TOKOH POSITIVISME & POST POSITIVISME PDF

Title TOKOH POSITIVISME & POST POSITIVISME
Author Husna Farhana
Pages 22
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 140
Total Views 297

Summary

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D. DENGAN JUDUL : POSITIVISME & POST-POSITIVISME NAMA MAHASISWA : HUSNA FARHANA NPM: 1906580 & DAFTAR ISI Daftar Isi............................................................................


Description

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D. DENGAN JUDUL : POSITIVISME & POST-POSITIVISME

NAMA MAHASISWA : HUSNA FARHANA NPM: 1906580

&

DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................. i Bab I Pendahuluan......................................................................................................... . 1 A. Latar Belakang...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1 C. Tujuan .................................................................................................................... 1 Bab II Pembahasan .......................................................................................................... 2 1. POSITIVISME........................................................................................................... 2 A. Pengertian Positivisme.......................................................................................... 2 B. Sejarah Positivisme............................................................................................... 3 C. Tokoh-Tokoh yang Menganut Paham Positivisme............................................ 5 2. POST- POSITIVISME .............................................................................................. 8 A. Pengertian Post-Positivisme.................................................................................. 8 B. Sejarah Post-Positivisme........................................................................................ 8 C. Tokoh-Tokoh yang Menganut Paham Post-Positivisme..................................... 13 Bab IV Penutup................................................................................................................. 18 Daftar Pustaka

i

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga komponen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi

jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan

berlangsuung harmonis dengan alam. Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora, dengan pembahasan “paham Potivisme & PostPositivisme”. Makalah ini dititik membahas pada pemikiran-pemikiran para filosof aliran positivism & Post-positivisme.

A. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian positivisme dan post-positivisme ? 2. Bagaimana sejarah positivisme dan post-positivisme? 3. Mendeskripsikan tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme & postpostivisme?

B. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana manusia berpikir positivisme, baik di dalam sistem pembelajaran Memberikan pemahaman tentang apa itu Positivisme, sejarah positivisme, tokoh-tokoh penganut paham positivisme, tahap-tahap perkembangan akal budi manusia gagasan positivisme logis & postpositivisme. Positivisme & Post-positivisme

1

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

BAB II PEMBAHASAN

POSITIVISME A. Pengertian Positivisme Positivisme merupakan Aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Positivisme (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivismemerupakan empirisme, yang dalam segisegi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme logis ini antara lain Moritz Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer. Karl Popper, meski awalnya tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus utama terhadap pendekatan neo-positivis ini. Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah Positivisme & Post-positivisme

2

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penganut paham ini mendukung teori-teori paham realisme, materialisme , naturalisme, filsafat dan empirisme.

B. Sejarah Positivisme Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satusatunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate causes) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk menjelasakn fenomena akan ditinggalkandan ilmuan hanya akan mencari korelasi antarfenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi. Teori ilmiah bermanfaat sebagai alat untuk menghafal, tetapi perkembangan ilmu hanya terjadi bila fiksi yang bermanfaat digantikan dengan pernyataan yang mengandung hal yang dapat diobservasi. Meskipun Comte dan Mach mempunyai pengaruh yang besar dalam penulisan ilmu ekonomi (Comte mempengaruhi pemikiran J.S. Mill dan Pareto sedangkan pandangan Mach diteruskan oleh Samuelson dan Machlup). Pengaruh yang paling utama adalah ide dalam pembentukan filosofi ilmiah pada abad 20 yang disebt logika positivisme (logical positivism). pernyataan-pernyataan metafisik tidak bermakna. Pernyataan itu tidak dapat diverifikasi secara empiris dan bukan Positivisme & Post-positivisme

3

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

tautologi yang berguna. Tidak ada cara yang mungkin untuk mentukan kebenarannya ( atau kesalahannya ) dengan mengacu pada pengalaman. Tidak ada pengalaman yang mungkin yang pernah dapat mendukung pertanyaanpertanyaan metafisik seperti : “ Yang tiada itu sendiri tiada” ( The nothing it self nothing- Das Nichts selbst nichest, Martin Heidegger ), “ yang mutlak mengatasi Waktu”, “ allah adalah Sempurna “, ada murni tidak mempunyai ciri “, pernyataan-pernyataan metafisik adalah semu. Metafisik berisi ucapanucapan yang tak bermakna. Auguste Comte ( 1798-1857 ) ia memiliki peranan yang sangat penting dalam aliran ini. Istilah “positivisme” ia populerkan. Ia menjelaskan perkembangan pemikiran manusia dalam kerangka tiga tahap. Pertama,tahap teologis. Disini , peristiwa-peristiwa dalam alam dijelaskan dengan istilahistilah kehendak atau tingkah dewa-dewi. Kedua, tahap metafisik. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan melalui hukum-hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap positif.Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan secara ilmiah. Upaya-upaya kaum positivis untuk mentransformasikan positivisme menjadi semacam “agama baru”,cendrung mendiskreditkan pandanganpandangannya. Tetapi tekanan pada fakta-fakta, indentifikasi atas fakta-fakta dengan pengamatan-pengamatan indera,dan upya untuk menjelaskan hukumhukum umum dengan induksi berdasarkan fakta,diterima dan dengan cara berbeda-beda diperluas oleh J.S Mill ( 1806-1873 ).E.Mach (1838-1916 ), K.Pierson ( 1857-1936 ) dan P.Brdgeman ( 1882-1961 ).

Positivisme & Post-positivisme

4

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

C. Tokoh-Tokoh yang Menganut Paham Positivisme 1. Auguste Comte ( 1798 – 1857 ) Bernama lengkap Isidore Marrie Auguste Francois Xavier Comte, lahir di Montepellier, Perancis (1798). Keluarganya beragama khatolik yanga berdarah bangsawan. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana. Dikalangan teman-temannya Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak dalam mendukung Napoleon dipecat. Auguste Comte memulai karier professionalnya dengan memberi les dalam bidang Matematika. Walaupun demikian, perhatian yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial. Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang berjudul “Clothilde Course of Positive Philosophy”. Comte bertemu dengan Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia berumur beberapa tahun lebih muda dari

pada Comte. Wanita tersebut sedang ditinggalkan

suaminya ketika bertemu dengan Comte pertama kalinya, Comte langsung mengetahui bahwa perempuan itu bukan sekedar perempuan. Sayangnya Clothilde de Vaux tidal terlalu meluap-luap seperti Comte. Walaupun saling berkirim surat cinta beberapa kali, Clothilde de Vaux menganggap hubungan itu adalah persaudaraan saja. Akhirnya, dalam suratnya Chlothilde de Vaux menerima menjalin keprihatinan akan kesehatan mental Comte. Hubungan intim suami isteri rupanya tidak jadi terlaksana, tetapi perasaan mesra sering diteruskan lewat surat menyurat. Namun, romantika ini tidak berlangsung lama, Chlothilde de Vaux mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah bertemu dengan Comte, dia meninggal. Kehidupan Comte lalu bergoncang, dia bersumpah membaktikan hidupnya untuk mengenang “bidadarinya” itu. Auguste Comte juga memiliki Positivisme & Post-positivisme

5

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan ajaran Comte sebagai kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme diartikan sebagai “menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan “salah satu masyarakat”, melainkan “humanite” suku bangsa manusia” pada umumnya. Jadi, Altruisme bukan sekedar lawan “egoisme”(Juhaya S. Pradja, 2000 : 91). Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Sehubungan dengan altruisme ini, Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire “Maha Makhluk” dalam hal ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk If Grand Eire itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pestapesta liturgi, dan lain-lain. Ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai “Suatu agama Katholik tanpa agma Masehi”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan. Perlu diketahui bahwa ketiga tahap atau zaman tersebutdi atas menurut Comte tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi perkembangan perorangan. Misalnya sebagai kanak-kanak seorang teolog adalah seorang positivis. 2. John Stuart Mill ( 1806 – 1873 ) Ia adalah seorang filosof Inggris yang menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan. John Stuart Mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat

positivisme.

Karena

psikologi

merupakan

pengetahuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya dengan kaum positif, Mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan. Positivisme & Post-positivisme

6

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

3. Herbert Spencer (1820-1903) adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada "keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai bapak Darwinisme sosial. Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial. Dia berkontribusi terhadap berbagai macam subyek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi dan psikologi. Spencer saat ini dikritik sebagai contoh sempurna untuk scientism atau paham ilmiah, sementara banyak orang yang kagum padanya di saat ia masih hidup 4. Hippolyte Taine ( 1828 – 1893 ) seorang filsuf dan sejarawan terkemuka di akhir abad 29 di Prancis, guru besar filsafat di Nevers, di Sekolah École des Beaux-Arts. Bahan-bahan kuliahnya dikumpulkannya dan dibukukan dengan judl Philosophie de l'art. Filsafat dari Taine memang banyak membahas tentang seni, yang menurutnya sangat ditentukan oleh ras atau bangsa, lingkungan (lillie) dan momen.[1] Pemikiran cemerlangnya dituangkan dalam karya Historie de la littérature anglaise yang dilengkapi dengan pendahuluan yang menunjukkan kecakapannya. Sebagai ahli dalam berpikir, ia bercorak positivis dan terpengaruh oleh August Comte dan Stuart Mill.Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.

Positivisme & Post-positivisme

7

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

5. Emile Durkheim (1852 – 1917 ) Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École Normale Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation – syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882. Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

POST-POSITIVISME A. Pengertian Post-Positivisme Aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Postpositivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata, ada sesuai hukum alam. B. Sejarah Post-positivisme Salah satu bentuk paradigma pospositivisme adalah paradigma interpretatif. Pendekatan interpretif berasal dari filsafat Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman dalam ilmu sosial.Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari dunia social dan berusaha memahaminya dari kerangka berpikir objek yang sedang Positivisme & Post-positivisme

8

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

dipelajarinya.Manusia secara terus menerus menciptakan realitas sosial mereka dalam rangka berinteraksi dengan yang lain (Schutz, 1967 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Tujuan pendekatan interpretif tidak lain adalah menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu terbentuk (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu pendiri pospositivisme adalah Karl Popper. Karl Popper lahir di

Vienna, Austria, 28 Juli 1902 dan meninggal di London, Inggris, 17

September 1994 (umur 92 tahun). Popper merupakan salah satu dari sekian banyak filsuf ilmu dan pakar dalam bidang psikologi belajar.Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi, sebagai lawan dari

verifikasi

terhadap

ilmu.Falsifikasi adalah gagasan melihat suatu teori dari sudut pandang kesalahan.Dengan menganggap teori itu salah, dan dengan segala upaya dibuktikan kesalahan tersebut hingga mutlak salah, dibuatlah teori baru yang menggantikannya. Di zaman yang lebih modern Albert Einstein juga melakukan falsifikasi teori tentang relativitas dalam mekanika.Einstein pada tahun 1905 memaparkan teori elektrodinamika benda yang bergerak.Diamemanfaatkan teori elektrodinamika dari Maxwell, untuk menemukan batasan dari mekanika Newton, membenturkan kedua teori, yakni mekanika klasik dengan teori elektromagnetisme.Einstein hendak menunjukan bahwa kerangka fisika dan mekanika klasik yang berbasis ruang dan waktu absolut, yang secara matematik dituliskan sebagai transformasi Galileo Galilei, tidak berlaku dalam kecepatan amat tinggi.Einstein sekaligus membantah teori dari Heinrich Hertz mengenai medium yang disebut ether pembawa cahaya, dimana gaya listrik dan gaya magnet tidak dapat melampaui batasan ruang. Dengan teorinya yang dijuluki sebagai Teori Relativitas Khusus itu Einstein menunjukan ternyata tidak ada waktu absolut, akan tetapi hanya ada ruang- waktu yang tergantung dari relasisistem. Dengan kata lain, dalam ruang-waktu yang memuai secara cepat, pengukur waktu yang berdetik cepat-pun akan berjalan lebih lambat. Teori Positivisme & Post-positivisme

9

Tugas Mata Kuliah Teori Sosial, Budaya dan Humaniora Dosen Pengampu : Prof Helius Syamsuddin, M.A., Ph.D.

elektro-dinamika benda bergerak itu, kemudian terbukti dalam percobaan di laboratorium menggunakan jam atom, serta dalam pengamatan waktu paruh dari partikel yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Kembali pada pemikiran Karl Popper tentang gagasan prinsip falsifikasinya. Popper menggarisbawahi bahwa akal baru sungguh-sungguh bersifat kritis, apabila mau membuang parameter yang mula-mula dipaksakan (imposed regulaties). Pandangan ini disebut pula sebagai rasionalisme kritis di mana rasionalisme tidak berarti bahwa pengetahuan didasarkan pada nalar seperti dikatakan Descartes dan Leibniz, melainkan bahwa sifat rasional dibentuk lewat sikap yang selalu terbuka untuk kritik. Inilah di antaranya prinsip falsifikasi yang diutarakan oleh Popper dalam melakukan kritik terhadap paradigma

positivisme

yang

dianggap kaku

dengan cara

menggunakan serta hanya mengakui metoda ilmiah yang umumnya digunakan (bersifat positivistik). Senada dengan Karl Popper adalah I. Lakatos dalam tulisannya berjudul History of Science and its Rational Reconstructions pada buku Boston Studies in the Phylosophy of Science (1971) yang juga menyetuj...


Similar Free PDFs