STTD : #PART 4 PEDOMAN KAPASITAS JALAN INDONESIA ( BARU! PENGGANTI MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI 1997)) - KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN KEMETERIAN PERHUBUNGAN INDONESIA PDF

Title STTD : #PART 4 PEDOMAN KAPASITAS JALAN INDONESIA ( BARU! PENGGANTI MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI 1997)) - KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN KEMETERIAN PERHUBUNGAN INDONESIA
Author J. Seno Aji
Pages 95
File Size 4.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 81
Total Views 457

Summary

KAPASITAS SIMPANG APILL Daftar Isi Daftar Isi i Prakata iv Pendahuluan iv 1 Ruang lingkup 1 2 Acuan normatif 1 3 Istilah dan definisi 1 4 Ketentuan 7 4.1 Ketentuan umum 7 4.1.1 Prinsip 7 4.1.2 Pelaksanaan perencanaan Simpang APILL 8 4.2 Ketentuan teknis 11 4.2.1 Tipikal Simpang APILL dan sistem peng...


Description

KAPASITAS SIMPANG APILL

Daftar Isi

Daftar Isi i Prakata

iv

Pendahuluan

iv

1

Ruang lingkup

1

2

Acuan normatif

1

3

Istilah dan definisi

1

4

Ketentuan

7

4.1

Ketentuan umum

7

4.1.1

Prinsip

7

4.1.2

Pelaksanaan perencanaan Simpang APILL

8

4.2

Ketentuan teknis

11

4.2.1

Tipikal Simpang APILL dan sistem pengaturan

11

4.2.2

Data masukan lalu lintas

12

4.2.3

Penggunaan isyarat

13

4.2.4

Penentuan waktu isyarat

15

4.2.4.1

Tipe pendekat

15

4.2.4.2

Penentuan lebar pendekat efektif, LE

16

4.2.4.3

Arus jenuh dasar, S0

17

4.2.4.4

Arus jenuh yang telah disesuaikan, S

19

4.2.4.5

Rasio arus/Arus jenuh, RQ/S

20

4.2.4.6

Waktu siklus dan waktu hijau

20

4.2.5

Kapasitas Simpang APILL

21

4.2.6

Derajat kejenuhan

21

4.2.7

Kinerja lalu lintas Simpang APILL

21

4.2.7.1

Panjang antrian

21

4.2.7.2

Rasio kendaraan henti

22

4.2.7.3

Tundaan

22

4.2.8

Penilaian kinerja

23

5

Prosedur perhitungan kapasitas

23

5.1

Langkah A : Menetapkan data masukan

27

5.1.1

Langkah A.1. Data geometrik, pengaturan arus lalu lintas, dan kondisi lingkungan Simpang APILL 27

5.1.2

Langkah A.2. Data kondisi arus lalu lintas

27

5.2

Langkah B : Menetapkan penggunaan isyarat

28

5.2.1

Langkah B.1. Fase sinyal

28

5.2.2

Langkah B.2. Waktu antar hijau dan waktu hilang

28

5.3

Langkah C : Menentukan waktu APILL

28

i

5.3.1

Langkah C.1. Tipe pendekat

28

5.3.2

Langkah C.2. Lebar pendekat efektif

29

5.3.3

Langkah C.3. Arus jenuh dasar

29

5.3.4

Langkah C.4. Faktor penyesuaian

29

5.3.5

Langkah C.5. Rasio arus per arus jenuh (RQ/S)

31

5.3.6

Langkah C.6. Waktu siklus dan waktu hijau

31

5.4

Langkah D : Kapasitas

31

5.4.1

Langkah D.1. Kapasitas dan derajat kejenuhan

32

5.4.2

Langkah D.2. Keperluan perubahan geometrik

32

5.5

Langkah E : Tingkat kinerja lalu lintas

32

5.5.1

Langkah E.1. Persiapan

32

5.5.2

Langkah E.2. Panjang antrian, PA

33

5.5.3

Langkah E.3. Jumlah kendaraan terhenti

33

5.5.4

Langkah E.4. Tundaan

34

Lampiran A (normatif):

35

Lampiran B (normatif):

42

Lampiran C (informatif):

53

Lampiran D (informatif):

79

Lampiran F (informatif):

84

Bibliografi

88

Daftar nama dan Lembaga

89

Gambar 1. Konflik primer dan konflik sekunder pada simpang APILL 4 lengan...................... 7 Gambar 2. Urutan waktu menyala isyarat pada pengaturan APILL dua fase ......................... 8 Gambar 3. Pendekat dan sub-pendekat............................................................................... 11 Gambar 4. Titik konflik kritis dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan ..................... 14 Gambar 5. Penentuan tipe pendekat ................................................................................... 16 Gambar 6. Lebar pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas ........................................... 17 Gambar 7. Bagan alir perhitungan, perencanaan, dan evaluasi kapasitas Simpang APILL . 26 Gambar 8. Jumlah antrian maksimum (NQMAX), skr, sesuai dengan peluang untuk beban lebih (POL) dan NQ ........................................................................................................................ 33 Gambar 9. Biaya Siklus Hidup per Arus Simpang total untuk jenis Simpang tak bersinyal, Simpang bersinyal (simpang APILL), Bundaran, dan Simpang Susun ................................. 73 Gambar A. 1. Tipikal pengaturan fase APILL pada simpang-3 ............................................. 35 Gambar A. 2. TIpikal pengaturan fase APILL simpang-4 dengan 2 dan 3 fase, khususnya pemisahan pergerakan belok kanan (4A, 4B, 4C) ................................................................ 36 Gambar A. 3. Tipikal pengaturan fase APILL simpang-4 dengan 4 fase .............................. 36 Gambar A. 4. panduan pemilihan tipe simpang yang paling ekonomis, berlaku untuk ukuran kota 1-3juta jiwa, qBKi dan qBKa masing-masing 10% ............................................................ 37 Gambar A. 5. Kinerja lalu lintas pada simpang-4 ................................................................. 38 Gambar A. 6. Kinerja lalu lintas pada simpang-3 ................................................................. 39 Gambar A. 7. Penempatan zebra cross ............................................................................... 40 ii

Gambar B. 1. Tipikal geometrik simpang-4 .......................................................................... 42 Gambar B. 2. Tipikal geometrik simpang-3 .......................................................................... 43 Gambar B. 3. Arus jenuh dasar untuk pendekat terlindung (tipe P) ...................................... 43 Gambar B. 4. Arus jenuh untuk pendekat tak terlindung (tipe O) tanpa lajur belok kanan terpisah ................................................................................................................................ 44 Gambar B. 5. Arus jenuh untuk pendekat tak terlindung (tipe O) yang dilengkapi lajur belok kanan terpisah ..................................................................................................................... 45 Gambar B. 6. Faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG) .................................................... 46 Gambar B. 7. Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir (FP) ............................................. 46 Gambar B. 8. Faktor penyesuaian untuk belok kanan (FBKa), pada pendekat tipe P dengan jalan dua arah, dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk .............................................. 47 Gambar B. 9. Faktor penyesuaian untuk pengaruh belok kiri (FBKi) untuk pendekat tipe P, tanpa BKiJT, dan Le ditentukan oleh LM .................................................................................. 47 Gambar B. 10. Penetapan waktu siklus sebelum penyesuaian, cbp ...................................... 48 Gambar B. 11. Jumlah kendaraan tersisa (skr) dari sisa fase sebelumnya .......................... 48 Gambar B. 12. Jumlah kendaraan yang datang kemudian antri pada fase merah ............... 49 Gambar B. 13. Penentuan rasio kendaraan terhenti, RKH ..................................................... 50

Tabel 1. panduan pemilihan tipe Simpang APILL yang paling ekonomis ............................... 9 Tabel 2. Perkiraan kinerja lalu lintas simpang-3 dan simpang-4, untuk ukuran kota 1-3juta jiwa dan rasio arus mayor dan arus minor 1:1 ...................................................................... 10 Tabel 3. Padanan klasifikasi jenis kendaraan ...................................................................... 13 Tabel 4. Tabel kinerja simpang Jalan Iskandarsyah – Jalan Wijaya ..................................... 53 Tabel 5. Tabel kinerja simpang Jalan Martadinata – Jalan A. Yani ...................................... 61 Tabel A. 1. Angka kecelakaan lalu lintas (laka) pada Jenis dan tipe Simpang tertentu sebagai pertimbangan keselamatan dalam pemilihan tipe Simpang ................................................. 40 Tabel A. 2. Detail Teknis yang harus menjadi pertimbangan dalam desain teknis rinci ........ 40 Tabel B. 1. Tipikal geometrik dan pengaturan fase .............................................................. 50 Tabel B. 2. Ekivalen Kendaraan Ringan............................................................................... 51 Tabel B. 3. Nilai normal waktu antar hijau ............................................................................ 51 Tabel B. 4. Faktor penyesuaian ukuran kota (FUK) ............................................................... 51 Tabel B. 5. Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan simpang, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor (FHS) .............................................................................................. 51 Tabel B. 6. Waktu siklus yang layak ..................................................................................... 52

iii

Prakata

Pedoman kapasitas Simpang APILL ini merupakan bagian dari pedoman kapasitas jalan Indonesia 2014 (PKJI'14), diharapkan dapat memandu dan menjadi acuan teknis bagi para penyelenggara jalan, penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan, pengajar, praktisi baik di tingkat pusat maupun di daerah dalam melakukan perencanaan dan evaluasi kapasitas Simpang APILL. Istilah kapasitas Simpang APILL yang dipakai dalam pedoman ini sebelumnya disebut Simpang bersinyal. Pedoman ini dipersiapkan oleh panitia teknis 91-01 Bahan Konstruksi dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa (subpantek) Jalan dan Jembatan 91-01/S2 melalui Gugus Kerja Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum rapat teknis yang diselenggarakan pada tanggal xx September 2014 di Bandung, oleh subpantek Jalan dan Jembatan yang melibatkan para narasumber, pakar, dan lembaga terkait.

Pendahuluan

iv

Pedoman ini disusun dalam upaya memutakhirkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI'97) yang telah digunakan lebih dari 12 tahun sejak diterbitkan. Beberapa pertimbangan yang disimpulkan dari pendapat dan masukan para pakar rekayasa lalu lintas dan transportasi, serta workshop permasalahan MKJI'97 pada tahun 2009 adalah: 1) sejak MKJI’97 diterbitkan sampai saat ini, banyak perubahan dalam kondisi perlalulintasan dan jalan, diantaranya adalah populasi kendaraan, komposisi kendaraan, teknologi kendaraan, panjang jalan, dan regulasi tentang lalu lintas, sehingga perlu dikaji dampaknya terhadap kapasitas jalan; 2) khususnya sepeda motor, terjadinya kenaikan porsi sepeda motor dalam arus lalu lintas yang signifikan; 3) terdapat indikasi ketidakakuratan estimasi MKJI 1997 terhadap kenyataannya, 4) MKJI’97 telah menjadi acuan baik dalam penyelenggaraan jalan maupun dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sehingga perlu untuk secara periodik dimutakhirkan dan ditingkatkan akurasinya; Indonesia tidak memakai langsung manual-manual kapasitas jalan yang telah ada seperti dari Britania Raya, Amerika Serikat, Australia, Jepang, sebagaimana diungkapkan dalam Laporan MKJI tahap I, tahun 1993. Hal ini disebabkan terutama oleh: a) komposisi lalu lintas di Indonesia yang memiliki porsi sepeda motor yang tinggi dan dewasa ini semakin meningkat, b) aturan “right of way” di Simpang dan titik-titik konflik yang lain yang tidak jelas sekalipun Indonesia memiliki regulasi prioritas. Pedoman ini merupakan pemutakhiran kapasitas jalan dari MKJI'97 tentang Simpang bersinyal yang selanjutnya disebut Pedoman Simpang APILL sebagai bagian dari Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 (PKJI'14). PKJI’14 keseluruhan melingkupi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Pendahuluan Kapasitas jalan luar kota Kapasitas jalan perkotaan Kapasitas jalan bebas hambatan Kapasitas Simpang APILL Kapasitas Simpang Kapasitas jalinan dan bundaran Perangkat lunak kapasitas jalan

yang akan dikemas dalam publikasi terpisah-pisah sesuai kemajuan pemutakhiran. Pemutakhiran ini, pada umumnya terfokus pada nilai-nilai ekivalen satuan mobil penumpang (emp) atau ekivalen kendaraan ringan (ekr), kapasitas dasar (C0), dan cara penulisan. Nilai ekr mengecil sebagai akibat dari meningkatnya proporsi sepeda motor dalam arus lalu lintas yang juga mempengaruhi nilai C0. Pemutakhiran perangkat lunak kapasitas jalan tidak dilakukan, tetapi otomatisasi perhitungan terkait contoh-contoh (Lihat Lampiran D) dilakukan dalam bentuk spreadsheet Excell (dipublikasikan terpisah). Sejauh tipe persoalannya sama dengan contoh, spreadsheet tersebut dapat digunakan dengan cara mengubah data masukannya. Pedoman ini dapat dipakai untuk menganalisis Simpang APILL untuk desain Simpang APILL yang baru, peningkatan Simpang APILL yang sudah lama dioperasikan, dan evaluasi kinerja lalu lintas Simpang APILL.

v

Kapasitas Simpang APILL

1

Ruang lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan perhitungan kapasitas Simpang APILL untuk perencanaan dan evaluasi kinerja lalu lintas Simpang APILL, meliputi penetapan waktu isyarat, kapasitas (C), dan kinerja lalu lintas yang diukur oleh derajat kejenuhan (DJ), tundaan (T), panjang antrian (PA), dan rasio kendaraan berhenti (RKB), untuk Simpang APILL 3 lengan dan Simpang APILL 4 lengan yang berada di wilayah perkotaan dan semi perkotaan. 2

Acuan normatif

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19 Tahun 2011, Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Keputusan menteri perhubungan No.62 Tahun 1993, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas 3

Istilah dan definisi

Untuk tujuan penggunaan dalam Pedoman ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan: 3.1 akses terbatas (AT) akses terbatas bagi pejalan kaki atau kendaraan (contoh: karena ada hambatan fisik, maka tidak ada akses langsung ke jalur utama karena harus melalui jalur lambat) 3.2 alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) alat yang mengatur arus lalu lintas menggunakan 3 isyarat lampu yang baku, yaitu merah, kuning, dan hijau. Penggunaan 3 warna tersebut bertujuan memisahkan lintasan arus lalu lintas yang saling konflik dalam bentuk pemisahan waktu berjalan 3.3 angka henti (Ah) jumlah rata rata berhenti per kendaraan (termasuk berhenti berulang-ulang dalam antrian) 3.4 arus jenuh (S) besarnya arus lalu lintas keberangkatan antrian dari dalam suatu pendekat selama kondisi yang ada (skr/jam) 3.5 arus jenuh dasar (S0) besarnya arus lalu lintas keberangkatan antrian di dalam suatu pendekat pada kondisi ideal (skr/jam) 3.6 arus lalu lintas (Q,q) 1 dari 89

jumlah kendaraan-kendaraan yang melalui suatu garis tak terganggu di hulu pendekat per satuan waktu, dalam satuan kend./jam atau ekr/jam. Notasi Q dipakai untuk menyatakan LHRT dalam satuan ekr/hari atau kend./hari. 3.7 arus lalu lintas belok kanan (qBKa) arus lalu lintas yang membelok ke kanan dari suatu pendekat (kend./jam, skr/jam) 3.8 arus lalu lintas belok kanan melawan atau terlawan (qo BKa) arus lalu lintas belok kanan dari pendekat yang berlawanan, kend./jam, skr/jam 3.9 arus lalu lintas belok kiri (qBKi) arus lalu lintas yang membelok ke kiri dari suatu pendekat, kend./jam, skr/jam 3.12 arus lalu lintas melawan atau terlawan (qo) arus lalu lintas lurus yang berangkat dari suatu pendekat dan arus yang belok kanan dari arah pendekat yang berlawanan terjadi dalam satu fase hijau yang sama; atau arus yang membelok ke kanan dan arus lalu lintas yang lurus dari arah yang berlawanan terjadi dalam satu fase hijau yang bersamaan (contoh: lihat Gambar 4 kasus 42). Arus lalu lintas yang berangkat disebut arus terlawan, dan arus lalu lintas dari arah berlawanan disebut arus melawan 3.13 arus lalu lintas terlindung (qp) arus lalu lintas yang lurus diberangkatkan ketika arus lalu lintas belok kanan dari arah berlawanan sedang menghadapi isyarat merah; atau arus lalu lintas yang belok kanan diberangkatkan ketika arus lalu lintas lurus dari arah yang berlawanan sedang menghadapi isyarat merah, sehingga tidak ada konflik, kend./jam 3.14 belok kiri (Bki) indeks untuk arus lalu lintas belok ke kiri 3.15 belok kiri jalan terus (BkiJT) indeks untuk arus lalu lintas belok kiri yang pada saat isyarat merah menyala diizinkan jalan terus 3.16 belok kanan (Bka) indeks untuk arus lalu lintas belok kanan 3.17 derajat kejenuhan (DJ) rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat 3.19 ekivalen kendaraan ringan (ekr) faktor konversi berbagai jenis kendaran dibandingkan dengan kendaraan ringan yang lain sehubungan dengan dampaknya pada kapasitas jalan. Nilai ekr untuk kendaraan ringan adalah satu 2 dari 89

3.20 hambatan samping (HS) interaksi antara arus lalu lintas dan kegiatan samping jalan yang menyebabkan menurunnya arus jenuh dalam pendekat yang bersangkutan 3.23 jumlah kendaraan terhenti (NKH) jumlah kendaraan terhenti dan antri dalam suatu pendekat, skr 3.24 kapasitas (C) arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan selama waktu paling sedikit satu jam 3.25 kelandaian (G) kelandaian memanjang pendekat, jika menanjak ke arah simpang diberi tanda positif, dan jika menurun ke arah simpang diberi tanda negatif, dinyatakan dalam satuan % 3.27 kendaraan ringan (KR) kendaraan bermotor dengan dua gandar beroda empat, panjang kendaraan tidak lebih dari 5,5m dengan lebar sampai dengan 2,1m, meliputi sedan, minibus (termasuk angkot), mikrobis (termasuk mikrolet, oplet, metromini), pick-up, dan truk kecil lihat foto tipikal jenis KR dalam Lampiran F) 3.28 kendaraan sedang (KS) kendaraan bermotor dengan dua gandar beroda empat atau enam, dengan panjang kendaraan antara 5,5m s.d. 9,0m, meliputi Bus sedang dan truk sedang (lihat foto tipikal jenis KS dalam Lampiran F) 3.29 kendaraan tak bermotor (KTB) kendaraan yang tidak menggunakan motor, bergerak ditarik oleh orang atau hewan, termasuk sepeda, becak, kereta dorongan, dokar, andong, gerobak (lihat foto tipikal jenis KTB dalam Lampiran F) 3.30 komersial (KOM) lahan disekitar Simpang yang didominasi oleh kegiatan komersial (contoh: pertokoan, restoran, perkantoran) dengan akses langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan 3.31 lalu lintas harian rata-rata (LHRT) volume lalu lintas harian rata-rata tahunan yang ditetapkan dari survei perhitungan lalu lintas selama satu tahun penuh dibagi jumlah hari dalam tahun tersebut, atau ditetapkan berdasarkan survei perhitungan lalu lintas yang lebih pendek sesuai ketentuan yang berlaku, dinyatakan dalam skr/hari. 3.33 lebar pendekat (LP) lebar awal bagian pendekat yang diperkeras, digunakan oleh lalu lintas memasuki simpang, m 3 dari 89

3.34 lebar jalur masuk (LM) lebar pendekat diukur pada garis henti, m 3.35 lebar jalur keluar (LK) lebar pendekat diukur pada bagian yang digunakan lalu lintas keluar simpang, m 3.36 lebar jalur efektif (LE) lebar pendekat yang diperhitungkan dalam kapasitas, yaitu lebar yang mempertimbangkan LP, LM, LK, dan pergerakan membelok, m 3.37 lurus (LRS) indeks untuk arus lalu lintas yang lurus 3.38 panjang antrian (PA) panjang antrian kendaraan yang mengantri di sepanjang pendekat, m 3.39 pendekat jalur pada lengan simpang untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti 3.40 permukiman (KIM) lahan disekitar Simpang yang didominasi oleh tempat permukiman dengan akses langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan 3.41 rasio arus lalu lintas (Rq/S) rasio arus lalu lintas (q) terhadap arus lalu lintas jenuh (S) dari suatu pendek...


Similar Free PDFs