Perkembangan Islam dan Tamadun Melayu di Brunei Darussalam PDF

Title Perkembangan Islam dan Tamadun Melayu di Brunei Darussalam
Author Jihad Benastey
Pages 18
File Size 158.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 376
Total Views 513

Summary

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing SIAT dan Tamadun Melayu Bambang Supradi, M.Pd.I Perkembangan Islam dan Tamadun Melayu Di Brunei Darussalam Disusun oleh : Kelompok 6 Azhar Siddiq Jihad Benastey Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau P...


Description

Tugas Kelompok

Dosen Pembimbing

SIAT dan Tamadun Melayu

Bambang Supradi, M.Pd.I

Perkembangan Islam dan Tamadun Melayu Di Brunei Darussalam

Disusun oleh : Kelompok 6

Azhar Siddiq Jihad Benastey

Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, Inayah, taufik dan hinayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami perkembangan Islam dan tamadun Melayu di Brunei Darussalam. Penulis mengakui masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, September 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 1.1.

Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2.

Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3.

Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2 2.1.

Sejarah Brunei Darussalam ................................................................................. 2

2.2.

Islam Sebelum Periode Kolonial......................................................................... 3

2.2.1. Islam periode Inggris ........................................................................................... 4 2.2.2. Islam di Brunei dan Dewasa Ini. .......................................................................... 6 2.3.

Awal Proses Masuknya Islam Dan Perkembangannya ....................................... 8

2.4.

Pendidikan......................................................................................................... 12

2.5.

Tamadun Melayu .............................................................................................. 12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14 3.1.

Simpulan ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini. Islam menjadi agama resmi Negara Brunei Darussalam, Karena itu mendapat perlindungan dari negara. Pemerintah juga sangat mendukung perkembangan dan kemajuan Islam, di mana Sultan Brunei menjadi kepala agama di tingkat negara. Sebagian besar Muslim di negara ini adalah Sunni yang menganut mazhab Syafi’i. 1.2. Rumusan Masalah 1.

Bagaimana sejarah Brunei Darussalam sebelum penjajahan sampai merdeka?

2.

Bagaimana perkembangan Islam di Brunei Darussalam?

3.

Bagaimana perkembangan pendidikan di Brunei Darussalam?

4.

Bagaimana perkembangan tamadun Melayu di Brunei Darussalam?

1.3. Tujuan 1. Mengetahui sejarah Brunei Darussalam sebelum penjajahan sampai merdeka. 2. Mengetahui perkembangan Islam di Brunei Darussalam. 3. Mengetahui perkembangan pendidikan di Brunei Darussalam. 4. Mengetahui perkembangan tamadun Melayu di Brunei Darussalam.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Brunei Darussalam Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan negara Malaysia. Brunei memiliki ukuran wilayah yang tidak begitu luas, diperkirakan hanya seluas 5.765 km persegi. Penduduknya juga relatif sedikit, diperkirakan berjumlah 360.000. Mayoritas penduduknya adalah Melayu, sebagian lainnya adalah pendatang seperti Cina. Pemerintah tidak menerbitkan data lengkap tentang penganut agama, namun satu sumber menyebutkan bahwa 67,2 % penduduknya Muslim; 13% Budha, 10% Kristen; dan 10% lainnya menganut keyakinan lainnya. Sekitar 20% penduduk adalah etnis Cina, di mana diperkirakan sebagian di antaranya menganut Kristen (Anglikan, Katolik dan Methodists) dan sebagian lainnya menganut agama Budha. Juga terdapat sejumlah tenaga kerja yang berasal dari Australia, Inggris, Filipina, Indonesia, dan Malaysia yang menganut Islam, Kristen dan Hindu. 297 Sebagai tempat ibadah, di Brunei terdapat 101 mesjid, 7 buah gereja, sejumlah kelenteng Cina dan 2 buah candi.1 Keberadaan Brunei sudah ada sejak abad ke-6 dan menjadi kerajaan tertua di antara kerajaan-kerajaan tanah Melayu. Pada masa itu daerah Brunei menjadi salah satu pelabuhan persinggahan dan pusat perdagangan dari Cina, Arab dan India. Berdasarkan bukti monumen dan fakta sejarah yang ada di Brunei adalah lebih meyakinkan dan mewujudkan bahwa islam telah ujud di Brunei sejak abad ke 13 M. Karena sebuah batu nisan seorang Cina kenamaan beragama islam pada tahun 1264 M yang terdapat di Brunei.2 Situasi politik di negara Brunei Darussalam tampaknya sangat tenang, hal ini mungkin karena ukuran negara ini yang kecil. Hampir seluruh penduduk Brunei adalah Melayu, meskipun ada sejumlah kecil kaum Iina pendatang. Sebagai agama resmi, islam mendapat lindungan dari negara, islam sangat berkembang di Brunei,

1 2

Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara. (Pekanbaru. Suska Press 2013). h.170 Suhaimi. Cahaya Islam di ufuk Asia Tenggara. (Pekanbaru. Suska Press 2006). h.253

2

karena didukung oleh pemerintah dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijaksanaan di bidang agama dan kebijakan umum lainnya tanpa banyak kesulitan. Dan juga karena Brunei sangat berhati-hati terhadap pengaruh dari luar, tampaknya masyarakat feodal tradisional ini akan tetap bertahan. Brunei mengubah bentuk kerajaan menjadi kesultanan bersamaan dengan masuknya islam ke sana pada abad ke 15. Tahun-tahun berikutnya menjadi masa kejayaan kesultanan tersebut. Daerah kekuasaannya meluas hingga Filipina selatan. Sepanjang sejarahnya, Brunei tercatat hanya mengalami 2 kali pertikaian politik. Pertama, tak lama setelah kedatangan orang Eropa pertama di Brunei. Pada tahun 1521, pelaut Spanyol Magellan mendaratnya dua kapalnya di sana. Pemberontakan rakyat dipicu ketidaksuaan mereka atas campur tangan orang asing dalam pemerintahan. Paman sultan, raja muda hasil yang menjabat perdana menteri gagal memadamkan pemberontakan itu. Akhirnya bantuan asing yang dipimpin olah petualang Inggris, James Brooke menumpas pemberontakan, diangkat sebagai raja atas wilayah kuching, Baudab Lundo. Akhirnya sejak tahun 1888 brunei menjadi daerah protektorat Inggris. Pada tahun 1962, terjadi pemberontakan rakyat yang kedua dipimpin oleh Azhari. Ia menuntut kemerdekaan Kalimantan Utara meliputi wilayah Shahab, Serawak dan Brunei, namun pemberontakan tersebut berhasil dipatahkan. Pada tahun 1971, Inggris memberikan kebebasan untuk menjalankan pemerintahan Brunei. Meski cukup lama berada di bawah pengaruh kolonialisme Inggris, namun secara kultural islam sangat mewarnai kehidupan rakyat dan pemerintah Brunei.3 2.2. Islam Sebelum Periode Kolonial Di Brunei Darussalam, Islam telah diterima secara resmi sebagai agama raja dalam rakyat dan telah memiliki corak pemerintahannya secara bersultan dengan

3

Suhaimi. Cahaya Islam di ufuk Asia Tenggara. (Pekanbaru. Suska Press 2006). h.255

3

pengislaman Awak Alak Betatar(1363-1402) dengan nama sultan Muhammad syah dan terakhir adalah sultan haji Hassanal Bolkiah(1957-sekarang). Sultan-sultan negara Brunei telah mengembangkan islam di dalam negaranya dan juga daerah sekitarnya. Mereka juga telah melaksanakan undang-undang islam secara peringkat-peringkat sehingga menjadi undang-undang dasar negara Brunei Darussalam. Sebagai bukti jelas pelaksanaan UU islam di Brunei yaitu bahwa Brunei ialah mewujudkan UU islam tertulis dan disahkan. Ada dua naskah UU islam Brunei, naskah Brunei terkenal bernama Hukum Kanun Brunei mengandung 96 muka surat dan boleh didapati di dewa bahasa dan pustaka Brunei. Naskah kedua terkenal dengan nama UU dan Adat Brunei Lama, Terdiri dari 68 muka surat, di simpan di Museum Serawak. Kandungan hukum Kanun Brunei ini jelas mencakup bidang yang luas dalam pelaksanaan hukum syara’, termasuk hukum hudud dan qishas. Hukum Kanun Brunei mengandung kira-kira 47 pasal yang mana kandungan hukum ini sesuai dengan hukum syara’. Sebelum kedatangan Inggris, Brunei telah diperintah berdasarkan Hukum Kanun Brunei yang berasaskan syara’. Dengan ini tidak ada keraguan mengenai sumber dan asas undang-undang Brunei yaitu undang-undang islam yang pemakaian dan pelaksanaannya meluas dan menyeluruh sebelum kedatangan dan campur tangan Inggris. 2.2.1. Islam periode Inggris Pada tahun 1847 merupakan tahun bersejarah bagi Inggris, karena pada tahun tersebut bermulanya hubungan antara Brunei dengan kerajaan Inggris. Pada tahun 1906 Brunei dengan resminya menerima kehadiran residen British akibat dari beberapa perjanjian tahun 1886 dan 1888, kandungan perjanjian-perjanjian tersebut ialah membuat peruntukan memberi kuasa pentadbiran undang-undang kepada pihak Inggris. Sebagai contoh bahwa Inggris mulai menunjukkan minat untuk campur tangan dalam bidang UU dan pentadbirannya seperti dalam perjanjian tahun 1856, Inggris diberi kuasa untuk mengendalikan kasus-kasus yang timbul dari pertikaian di

4

kalangan rakyat Inggris atau antara rakyat Inggris dengan rakyat asing negara Brunei. Walaupun hakim Inggris diberi kuasa bidang ini, namun beliau tidaklah mempunyai kuasa penuh dalam menjalankan tugas-tugas kehakiman. Hakim kerajaan Inggris apabila menjalankan tugas disertai oleh hukum kerajaan Brunei. Hukuman-hukuman yang dijatuhkan hendaklah berdasarkan pada hukuman yang terdapat dan diperuntukkan dalam UU tempatan dengan syarat, hukuman yang dijatuhkan pada rakyat Inggris hendaklah tidak boleh lebih berat dari hukum yang biasa diberikan dalam UU Inggris bagi kesalahan yang sama. Dengan demikian Inggris telah mulai mempunyai aturan untuk campur tangan dalam pentadbiran dan kehakiman Negara Brunei. Namun, kelihatannya Inggris belum puas selagi belum berkuasa penuh di bidang perundangan dan pentadbirannya. Kuasa penuh bagi mentadbir urusan perundangan dan kehakiman rakyat Inggris di

Brunei diberikan pada Inggris hanya setelah tercantumnya

perjanjian 1888 artikel VII perjanjian tersebut terbuat. a. Bidang kuasa sipil dan jenayah kepada jawatan kuasa kehakiman Inggris untuk mengendalikan kasus rakyat asing dari negara jajahan Inggris dan kasus rakyat negara lain jika mendapat persetujuan negara mereka. b. Bidang kuasa untuk menghakimkan kasus yang melibatkan rakyat Brunei jika rakyat Brunei dalam kasus tersebut merupakan seorang penuntut atau pendakwa. Tapi jika di dalam sesuatu kasus itu, rakyat Brunei adalah orang yang dituntut

atau didakwa, maka kasus tersebut akan diadili oleh Mahkamah

Tempatan.4 Ternyata walaupun Brunei Darussalam merupakan sebuah negara merdeka dan berdaulat yang mana undang-undangnya sepatutnya dipatuhi dan dihormati, namun hal ini tidak berlaku karena Inggris telah membuat berbagai tindakan untuk campur tangan dalam perundangan dan pentadbiran keadilan Negara Brunei Darussalam. Nampaknya mereka belum puas sebelum mempunyai kuasa mutlak di bidang perundangan dan kehakiman ini.

4

Suhaimi. Cahaya Islam di ufuk Asia Tenggara. (Pekanbaru. Suska Press 2006). h.258

5

Inggris berhasil mendapat kuasa untuk campur tangan dalam urusan pentadbiran dan pemerintahan termasuk urusan perundangan kecuali perkaraperkara mengenai agama Islam. Mungkin karena undang- undang adat tidak begitu jelas dan kedudukan hukum Sya'ra pula dirasakan tergugat. Maka pihak kerajaan Brunei telah menghantar satu utusan pada pesuruhnya British ke Borneo pada 2 Juli 1906 menuntut agar : a. Setiap kasus yang berkaitan dengan agama Islam diadili oleh hakim-hakim tempatan. b. Meminta agar adat-adat dan undang-undang tidak dirombak , dipindah dan dilanggar selama-lamanya. Hasil dari utusan tersebut pihak Inggris setuju untuk mendirikan mahkamah Syari’ah yang akan mengendalikan urusan undang-undang yang berkaitan dengan agama Islam. Bagaimanapun Inggris telah menolak permintaan kedua dengan alasan bahwa tujuan asal dari perjanjian 1906 adalah untuk memperbaiki adat dan undang-undang tempatan sebagai langkah untuk menyelamatkan Brunei. 2.2.2. Islam di Brunei dan Dewasa Ini. Brunei benar-benar merdeka dari kolonial Inggris pada 1 Januari 1984, beberapa tahun setelah kota-kota di sekitar itu dimenangkan kemerdekaannya. Berdasarkan teori semenjak tahun 1984. Islam merupakan agama pokok di Brunei dan benar-benar melekat di negara tersebut. Jadi Islam di Brunei adalah peraturan negara dan terlebih lagi adalah merupakan suatu birokratis. Seperti Malaysia politik-politik Islam yang ternama tidak dibenarkan. Ini tentu bukan berarti bahwa Islam sama sekali tidak pada suatu aturan yang dinamis. Sebaliknya Islam sangat hidup di Brunei khususnya dalam segi budaya dan spiritual. Ada berbagai bukti pertumbuhan islam di Brunei di berbagai sektor. Tetapi peranan Islam terus menerus untuk dapat benar-benar ditentukan oleh kerajaan dan sangat tidak mungkin susunan tersebut akan berubah di masa-masa yang akan datang. Seperti negeri-negeri Melayu lainnya, kesultanan Brunei tidak melepaskan kedaulatannya kepada Inggris. Tahun 1888 dibuatlah perjanjian antara Inggris dengan kesultanan Brunei yang menjadi Brunei wilayah protektorat Inggris.

6

Segala pengaturan menyangkut urusan dalam negeri di tanda tangani oleh sultan, namun Brunei dibujuk untuk menerima penasihat Inggris yang akan memberi nasihat kepada Sultan tentang segala persoalan selain persoalan keagamaan. Sistem hukum Inggris juga diadopsi secara selektif. Birokrasi dan modern dengan pemerintah modem mulai diterapkan. Peran sultan sebagai penguasa absolut ditinjau kembali. Dalam kenyataan residen Inggris, yang tugasnya hanyalah sebagai penasihat mengambil sebagian besar kewajiban yang di dahulunya merupakan tugas-tugas Sultan. Lembaga-lembaga baru seperti konstitusi, kepolisian, birokrasi yang dijalankan oleh pegawai-pegawai distrik dan lain-lain diciptakan untuk membantu modernisasi politik tradisional. Sebagian besar masyarakat pribumi berusaha menjauhi hal-hal yang menurut ajaran agama merupakan perbuatan rendah. Hal ini membantu mereka tetap memiliki kebanggaan dan rasa percaya diri sebagai muslim dan memperlebar kepercayaan mereka bahwa meskipun mereka tidak lagi merdeka di bidang ekonomi dan politik, namun di bidang spiritualitas mereka masih merdeka, namun demikian ada juga efek negatifnya. Isi ajaran agama yang mereka terima cenderung statis dan menekankan aspek ritual. Pemisahan agama dari politik yang mengakibatkan berkurangnya kegiatan-kegiatan politik mungkin menyebabkan keadaan ini. Landasan spiritual yang dibentuk lewat pengajaran agama, pada umumnya kuat, namun penekanan yang terlalu berlebihan terhadap teknologi menciptakan situasi di mana pendidikan ortodoks yang tertutup tidak muncul sebagai suatu yang cukup untuk mengantisipasi kompleksitas perubahan dunia yang begitu cepat. Tidak mengherankan jika pemimpin nasional di kawasan ini yang diilhami cita cita kemerdekaan politik muncul terutama dari orang-orang yang terdidik dalam sistem pendidikan kolonial. Namun bagi kaum muslimin Islam merupakan unsur pemersatu yang penting dalam perjuangan nasional meskipun jalan menuju kemerdekaan berbeda-beda antara satu negeri dengan negeri yang lainnya. Brunei memperoleh kemerdekaan penuh pada 1 Januari 1984. Sistem politik tradisional diberlakukan kembali dalam bentuk modern dengan keluarga raja

7

sebagai pemegang kepemimpinan kerajaan yang bernama negara Brunei Darussalam. 2.3. Awal Proses Masuknya Islam Dan Perkembangannya Berdasarkan bukti sejarah yang ada di Brunei Darussalam Islam masuk ke Brunei sekitar abad ke -13 M. Semenjak itu kerajaan Brunei berubah menjadi kesultanan Islam. a) Batu Nisan Batu nisan tersebut didapati di perkuburan Islam Rangas di jalan Tutong Bandan Sari, bertuliskan Cina kepunyaan orang Cina bernama P’u-kung Chin-mu yang meninggal pada tahun 1264 M zaman dinasti Sung Selatan. Untuk menguatkan alasan bahwa tuan p'u adalah seorang yang memeluk Islam, yaitu apabila mayat orang islam di pemakaman orang non muslim maka akan timbul kegaduhan, karena perbuatan itu berlawanan dengan hukum fiqih dari segi mengubur mayat tetapi batu nisan itu kekal sampai sekarang dan ini membuktikan bahwa tuan p'u adalah orang Cina yang beragama Islam. 5 b) Kerajaan Islam Islam masuk ke Brunai di bawa oleh saudagar-saudagar Islam. Yang intinya orang-orang Arab diikuti oleh orang Persia, Gujarab dan penyebaran agama itu tidak dijalani dengan kekerasan dan tidak ada penaklukan negeri. Raja Brunai, Awak Alak Batatar mula-mula belum menganut agama Islam tapi ketika itu, Brunai telah menjalin hubungan dengan Malaka. Yang pada waktu itu agama Islam telah berkembang di malaka. Menurut silsilah raja-raja Brunai bahwa Awak Alak Batatar sendiri berangkat ke Malaka dan menikah dengan putri Malaka, kemudian Awak Alak Batatar tertarik masuk Islam dan mengganti namanya dengan sultan Muhammad Syah. Dalam masa pemerintahan Sultan Muhammad itulah seorang bangsa Arab dari Mekkah (thaif) yang bernama Syarif Ali datang ke Brunei dan mengembangkan Islam di Brunai, kemudian menikahkan Syarifah dengan anak kemenakannya baginda putri Pateh Berbai.6 5 6

Suhaimi. Cahaya Islam di ufuk Asia Tenggara. (Pekanbaru. Suska Press 2006). h.262 Ibid

8

Perkembangan dan kemajuan Islam di Brunai semakin nyata setelah rajanya Awak Alak Batatar memeluk agama Islam pada tahun 1368 M, dengan gelar Sultan Muhammad Syah yang menjadikan agama islam dilakukan sebagai agama resmi negara. Usaha-usaha mengembangkan agama islam dilakukan secara menyeluruh baik dalam maupun luar negeri. Kemasyhuran di Brunai mendorong imigrasi ulama Islam ke negeri itu. Perkembangan dan majunya Islam di Brunai lebih pesat. Setelah pusat penyebaran dan kebangkitan Islam di Malaka jatuh ke tangan Portugal .pada tahun 1511 M, sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunai. Kesultanan Brunai juga mengislamkan wilayah yang ada dalam kekuasaannya Pendidikan agama menjadi penting dalam menyadarkan identitas Islam orang Melayu Brunai. Bahasa Melayu tetap menjadi media keagamaan dan komunikasi antara kaum muslimin Brunai. Brunai menjadi pusat pengembangan agama Islam pada masa pemerintahan sultan Bolkiah (sultan Brunai yang ke-5), di antara cara Sultan Bolkiah mengembangkan ajaran Islam yaitu melalui perkawinan. Baginda Menaklukan Suluk (sulu) kemudian menikahi putri Raja Suluk yaitu Laila Mancapai. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan Islam di Brunai adalah : 1.

Faktor Perdagangan Perdagangan Portugis dan Arab merupakan golongan yang memainkan

peranan penting d...


Similar Free PDFs