Sastra Digital PDF

Title Sastra Digital
Author Murtiana Nainggolan
Pages 8
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 217
Total Views 345

Summary

Prosiding SENASBASA http://researchreport.umm.ac.id/index.php/SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 3 Tahun 2018 Halaman 84-90 E-ISSN 2599-0519 TANTANGAN PENGAJARAN KULTUR KEBANGSAAN MELALUI KARYA SASTRA TERHADAP SISWA GENERASI DIGITAL Dewi Kusumaningsiha*, Murtiana Nainggolanb*, Titi...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Sastra Digital Murtiana Nainggolan

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

CENCANG PUT US T IANG T EMBUK Ant ologi Esai T irt o Suwondo

PESANT REN DI ANTARA GENERASI ALFA DAN TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN ERA REVOLUSI INDUST … Erfan Gazali BAHASA MEME Ant ologi Esai Remaja Jat eng T irt o Suwondo

Prosiding SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Halaman 84-90

http://researchreport.umm.ac.id/index.php/SENASBASA Edisi 3 Tahun 2018 E-ISSN 2599-0519

TANTANGAN PENGAJARAN KULTUR KEBANGSAAN MELALUI KARYA SASTRA TERHADAP SISWA GENERASI DIGITAL Dewi Kusumaningsiha*, Murtiana Nainggolanb*, Titik Sudiatmic* ab Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Alumni PBSI, FKIP, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo c Guru SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo *[email protected] *[email protected]

Abstrak Kajian pengajaran kultur kebangsaan melalui karya sastra terkait urgensi siswa generasi digital yang memiliki kemudahan dalam mengakses informasi melalui internet. Kultur asing yang mudah dilihat oleh siswa tanpa diimbangi dengan pendampingan guru yang melek teknologi internet yang berlangsung secara terusmenerus akan mempunyai dampak yang tidak baik terhadap sikap kebangsaan siswa generasi digital terhadap kultur bangsanya sendiri. Modernisasi yang dibantu oleh fenomena peningkatan penggunaan teknologi merupakan keniscayaan yang secara bertahap melanda negara-negara di dunia, termasuk bangsa kita Indonesia. Proses menghadapi modernisasi ini perlu untuk dipersiapkan agar modernisasi ini dapat menguntungkan siswa dan guru. Guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan pembelajarannya, khususnya pengajaran kultur kebangsaan melalui pembelajaran karya sastra. Karya sastra dapat menjadi salah satu media pengajaran kultur kebangsaan di era kemajuan digital ini. Siswa generasi digital ini mempunyai minat kemudahan dan kecepatan dalam proses memecahkan masalah dan keingintahuan yang tinggi. Pengajaran kultur kebangsaan melalui karya sastra dapat menarik minat perhatian siswa generasi digital. Siswa generasi digital ini dapat mendapatkan kebermanfaatan mempelajari kultur kebangsaan sekaligus menghargai karya sastra itu sendiri. Adapun, proses pengajaran ini akan menemukan berbagai tantangan untuk guru dan siswa. Makalah ini berusaha menjawab tantangan-tantangan pengajaran tersebut. Kata Kunci: pengajaran kultur kebangsaan, karya sastra, siswa generasi digital Abstract Study of the teaching of national culture through literary works related to the urgency of digital generation students who have access to information through the internet. Foreign culture that is easily seen by students without being balanced with mentoring teachers who are literate in internet technology that takes place continuously will have an adverse impact on the attitude of national students of the digital generation towards the culture of their own people. Modernization aided by the phenomenon of increasing use of technology is a necessity that gradually engulfs the countries of the world, including our nation Indonesia. The process of facing this modernization needs to be prepared so that this 84 | H a l a m a n

modernization can benefit students and teachers. Teachers are required to be creative in presenting their learning, especially the teaching of national culture through learning literary works. Literary work can be one of the media for teaching national culture in this era of digital progress. These digital generation students have an interest in ease and speed in the process of solving problems and high curiosity. Teaching national culture through literary works can attract the attention of digital generation students. This digital generation students can get the benefits of learning the national culture and at the same time appreciate the literary work itself. Meanwhile, this teaching process will find various challenges for teachers and students. This paper attempts to answer the challenges of teaching. Keywords: digital generation students, literary work, teaching national culture PENDAHULUAN Peningkatan teknologi digital yang cukup pesat dewasa ini, membuat pendidik dipaksa mampu mengimbangi sekaligus memanfaatkan teknologi demi terciptanya pendidikan yang berkualitas dalam menghadapi kemajuan teknologi. Akses internet yang mudah didapatkan oleh setiap individu termasuk siswa usia sekolah menengah, yang dalam makalah ini disebut generasi digital dapat mengubah pola pikir siswa tentang sumber ilmu yang mudah diakses melalui internet. Siswa generasi digitalpun tak jarang membandingkan pendapat hasil kajian guru dengan pendapat yang diperolehnya sendiri melalui media internet. Guru dituntut untuk berpikir kreatif agar dapat memberikan penjelasan yang positif tanpa mengurangi kepercayaan diri siswa. Kemajuan teknologi internet tentu saja adalah hal baik bagi setiap tahapan perkembangan teknologi itu sendiri, namun diperlukan kemampuan bagi pendidik untuk dapat menjadi contoh menggunakan teknologi secara positif. Kemajuan teknologi akan terus bergerak untuk dapat memudahkan aktivitas manusia pada kehidupan sehari-hari, pendapat tentang teori revolusi industri yang disampaikan Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum memetakan revolusi industri yang pernah terjadi di dunia. Revolusi industri 1.0 mempunyai ciri-ciri tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis air, revolusi industri 2.0 berkembangnya energi listrik dan produksi massal, revolusi indutri 3.0 bercirikan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi automatis dan informasi, dan masa kini kita harus siap memasuki revolusi industri 4.0 yaitu berkembangnya internet diikuti dengan teknologi baru sains, robotik, kecerdasan buatan, komputasi awan, cetak tiga dimensi, teknologi nano yang akan mendisrupsi inovasi teknologi sebelumnya ( Winarno, 2018: 107). Teori ini dapat diterima dengan penalaran yang logis, dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah menengah guru diharapkan mampu menjadi mediator yang positif antara siswa generasi digital dengan media digitalnya sendiri. Mediator yang positif artinya mampu memberikan jawaban terhadap kegandaan makna terhadap masalah yang dihadapi siswa, khususnya dalam pemasalahan pembudayaan kultur kebangsaan. Adapun, kultur kebangsaan untuk siswa generasi digital dapat mudah diakses, namun mendapatkan tantangan 85 | H a l a m a n

yang besar pula dengan mudahnya kultur bangsa lain atau asing yang dapat ditiru secara mentah-mentah, baik kultur yang positif atau kultur yang negatif dan dapat mengurangi sikap nasionalisme terhadap kultur dan wawasan kebangsaan sendiri. Makalah ini hendak mengkaji permasalahan diantaranya: (a) ragam tantangan mendidik generasi digital, (b) pengajaran siswa generasi digital tentang kultur kebangsaan melalui karya sastra, dan (c) dampak media digital terhadap perkembangan karya sastra. Kultur Kebangsaan dan Karya Sastra Kurikulum 2013 menempatkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu lainnya termasuk sastra berada di dalamnya. Seorang guru harus mampu menyadari bahwa setiap pembelajarannya dituntut mempunyai kualitas, dengan membelajarkan kultur kebangsaan melalui karya sastra artinya dapat menempatkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran penghela ilmu lain. Inovasi media pembelajaran bagi guru untuk diajarkan kepada siswa generasi digital bahwa satu media pembelajaran dapat membawa dampak membelajarkan berbagai tujuan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Karya sastra dapat menjadi media pembelajaran sekaligus menjadi sebuah kompetensi yang dibutuhkan siswa. Karya sastra sebagai media pembelajaran dengan membawa kultur kebangsaan dapat dilakukan serta membelajarkan karya sastra itu sendiri. Pembelajaran sastra yang baik dapat melahirkan siswa yang terampil menggunakan bahasa secara baik (Wijaya, 2016). Penggunaan bahasa komunikasi yang baik sesuai dengan kultur kebangsaan Indonesia adalah salah satu bukti tercapainya tujuan pembelajaran generasi digital. Generasi Digital Generasi adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya utamanya adalah perbedaan tahun kelahiran. Perbedaan tahun kelahiran menjadi pembeda antar generasi dimana setiap generasi manusia hidup pada perkembangan zaman yang berbeda begitu juga dengan perkembangan teknologi informasi yang muncul di masa tersebut (Panjaitan, 2017). Generasi digital yang dimaksud adalah setiap individu yang menjadi pengguna kemajuan media digital dan tumbuh bersama kemudahan akses informasi. Proses pembelajaran siswa sekolah menengah merupakan salah satu kelompok usia yang saat ini sebagai pengguna media digital dalam hal ini akses internet yang sangat mudah didapatkan mempunyai tantangan tersendiri bagi pendidik baik disadari atau tanpa disadari. Penelitian terhadap pengelompokkan generasi telah dilakukan berbagai kalangan, seperti halnya tabel pengelompokkan generasi di bawah ini:

Tabel. Perbedaan Generasi No. 1.

86 | H a l a m a n

Tahun Kelahiran

Nama Generasi

1925 – 1946

Veteran generation

2.

1946 – 1960

Baby boom generation

3.

1960 – 1980

X generation

4.

1980 – 1995

Y generation

5.

1995 – 2010

Z generation

6.

2010 +

Alfa generation

(Putra, 2016) Kelompok-kelompok generasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda – beda, semakin bertambah tahun kelahiran aktivitas dengan melibatkan digital semakin besar. Generasi Z mendominasi kemampuan mengaplikasikan sebagian besar media digital seperti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel, browsing menggunakan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset dalam satu waktu atau multi tasking (Putra, 2016). Generasi Z inilah yang saat ini duduk di bangku sekolah menengah sebagai siswa generasi digital. Informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan karena generasi Z sebagai generasi digital lahir dimana akses terhadap informasi, khususnya internet sudah menjadi budaya global, sehingga hal tersebut mempengaruhi pola pemikiran dalam memecahkan masalah secara cepat dan mudah. Kecepatan dan kemudahan dalam memecahkan masalah ini yang membutuhkan pendampingan guru agar cepat dan mudah diimbangi pula dengan ketepatan. Generasi digital biasa juga disebut generasi millennial rentan akan social media harassment hingga persoalan cybercrime yang memberikan pengaruh negatif terhadap kematangan pikir generasi muda.(Prasetyanti, 2017) PEMBAHASAN Tantangan Mendidik Kultur Kebangsaan terhadap Siswa Generasi Digital Modernisasi yang dibantu oleh fenomena peningkatan penggunaan teknologi merupakan keniscayaan yang secara bertahap melanda negara-negara di dunia, termasuk bangsa kita Indonesia. Apabila fenomena tersebut disikapi dengan cara yang tidak cerdas dan tidak kritis akan membelenggu masyarakatnya ke dalam hegemoni yang besar (Basyari, 2013) Kemajuan secara bertahap modernisasi suatu bangsa diharapkan dapat memberikan kehidupan yang lebih nyaman, efektif, dan efisien. Namun tantangan-tantangan terhadap pengaruh modernisasi dan penggunaan kemudahan akses internetnya, ternyata tidak disadari oleh semua pihak. Pendidikan untuk siswa generasi digital menuntut guru terus kreatif memutar otak agar dapat menentukan fungsinya untuk menjembatani antara siswa dan kepentingan market digital. Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia ini, memang menjadi sasaran empuk sebagai market place oleh perusahaan-perusahaan teknologi. Apabila pendidik tidak mampu menjembatani, tentunya kita rasanya akan banyak kehilangan sesuatu yang berharga seperti adat-istiadat dan budaya yang ada dikawasan nusantara yang tidak dapat dikenalkan dengan teknik yang cerdas kepada siswa generasi digital, yang lebih sering melihat budaya-budaya asing. Siswa generasi digital lebih mendominasi kegiatan dengan games online daripada mempelajari permainan-permainan tradisional, bahkan permainan tradisional daerahnya sudah tidak dikenal kembali. Ketagihan dengan games on 87 | H a l a m a n

line, menjadi masalah serius jika terjadi secara berkelanjutan dan dilakukan pembiaran saja. Siswa generasi ini sudah tidak dapat dipisahkan kembali dari gawainya bahkan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), banyak siswa yang sembari melalukan games atau bahkan mengutamakan games daripada proses KBM. Hingga saat ini, pro kontra penggunaan gawai di sekolah masih sering dipermasalahkan guru, Beberapa guru lebih menyetujui agar sekolah melarang membawa gawai ke sekolah. Namun pada hakikatnya, peningkatan akses penggunaan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi tidak dapat terhindarkan lagi. Jika, dipikirkan lebih logis ketika kemajuan akses internet dan teknologi semakin mudah seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan, namun fakta didapat di lapangan teknologi semakin maju, hasil dari penilaian akademik pendidikan tidak mengalami peningkatan signifikan seperti peningkatan teknologi namun bahkan mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak siswa generasi digital yang belum dapat memanfaatkan teknologi internet dengan tepat sebagai media belajar dalam hal keilmuan dan kehidupan sehari-hari. Guru harus melek media dan melek internet. Genarasi guru sekarang ini adalah generasi X dan Y. Mereka kebanyakan belum mahir dengan berbagai teknologi informasi dan internet. Padahal mereka harus mengajar generasi Z yang sangat multi digital. Oleh karenanya, guru harus dan memang wajib memahami generasi digital ini. Pengajaran Kultur Kebangsaan Melalui Karya Sastra Pengajaran kultur kebangsaan di era modernisasi teknologi saat ini semestinya semakin giat untuk dilakukan secara berkesinambungan. Sastra berfungsi mendukung nilai-nilai kultural yang bersifat efektif kumulatif. Artinya, sastra mempunyai kekuatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan manusia serta dinamikanya, khususnya kultur kebangsaan. Oleh karena itu, sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu mengenai lingkungan sosial, alam, dan budaya menurut zamannya (Sugiarti, 2017) Pengajaran kultur kebangsaan melalui karya sastra sudah terjadi sejak lama, namun pada generasi digital saat ini jika dapat digiatkan dengan karyakarya sastra dengan tema kultur kebangsaan dapat menjadi momen yang efektif. Karya sastra berupa prosa semakin mengalami perkembangan bahkan setelah beberapa bulan dengan melihat minat penikmat sastra sebuah novel dapat segera diadaptasikan menjadi film. Menikmati sejarah dan kebudayaan bangsa, dirasa lebih menarik minat jika disajikan dalam bentuk film. Contoh karya sastra yang sudah difilmkan misalnya: Tenggelamnya Kapal Van Der Vick, Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Assalamualikum Beijing, 99 Cahaya di Langit Eropa, Sepatu Dilan, Supernova, Marmut Merah Jambu, Dilan 90, dll. Dampak Media Digital Terhadap Perkembangan Karya Sastra Media digital yang berkembang pesat membawa dampak mudahnya akses karya sastra yang dihasilkan. Berbagai aplikasi baru yang dapat digunakan dengan gawai bermunculan, dampaknya siswa generasi digital lebih suka memanfaatkan 88 | H a l a m a n

aplikasi gawai membaca dari dawainya dalam menikmati karya sastra baik puisi, prosa, atau drama. Contoh aplikasi yang sering dimanfaatkan oleh para siswa SMA adalah wattpad. Siswa sering mengakses aplikasi ini untuk mencari genre novel yang diinginkan misalnya roman, populer, misteri, dll. Hal ini dianggap lebih praktis daripada membawa novel yang memiliki jumlah halaman yang banyak dan memakan tempat untuk membawanya. Perbandingan antara membaca hasil kasrya sastra melaui gawai dan cetakan buku aslinya, tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa karya yang asli adalah dengan membaca hasil cetakan asli berupa bukunya. Selain dapat menikmati karya satra melalui hasil cetakan asli, siswa dapat diajarkan oleh pendidik bahwa menghargai karya orang lain merupakan perilaku terpuji. Sekarang ini, perilaku membeli buku karya sastra lebih dikesampingkan oleh siswa generasi digital, karena tanpa membeli buku karya sastranya siswa merasa dapat membaca dengan mengakses aplikasi melalui jaringan internet. Apalagi jika dengan aplikasi wattpad dapat menikmati hasil karya satra tanpa menambah penggunaan data internet, sehingga siswa generasi digital dapat memanfaatkan keuangannya untuk pembelian terhadap kebutuhan yang lain. Kelebihan dan kekurangan menikmati hasil karya sastra melalui media digital ataupun dengan membaca buku karya sastranya langsung ini yang dibutuhkan untuk disampaikan kepada siswa generasi digital. Inilah peran fungsi guru sebagai pendamping, terhadap proses pembelajaran siswa. Keberadaan pendidik tidak bisa digantikan oleh teknologi tepat guna. Sastra mempunyai peran besar dalam menanamkan nilai-nilai luhur kebangsaan pada siswa. Karya sastra merupakan salah satu bentuk karya seni yang tentunya memiliki sifat menarik yang mengandung unsur keindahan (Nugrahani, 2016). Pembelajaran khususnya sastra dengan membawa tema-tema kebangsaan dapat ditangkap dengan mudah dan cepat maksudnya jika melalui sinema audiovisual. PENUTUP Pada akhirnya jaman selalu berubah berkembang semakin pesat karena budaya manusia yang semakin maju pula. Kemajuan teknologi informasi melesat melapaui kesadaran manusia itu sendiri. Bila kemajuan dan perkembangan ini tidak diikuti dan disikapi dengan bijak, maka akan terjadi shock culture atau kaget budaya. Keberadaan komponen masyarakat yang berlapis generasi bahkan mengalami berbagai masa generasi harus siap dengan lompatan teknologi ini. Kemajuan metode dan media pembelajaran sastra di era digital harus dimanfaatkan dengan maksimal. Konten kultur kebangsaan yang harus dikuatkan pada generasi digital harus bisa diberikan kepada para siswa dengan metode dan media yang diminati generasi Z ini. Berbagai hasil kreasi industri kreatif yang mampu membawa karya sastra menjadi film bisa dimanfaatkan bagi para guru di era digital. DAFTAR PUSTAKA Basyari, I. W. (2013). Menanamkan Identitas Kebangsaan melalui Pendidikan 89 | H a l a m a n

Berbasis Nilai-Nilai Budaya Lokal. Edunomic, Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, 1(Nomor 2), 112–118. Panjaitan, P. (2017). Pengaruh Sosial Media terhadap Produktivitas Kerja Generasi Milenial (Studi Pada Karyawan PT . Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Juanda ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 48(1), 173–180. Prasetyanti, R. (2017). Generasi Millenial dan Inovasi Jejaring Demokrasi Teman Ahok. Polinter, 3(1), 44–52. Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: Teori Perbandingan Generasi. Among Makarti, 9/No. 18, 123–134. http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/133. (Diakses 13 September 2018 Pukul 20.00 WIB) Sugiarti. (2017). Ekologi Budaya dalam Sastra sebagai Pembentuk Karakter Peserta Didik. In Prosiding SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) (pp. 397–402). Malang: SENASBASA. Retrieved from http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA Edisi Nugrahani, Farida. 2016. “ Pengembangan Bahan Ajar Sastra Inovatif Berbasis Media Film dan Kontribusinya terhadap Pendidikan Karakter” . Seminar Nasional Dan Pelatihan Pembelajaran Sastra Inovatif di Pendidikan Dasar Dan Menengah. Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/133. (Diakses 13 September 2018 Pukul 20.00 WIB) Wijaya, Ganjar Harimansyah. 2016. “Pengubahan Pola Pikir Dan Pembelajaran Sastra Inovatif”. Seminar Nasional Dan Pelatihan Pembelajaran Sastra Inovatif di Pendidikan Dasar dan Menengah. Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Winarno, Tri. 2018. Guru Generasi Milenial. Surakarta: Diomedia

90 | H a l a m a n...


Similar Free PDFs