh. Ketika faktanya berbentuk generalisasi atau pertalian sebab-akibat, maka fakta tersebut bisa digunakan secara sangat efisien untuk memprediksi dan mengendalikan. Dengan demikian generalisasi pun bisa dibuat, dengan kepercayaan yang bisa diprediksikan. Jika dilihat dari tiga pilar keilmuan, ciri-ciri positivistik yaitu: (a) aspek ontologis, positivistik menghendaki bahwa realitas penelitian dapat dipelajari secara independen, dapat dieliminasikan dari obyek lain dan dapat dikontrol; (b) secara epistemologis, yaitu upaya untuk mencari generalisasi terhadap fenomena; (c) secara aksiologis, menghendaki agar proses penelitian bebas nilai. Artinya, peneliti mengejar obyektivitas agar dapat ditampilkan prediksi meyakinkan yang berlaku bebas waktu dan tempat. Kevalidan penelitian positivisme dengan cara mengandalkan studi empiri. Generalisasi diperoleh dari rerata di lapangan. Data diambil berdasarkan rancangan yang telah matang, seperti kuesioner, inventori, sosiometri, dan sebagainya. Paham positivistik akan mengejar data yang terukur, teramati, dan menggeneralisasi berdasarkan rerata tersebut. Kata kunci positivistik yang penting adalah jangkauan yang bisa dibuktikan secara empirik (nyata) oleh pengalaman indrawi (dilihat, diraba, didengar, dan dirasakan). Misalnya: seseorang pada akhirnya berkesimpulan dan itu “benar”, bahwa logam apapun jenisnya akan memuai jika dipanaskan. Proses nalar tidak lain 2

berlandaskan pada pengujian terhadap berbagai jenis logam yang memuai saat dipanaskan. Penemuan bukti bahwa logam tersebut dapat memuai dipandang sebagai kebenaran yang bersifat umum, berawal pada peristiwa yang bersifat khusus. Pengambilan kesimpulan seperti ini disebut sebagai penalaran induktif. Cara penalaran ini merupakan proses yang diawali dari fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju ke arah yang lebih umum untuk mencapai kesimpulan. Contoh lainnya: Ayam hitam yang kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati. Kesimpulannya adalah setiap ayam mempunyai hati. Filsafat positivisme memberikan pengaruh yang nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pendekatan positivisme dipakai sangat luas dalam penelitian-penelitian dasar, demikian juga penelitian di bidang pendidikan. Penganut positivistik sepakat bahwa tidak hanya alam semesta yang bisa dikaji, melainkan fenomena sosial termasuk pendidikan harus mencapai taraf objektifitas dan valid melalui metode yang empirik. Dalam rangka mengkaji gejala/fenomena sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, positivisme memiliki pokok-pokok paradigma positivistik sebagai berikut: 1. Keyakinan bahwa suatu teori memiliki kebenaran yang bersifat universal. 2. Komitmen untuk berusaha mencapai taraf “objektif” melalui fenomena. 3. Kepercayaan bahwa setiap gejala dapat dirumuskan dan dijelaskan mengikuti hukum sebab akibat. 4. Kepercayaan bahwa setiap variabel penelitian dapat dididentifikasikan, didefinisikan dan pada akhirnya diformulasikan menjadi teori dan hukum. B. Pendekatan Positivistik dalam Penelitian Positivistik bisa menjalankan peran pendekatan ilmiah pada gejala lingkungan

untuk

diformulasikan

menjadi

pengetahuan

yang

bemakna.

Pengetahuan modern mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran. Sehingga, sebuah fakta dan gejala dapat dikumpulkan secara sistematis dan terencana harus mengikuti asas yang terukur, terobservasi dan diverifikasi. Dengan begini, pengetahuan menjadi bermakna dan sah menurut tata cara positivistik. Positivistik sendiri sebenarnya merupakan sebuah paham penelitian. Istilah ini juga merujuk pada sudut pandang tertentu, sehingga boleh disebut sebagai pendekatan. Positivistik lebih berusaha kearah mencari fakta atau sebab-sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang bersifat subjektif. 3

Tujuan penelitian dengan pendekatan filsafat positivisme adalah menjelaskan yang pada akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan fenomena, benda-benda fisik atau manusia. Kriteria kemajuan puncak dalam paradigma ini adalah bahwa kemampuan “ilmuwan” untuk memprediksi dan mengendalikan (fenomena) seharusnya berkembang dari waktu ke waktu. Perlu dicermati reduksionisme dan determinisme yang diisyaratkan dalam posisi ini. Peneliti terseret ke dalam peran “ahli”, sebuah situasi yang tampaknya memberikan hak istimewa khusus, namun boleh jadi justru tidak layak, bagi seorang peneliti. Positivistik lebih menekankan pembahasan singkat, dan menolak pembahasan yang penuh deskripsi cerita. Peneliti yang akan menggunakan positivistik, harus berani membangun teori-teori atau konsep dasar, kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peneliti lebih banyak berpikir induktif, agar menghasilkan verifikasi sebuah fenomena. Penelitian positivistik menuntut pemisahan antara subyek peneliti dan obyek penelitian sehingga diperoleh hasil yang obyektif. Kebenaran diperoleh melalui hukum kausal dan korespondensi antar variabel yang diteliti. Karenanya, menurut paham ini, realitas juga dapat dikontrol dengan variabel lain. Biasanya peneliti juga menampilkan hipotesis berupa prediksi awal setelah membangun teori secara handal. Suatu penelitian yang memiliki dasar positivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. 2. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka. 3. Memisahkan peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak antara peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti. 4. Menekankan

penggunaan

metode

statistik

untuk

mencari

jawaban

permasalahan yang hendak diteliti. C. Penelitian Kuantitatif dengan Pendekatan Positivistik 1. Definisi Penelitian Kuantitatif Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses

4

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. 2. Asumsi Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001) : a. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi. b. Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku. 3. Karakeristik Penelitian Kuantitatif Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, (2001 : 6-7): a. Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau topdown), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus. b. Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari halhal yang bersifat subjektif. c. Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan. d. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya. e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

5

f. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang objektif dan baku. g. Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian. h. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. i. Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi. 4. Prosedur Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut. a. Identifikasi permasalahan b. Studi literatur. c. Pengembangan kerangka konsep d. Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian. e. Pengembangan disain penelitian. f. Teknik sampling. g. Pengumpulan dan kuantifikasi data. h. Analisis data. i. Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian. Metodologi penelitian kuantitatif mempunyai batasan-batasan pemikiran yaitu: korelasi, kausalitas, dan interaktif; sedangkan objek data, ditata dalam tata pikir kategorisasi, interfalisasik dan kontinuasi. Acuan filosofik dasar metodologi penelitian positivistik kuantitatif adalah sebagai berikut: 1. Acuan hasil penelitian terdahulu Sesuai dengan filsafat ilmunya, positivisme tunduk kepada bukti kebenaran empirik, maka sumber pustaka yang perlu dicari adalah “bukti empirik hasil-hasil penelitian terdahulu”. 2. Analisis, sintesis dan refleksi Metodologi positivistik menuntut dipilahnya analisis dari sintesis. Dituntut data dikumpulkan, dianalisis, barulah dibuat kesimpulan atau sintesis. 6

3. Fakta obyektif a. Variabel Dalam penelitian positivistik kebenaran dicari dengan mencari hubungan relevan antara unit terkecil jenis satu dengan unit terkecil jenis lain. b. Eliminasi data Cara berfikir positivistik adalah meneliti sejumlah variabel dan mengeliminasi variabel yang tidak teliti. c. Uji reliabilitas, validitas instrument dan validitas butir Penelitian positivistik menuntut data obyektif. Obyektif dalam paradigma kuantitatif diwujudkan dalam uji kualitas instrumennya yang disebut uji reliabilitas dan validitas instrumennya. Dari uji validitas instrumen tersebut berarti instrumen tersebut dapat dipakai untuk mengumpulkan data yang obyektif. Kualitas instrumen lebih tinggi lagi dapat diuji lebih lanjut lewat uji validitas setiap soalnya atau uji validitas butirnya. Uji validitas butir diuji daya diskriminasi dan tingkat kesukarannya. 4. Argumentasi a. Fungsi parameter Sejumlah variabel diuji pengaruhnya dengan teknik uji relevansi atau korespondensi antar sejumlah variabel. Uji korespondensi hanya membuktikan hubungan paralel antar banyak variabel (bukan sebab-akibat). b. Populasi Subyek penelitian adalah subyek pendukung data, subyek yang memiliki data yang diteliti. c. Wilayah atau penelitian Membahas lingkungan yang memberi gambaran latar belakang atau suatu lingkungan khusus yang dapat memberi warna lain pada populasi yang sama. 5. Realitas a. Desain standar Kerangka berfikir hubungan variabel-variabelnya harus jelas, dirancang hipotesis yang dibuktikan termasuk dirancang instrumen pengumpulan

7

datanya yang teruji validitas instrumennya dan juga validitas butir soalnya dan dirancang teknik analisis. b. Uji kebenaran Realitas dalam paradigma kuantitatif obyektif adalah kebenaran sesuai signifikansi statistik dan pemaknaannya juga sebatas teknik uji yang digunakan. Unsur-unsur data untuk uji kebenaran menyangkut melihat antara lain jumlah subyeknya, jenis datanya, distribusi datanya, mean, simpangan bakunya dan teknik uji korelasinya. Realitas atau kebenaran yang diakui dalam positivistik sebatas obyek yang diteliti dan seluas populasi penelitiannya dan dijamin oleh teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan penetapan populasi. D. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kuantitatif Menurut Sugiyono (2012) dan Muhadjir (1996) kelebihan dan kekurangan penelitian kuantitatif sebagai berikut : Paradigma Kuantitatif Kelebihan Kekurangan Penelitian lebih berjalan secara empiris, Pengambilan data cenderung terukur, rasional, dan sistematis bergantung pada percobaan tertentu sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama Mampu memanfaatkan teori yang ada Penelitian tidak subjektif Penelitian bersifat independen, supaya Berorientasi hanya terbatas pada nilai terbangun objektivitas (value) dan jumlah (angka). Spesifik, jelas dan rinci Dibatasi oleh peluang untuk menggali responden dan kualitas perangkat pengumpul data orisinil Penelitian kuantitatif menekankan pada Keterlibatan peneliti umumnya terbatas. keluasan informasi (bukan kedalaman). Tidak semua variabel dapat Metode ini cocok digunakan untuk dimanipulasikan, artinya tidak semua populasi yang luas dengan variabel yang variabel dapat dikontrol atau terbatas. dipengaruhi oleh peneliti

8

D. Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif 1. Penelitian deskriptif Suatu metode yang digunkan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005). a. Penelitian survey Aspek kajian metode penelitian menunjukkan bahwa survey bersifat explanatory, yaitu penelitian yang harus dilakukan penjelasan atas hubungan, pengaruh atau adanya hubungan kausal dan sebab akibat. Hal tersebut dimiliki oleh penelitian survey ini mengingat data-data dan sampel penelitian sudah pasti ada. Hasil dari penelitian ini dapat digeneralisasikan, alasannya karena sampel yang digunakan biasanya cukup banyak dan sasaran penelitian atau wilayah tempat dilakukannya penelitian juga lebih luas (Darmawan, 2013). b. Penelitian observasi Merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004). c. Penelitian ex-post-facto Menurut

Sukardi

(2013),

merupakan

penelitian

dimana

variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. 2. Penelitian eksperimen Merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). a. Penelitian pre eksperimen Penelitian pre eksperimen menggambarkan desain penelitian pendahulluan atau bukan sebenarnya, desain ini belum bisa dianggap sebagai eksperimen karena adanya hambatan berupa hasil yang tidak memadai (Rosleny, 2013). b. Penelitian eksperimen sebenarnya Menurut Suryabrata (2011), disebut sebagai true experiment karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. 9

c. Penelitian eksperimen semu Penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen) menggunakan kelompok pembanding untuk mengetahui efek perlakuan (Rosleny, 2013). 3. Design and development research Seels dan Richey (1994), mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan, dan evaluasi program, proses, dan produk pembelajaran yang harus memenuhi criteria validitas, kepraktisan, dan efektivitas. 4. Research and development Menurut Sugiyono (2012), penelitian R&D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu yang dipakai untuk penelitian bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya bisa berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian guna menguji keefektifan produk tersebut.

10

BAB III PENUTUP Kata kunci positivistik yang penting adalah jangkauan yang bisa dibuktikan secara empirik (nyata) dan oleh pengalaman indrawi (dilihat, diraba, didengar, dan dirasakan). Dalam rangka mengkaji gejala/ fenomena sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, positivisme memiliki pokok-pokok paradigma positivistik sebagai berikut: 1. Keyakinan bahwa suatu teori memiliki kebenaran yang bersifat universal; 2. Komitmen untuk berusaha mencapai taraf “objekt...


Similar Free PDFs