Title | Praktikum Teknologi Beton |
---|---|
Author | Sholihin St |
Pages | 80 |
File Size | 2.7 MB |
File Type | |
Total Downloads | 217 |
Total Views | 1,015 |
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN II Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Bahan Bangunan II Dosen : Drs. Imam Muchoyar, M.Pd. Oleh : 1. Irvan Lutfiyanto Q NIM 14510134021 2. M. Yusuf Sholihin NIM 14510134022 3. Zhulqi Pradifa NIM 14510134023 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN PENDIDIKAN ...
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN II Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Bahan Bangunan II Dosen : Drs. Imam Muchoyar, M.Pd.
Oleh :
1. Irvan Lutfiyanto Q
NIM 14510134021
2. M. Yusuf Sholihin
NIM 14510134022
3. Zhulqi Pradifa
NIM 14510134023
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Kata Pengantar Puji dan syukur senantiasa kami kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-NYA kelompok kami dapat meyelesaikan praktikum bahan bangunan II. Kami juga telah menyelesaikan penulisan laporan guna memenuhi tugas mata kuliah praktikum bahan bangunan II. Dalam penyusunan laporan ini kelompok kami tidak hanya bekerja sendiri, tetapi banyak dari pihak lain yang membantu. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang telah bersedia membantu dalam penyelesaian penulisan laporan ini. 1. Bapak Drs. Imam Muchoyar, M.Pd. selaku dosen matakuliah Praktikum Bahan Bangunan II yang senantiasa membantu dan membimbing dalam penyelesaian penulisan laporan praktikum. 2. Bapak Sudarman selaku teknisi laboratorium mekanika tanah yang membantu dalam proses Praktikum Bahan Bangunan II. 3. Orang tua yang memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersemangat berusaha dalam penyelesaian penulisan laporan Praktikum Bahan Bangunan II. 4. Rekan-rekan seperjuangan sekelas yang selalu bersama-sama dalam proses penulisan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin. Kami juga menerima kritik dan saran guna kesempurnaannya laporan ini. Akhir kata kami mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan laporan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terimakasih. Semoga tugas laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnnya.
Yogyakarta,
Mei 2015
Tim Penyusun
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Lembar Penilaian Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa kelompok 1, telah mengumpulkan laporan Praktikum Bahan Bangunan II pada : Hari
:
Tanggal
:
Dan memperoleh nilai sebagai berikut : Nama
NIM
Irvan Lutfiyanto Q
14510134021
M. Yusuf Sholihin
14510134022
Zhulqi Pradifa
14510134023
Nilai
Yogyakarta,
Mei 2015
Drs. Imam Muchoyar, M.Pd.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
PASIR Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
PENGUJIAN PASIR A. TUJUAN Mengetahui karakteristik agregat sebagai bahan adukan dalam pembuatan beton dengan mengacu pada SNI
B. MATERI PENGUJIAN 1. Pengujian Modulus Kehasilan Pasir (MKB) 2. Pengujian Absorbsi Pasir 3. Pengujian Kadar Lumpur Pasir 4. Pengujian Kadar Zat Organik Pasir 5. Pengujian Berat Jenis Pasir SSD 6. Pengujian Kadar Air Pasir SSD 7. Pengujian Bobot Isi Pasir Alami 8. Pengujian Berat Jenis Pasir Alami C. DASAR TEORI Berdasarkan persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982) Pengertian pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukurannya sebagian besar terletak antara 0,075-5mm, dan kadar bagian yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5%. Adapun persyaratannya yaitu :
Pasir beton harus bersih, bila diuji menggunakan larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang terlihat dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70%.
Kehalusan Pasir Pada umumnya pasir mempunyai modulus kehalusan butir antara 1,5 – 3,8 (SK SNI S–04– 1989–F hal. 28).. Bila diuji menggunakan rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16-0,315 ; 0,63-1,25 ; 2,5-5 ; 10 mm, dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15% berat. Modulus halus butir atau finess modulus (FM) adalah suatu nilai yang digunakan untuk menunjukkan kekasaran atau kehalusan butir–butir agregat. Perhitungan modulus halus butir agregat menggunakan rumus :
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
FM =
(SK SNI S–04–1989–F hal. 28)
Dimana : FM = Modulus kehalusan butir agregat Σ Skom (%) = Jumlah prosen komulatif agregat yang tertahan diatas saringan 0,15 mm
Kadar Air Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen (SK SNI 03–1971–1990). Kadar air perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang diperlukan dalam campuran beton. Keadaan jenuh kering permukaan SSD (saturated surface dry) lebih disukai sebagai standar, karena : a. Merupakan keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton, sehingga agregat tidak menambah atau mengurangi air dari pasta. b. Kadar air di lapangan lebih banyak yang mendekati keadaan SSD daripada kering tungku. Dalam hal ini hitungan kebutuhan air pada adukan beton, biasanya agregat dianggap dalam keadaan jenuh kering permukaan. Menurut PUBI—1982 yang disyaratkan untuk kadar air maksimal 2 %.
Berat Jenis Berat jenis agregat halus ialah perbandingan berat pasir dengan berat pasir ditambah air atau perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi. Perhitungan berat jenis berdasarkan SK SNI–10–1989–F untuk kondisi asli dan SSD dengan rumus :
Menurut PUBI-1982 angka berat satuan atau bobot isi yang disyaratkan berkisar diangka 1,2 kg/lt – 1,6 kg/lt.
Kandungan Zat Organik Kandungan zat organik adalah bahan-bahan organik di dalam pasir yang menimbulkan efek merugikan terhadap mutu mortar atau beton (SK SNI 03-28161992). Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi kuat
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
tekan beton. Untuk itu, bila direndam dalam 3% larutan NaOH, cairan diatas endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding. Menurut SNI 2003-2816-1992, jika warna larutan benda uji lebih gelap dari warna larutan standar atau menunjukkan warna standar lebih dari No.3, maka kemungkinan mengandung bahan organik yang tidak diizinkan untuk bahan campuran beton. Kandungan zat organik yang berlebihan pada agregat juga dapat mengganggu proses hidrasi sehingga dapat menurunkan kekuatan pasta semen. Tabel Perubahan Warna
Warna
Prosentase Kandungan Zat Organik (%)
Jernih
0
Kuning muda
0-10
Kuning tua
10-20
Kuning kemerahan
20-30
Coklat Kemerahan
30-50
Coklat
50-100
Kadar Lumpur Pengertian Lumpur adalah bagian–bagian yang berasal dari agregat alam
(kerikil dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/m3 (SK SNI S–04–1989–F). Bahan–bahan ini adalah bahan yang menyebabkan terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya, selain yang telah kita ketahui, yakni alkali dan sulfat. Kadar lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat kekuatan beton menjadi rendah, sehigga mutu beton yang diinginkan tidak tercapai. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat.
Apabila agregat halus mengandung kadar lumpur yang tinggi maka
dapat menyebabkan terhambatnya pengerasan semen, bertambahnya Faktor Air Seman (FAS) karena air yang seharusnya diserap pasir digunakan lumpur sendiri untuk kelangsungan hidupnya., mampu mengurangi daya ikatan pasta semen dengan agregat sehingga dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan beton dan
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
lebih lanjut lagi beton akan menjadi retak ketika kering akibat dari tingginya bagian yang halus. Kadar lumpur agregat halus ( pasir ) menurut SK SNI S–04–1989–F yaitu kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0,075 mm) maksimum 5%. Kadar Lumpur = Dimana : W2= Berat benda uji kering oven setelah dicuci dan dioven kembali W1= Berat benda uji kering oven sebelum dicuci SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus (pasir) menjadi empat daerah atau zone yaitu : zona I (kasar), zona II (agak kasar), zona III (agak halus) dan zona IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Modulus Kehalusan Butir (Fineness Modulus = FM) Modulus kehalusan butir (angka kehalusan) adalah jumlah persen tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm, dibagi 100. Makin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). SK SNI S – 04 – 1989 – F MHB pasir berkisar antara 1,50 – 3,8, kerikil sebesar 5,0 – 8,0. Sedangkan MHB dari campuran agregat halus dan kasar sebesar 5,0 – 6,0.
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Bobot Isi (Bulk Density) ~ Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda tersebut. ~ Bobot isi ada dua : bobot isi padat dan gembur. ~ Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan campuran beton. Absorbsi pasir (penyerapan air) Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %. Daya serap air berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang dibutuhkan pada beton D. ALAT DAN BAHAN 1. Pengujian Kadar Zat Organik Pasir Alam a. Alat - Botol susu - Timbangan
- Piring
- Sendok
- Kelas warna standar
b. Bahan - Pasir 300 gr - NaOH 9 gr - Air 300 ml 2. Pengujian Absosrbsi Pasir Alam a. Alat - Timbangan - Oven - Piring - Ember b. Bahan - Pasir 500 gr - Air 3. Pengujian Berat Jenis Pasir Alam a. Alat Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Gelas Ukur Piring Timbangan b. Bahan Pasir 500 gr Air 300 ml 4. Pengujian Bobot Isi Pasir Alam a. Alat Bejana Timbangan Jangka sorong b. Bahan Pasir Alam 5. Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam a. Alat Piring Timbangan Oven Gelas Ukur b. Bahan
Pasir 500 gr
Air
6. Pengujian Distribusi Pasir a. Alat
Timbangan
Ayakan
Piring
b. Bahan
Pasir 500 gr
7. Pengujian Berat Jenis Pasir SSD a. Alat
Timbangan
Gelas ukur Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Piring
Ember
b. Bahan
Pasir 300 gr
Air
8. Pengujian Kadar Air Pasir SSD a. Alat
Timbangan
Piring
Oven
Ember
b. Bahan
Pasir 500 gr
Air
E. LANGKAH KERJA a) Pengujian Kadar Zat Organik Pasir 1. Menyiapkan larutan NaOH 3% 2. Menuangkan kedalam gelas ukur kemudian diaduk 3. Menyiapkan pasir 30 ml kedalam botol susu 2xuji(sebanyak 2 botol) 4. Menuangkan larutan NaOH sampai total pasir larutan menjadi 200ml 5. Mengocok botol,kemudian didiamkan selama 1 hari 6. Kemudian setelah didiamkan selama 1 hari yaitu membandingkan warna air dengan warna standar b) Pengujian Absorbsi Pasir Alam 1. Merendam pasir 500gr kedalam air selama 24 jam 2. Kemudian setelah 24 jam pasir ditiriskan dan ditimbang masing-masing 150 grx3 sampel 3. Masukkan pasir tersebut kedalam oven hingga mendapatkan berat tetap 4. Kemudian setelah berat tetap timbang pasir yang telah kering oven c) Berat Jenis Pasir Alam 1. Menyiapkan pasir alam sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
2. Memasukkan pasir yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi dengan air hingga volume 100ml 3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur d) Pengujian Bobot Isi Pasir Alam 1. Menimbang berat bejana 2. Mengisi bejana tersebut dengan pasir alam sampai penuh tanpa dipadatkan 3. Menimbang pasir + bejana tersebut 4. Mengisi bejana dengan air, kemudian menimbang bejana+air e) Kadar Lumpur Pasir Alam 1. Mengambil pasir alam masing-masing 150 grx3 sampel 2. Masukkan pasir tersebut kedalam oven hingga didapat berat tetap 3. Kemudian setelah mendapatkan berat tetap, menimbang pasir yang telah kering oven 4. Mencuci pasir tersebut dengan air sampai bersih 5. Setelah itu masukkan paasir tersebut kedalam oven dan dioven hingga mendapatkan berat tetap 6. Setelah itu timbang pasir yang telah kering oven tersebut f) Pengujian Kehalusan Pasir 1. Menimbang pasir 500 gr 2. Memasukkan pasir tersebut kedalam ayakan yang telah disusun 3. Memesang ayakan tersebut ke alat pengayak 4. Mengayak pasir ersebut selama 5 menit, kemudian memutar ayakan tersebut hingga 90 derajat 5. Mengayak kembali pasir tesebut selama 3 menit 6. Menimbang pasir yang tertinggal di setiap susunan ayakan g) Pengujian Berat Jenis Pasir SSD 1. Menyiapkan pasir SSD sebanyak 3 sampel masing – masing 150gr 2. Memasukkan pasir yang telah ditimbang kedalam gelas ukur yang telah diisi dengan air hingga volume 100ml 3. Amati dan catat perbedaan volume pada gelas ukur h) Pengujian Kadar Air Pasir SSD 1. Menimbang pasir SSD sebanyak 3 sampel masing-masing 150gr 2. Memasukkan pasir tersebut kedalam oven hingga mendapatkan berat tetap Setelah itu timbang pasir yang telah kering oven Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
F. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA a) Pengujian Kadar Zat Organik Pasir No
Nama Bahan
Ukuran/Jumlah
Asal
1.
Larutan NaOH 3%
secukupnya
-
2.
Pasir
130cc
Progo
Warna Air Setelah 24 jam 1. Warna no.1 2. Warna no.1 3. Warna no.1 b) Pengujian Absorbsi Pasir Alam No.
Kering Oven Hari Ke- (gr) I
II
III
IV
V
1
150
142.9
141.5
141.29
141.29
2
150
139.8
137.14
137.06
137.06
3
150
137.4
136.46
136.14
136.14
Absorbsi 1. Absorbsi = 8,71 : 141,29 x 100% = 6,2 % 2. Absorbsi = 12,94 : 137,06 x 100% = 9,4 % 3. Absorbsi = 13,86 : 136,14 x 100% = 10,1 % rata-rata = 8,57 % c) Pengujian Berat Jenis Pasir Alam Volume awal = 100 ml Berat pasir = 150 gr Volume Air + Pasir
Volume Pasir
(ml)
(ml)
1
154
54
2
154
54
3
152
54
No.
1. BJ = 150 : 54 = 2,78 gr/ml 2. BJ = 150 : 54 = 2,78 gr/ml
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
3. BJ = 150 : 52 = 2,88 gr/ml Rata-rata 2,81 gr/ml
d) Pengujian Bobot Isi Pasir Alam Berat bejana = 10680 gr Berat bejana + pasir =33380 gr Berat bejana + air =25680 gr
Berat pasir
= berat bejana + pasir – berat bejana = 22700 gr
Berat air
= berat bejana + air – berat bejana = 15000 gr
Bobot isi
= berat pasir : berat air = 22700 : 15000 = 1,5
e) Kadar Lumpur Pasir Alam Kering oven setelah di cuci
No.
Kering Oven (gr)
1
149.3
145.07
2
149.21
144.76
3
149.25
144.55
(gr)
1. KL = 4,93 : 145,07 x 100% = 3,4 % 2. KL = 5,24 : 144,76 x 100% = 3,6 % 3. KL = 5,5 : 144,55 x 100% = 3,7% Rata-rata = 3,5%
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
f) Pengujian Distribusi Pasir (%) tertinggal Tertinggal (gr) tertinggal Komulatif 0 0 0 3.5 0.7 0.7 15.2 3.04 3.74 48.3 9.66 13.4 139.3 27.86 41.26 140.1 28.02 69.28 117 23.4 92.68 36.6 7.32 100 500 100 321.06 MKB = 321,06 : 100 = 3,21
Lubang
Berat
Ayakan 9,6 4,8 2,4 1,2 0,6 0,3 0,15 275 kg/m3 maka kita memakai yang 390,3 kg/m3
15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen berubah dan dihitung ulang. Jumlah air 204,9 lt/m3 (tetap). 16. Penentuan daerah gradasi agregat halus Berdasarkan gradasi (analisis ayak) agregat halus yang dipakai sesuai dengan hasil analisis ayak masuk daerah yaitu Zone 2. 17. Perbandingan agregat hals dan kasar
Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Penetapan dilakukan dengan melihat butir maksimum agregat kasar, nilai slump, fas, dan daerah gradasi (zone) agregat halus berdasarkan grafik 4b berikut
45 36
0,525
Didapat dari grafik diatas nilai prosentase agregat halus yaitu
= 40,5%
Maka prosentase = Kebutuhan agregat halus = 40,5% Kebutuhan agregat kasar = 59,5%
18. Berat jenis agregat campuran Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus = BJ campuran = = 1,11375+1,44585 = 2,56 19. Penentuan berat jenis beton Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Dengan menggunakan data berat jenis campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada gambar 5, dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
2315
204,9
Dari grafik tersebut Berat Jenis Beton yaitu 2315 kg/m3 20. Kebutuhan agregat campuran Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dengan kebutuhan air dan semen. Kebutuhan agregat campuran = 2315-204,9-390,3 = 1719,8 kg/m3 ~(1720 kg/m3)
21. Kebutuhan agregat halus yang diperlukan Cara menghitung kebutuhan agregat halus adalah mengalikan kebutuhan agregat campuran dengan prosentase berat agregat halus. Ah = 40,5% x 1720 kg/m3 = 696,6 kg/m3 22. Kebutuhan agregat kasar yang diperlukan Cara menghitung kebutuhan agregat kasar yang diperlukan adalah dengan mengalikan kebutuhan agregat campuran dengan prosentase berat agregat kasar. Laporan Paraktium Bahan Bangunan II_2015
Kelompok 1_kelas 2C
Ak = 59,5% x 1720 kg/m3= 1023,4 kg/m3 23. Kebutuhan semen, air, pasir, kerikil (untuk 1 adukan = 6 silinder) Ukuran silinder : Tinggi (t)
= 30 cm (0,3m)
Diameter (d)
= 15 cm (0,15 m)
Volume silinder
= ¼.π.d2.t = ¼.π.0,152.0,3 = 0,0053014 m3
Kebutuhan 6 silinder = 6 x 0,0053014 m3 = 0,0318086 m3~ (0,032 m3) Jadi volume 1 adukan (6 silinder) untuk kebutuhan semen, air, pasir dan kerikil adalah 0,032 m3 . No.
Bahan Adukan
Kebutuhan
Jumlah (kg)
1
Semen Portland
390,3 kg/m3x 0,032 m3
12,5
2
Air
204,9 kg/m3x 0,032 m3
6,56
3
Kerikil
1023,4 kg/m3x 0,032 m3
32,75
4
Pasir
696,6 kg/m3...