Isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur PDF

Title Isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur
Author Nabila Aisiah
Pages 10
File Size 99 KB
File Type PDF
Total Downloads 76
Total Views 487

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA ISOLASI ETIL PARAMETOKSI SINAMAT DARI RIMPANG KENCUR Oleh: Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2016 Percobaan IV Isolasi Etil Parametoksi Sinamat dari Rimpang Kencur I. Tujuan - Dap...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA ISOLASI ETIL PARAMETOKSI SINAMAT DARI RIMPANG KENCUR

Oleh:

Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2016

Percobaan IV Isolasi Etil Parametoksi Sinamat dari Rimpang Kencur

I. Tujuan - Dapat mengisolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur - Dapat mengetahui prinsip dan melakukan isolasi dengan maserasi - Dapat mengetahui prinsip KLT

II. Dasar Teori Senyawa-senyawa turunan sinamat ditemukan secara luas di alam, terutama sekali turunan hidroksisinamat, seperti p-kumarat, kafeat, ferulat dan sinapat. Senyawa-senyawa ini biasanya ditemukan dalam bentuk ester. Senyawa-senyawa ini mudah dideteksi karena noda-nodanya di atas kertas saring memberikan fluoresensi berwarna biru atau hijau di bawah sinar ultraviolet. Intensitas warna ini dapat ditingkatkan bila diperlakukan dengan uap amoniak. Senyawa-senyawa turunan sinamat dapat diidentifikasi dari spektrum ultraviolet yang mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang sekitar 245nm dan 320nk. Senyawa-senyawa ini, dalam suasana basa memperlihatkan perpindahan serapan maksimum di daerah UV ke panjang gelombang yang lebih besar (Achmad, 1996) Kencur (Kaempferia galanga L.) secara empiris telah diketahui memiliki efek antiinflamasi. Kendungan utama kencur adalah etil p-metoksisinamat (31,77%) yang di dalam tubuh mengalami hidrolisis menjadi senyawa aktif biologis, asam p-metoksisinamat (APMS), senyawa ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandi terganggu. Penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seringkali dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Salah satu upaya untuk menghindari efek samping tersebut, dikembangkan penggunaan obat secara topikal. Sediaan OAINS topikal yag telah beredar antara lain natrium diklofenak dosis 1%, sementara dosis AMPS untuk penggunaan topikal belum diketahui (Soeratri. et al, 2014). Salah satu metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi adalah metode perendaman. Syarat utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi. Penyaringan zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindungi dari cahara, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan luar sel. Larutan

yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi lebih rendah. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapatn yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Kusuma, 2015). Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom dimana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Gandjar, 2007). Kromatografi lapis tipis (TLC) ialah metode bertujuan untuk memisahkan komponenkomponen campuran berdasarkan perbedaan kemampuan migrasi pada lapisan tipis. Adsorbent akan dipertahankan pada permukaan bidang datar. Dengan kata lain, pemisahan senyawa akan berlangsung berdasarkan perbedaan afinitas komponen dari campuran dengan fase diam dan fase geraknya. Metode kromatografi ini dapat digunakan untuk memantau reaksi organik, melakukan pemurnin zat dan identifikasi senyawa-senyawa satu dan lainnya (Totoli and Salgado, 2014).

III. Alat dan Bahan a. Alat 1. Erlenmeyer

3 buah

2. Corong gelas

2 buah

3. Klem dan statif

1 buah

4. Wajan

1 buah

5. Batang pengaduk

2 buah

6. Penangas air

2 buah

7. Plat KLT

1 buah

8. Aluminium foil

qs

b. Bahan 1. Rimpang kencur

250g

2. Etanol 96%

700ml

3. Kertas saring

4 buah

4. Toluen

qs

5. Anisaldehid asam sulfat qs

c. Gambar Alat

IV. Cara Kerja Ditambah Rimpang kencur 250g

700 ml Etanol 96%

Dimasukkan erlenmeyer, digojog 5 menit dan didiamkan 1 hari Campuran maserasi

Disaring Filtrat

Diuapkan di atas penangas hingga pelarut tidak dapat menguap lagi Filtrat kental

Disaring dan dikristalkan selama 24 jam dalam lemari pendingin Kristal

Disaring kembali dan dipanaskan pada suhu 50°C hingga kering Ekstrak kencur

Dilarutkan sedikit etanol 96%, ditotolkan pada plat KLT Totolan pada plat silika gel

Dielusi dengan Toluen yang telah dijenuhkan Hasil elusi pada plat KLT

Disemprot dengan anisaldehid asam sulfat, dilihat pada UV 366 & 254 Terdapat spot/bercak

Dihitung nilai Rf Hasil

V. Hasil dan Pembahasan A. Hasil:

Organoleptis Organoleptis

Hasil

Bentuk

Ekstrak kental

Bau

Bau khas kencur

Warna

Hitam

Tekstur

Lembek

Rendemen Hasil Berat Bahan

Berat Hasil

Rendemen

250g

0,638

0,25%

Jarak Titik

Rf

Warna

4,5cm

0,53

Transparan

Hasil KLT

B. Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan isolasi senyawa etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur dimana tujuan dari percobaan ini ialah dapat mengisolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur, dapat mengetahui prinsip dan melakukan isolasi dengan maserasi serta dapat mengetahui

prinsip KLT. Pada percobaan digunakan sampel berupa rimpang kencur sebanyak 250g. Teknik isolasi senyawa etil parametoksi sinamat menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali penggojogan dimana ekstraksi dilakukan pada suhu kamar. Mekanisme dari maserasi ialah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Tujuan dilakukannya ekstraksi dengan maserasi ialah untuk menarik seluruh komponen zat aktif pada rimpang kencur menggunakan pelarut yang sesuai. Pada percobaan, rimpang kencur di iris-iris terlebih dahulu hingga berukuran kecil dengan tujuan memperbesar luas permukaan kontak rimpang kencur dengan penyari agar proses penyarian zat aktif lebih optimal. Penyari yang digunakan ialah etanol 96% yang bersifat semipolar. Digunakan pelarut semipolar karena EPMS merupakan suatu ester yang mengandung cincin bensen dan gugus metoksi yang bersifat non polar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat agak polar sehingga EPMS mampu larut pada pelarut dengan kepolaran yang bervariasi. Etanol digunakan karena memiliki kesamaan polaritas dengan EPMS sehingga dapat dengan mudah melarutkannya. Struktur dari EPMS ialah:

Pada proses maserasi, dilakukan penggojogan beberapa kali dengan tujuan untuk membantu proses penyarian zat aktif dengan penyarinya. Proses penggojogan dilakukan 5 menit hingga seluruh penyari dan simplisia tercampur rata. Dilakukan pendiaman selama 1 hari dimana proses pendiaman ini bertujuan untuk memberikan waktu pada penyari untuk berpenetrasi ke dalam sel simplisia dan menyari zat aktif lalu berdifusi keluar hingga dicapai kesetimbangan dan penyari telah jenuh oleh zat aktif. Ukuran dari simplisia sangat mempengaruhi dimana semakin kecil ukurannya maka luas permukaannya semakin besar,semakin banyak kontak dengan pelarut dan semakin banyak pula senyawa aktif yang tersari. Oleh karena itu, pada percobaan rimpang kencur harus di potong-potong terlebih dahulu untuk memperluas luas permukaan sehingga senyawa aktif yang tersari akan lebih optimal.

Setelah proses maserasi, dilakukan proses penyaringan dimana proses ini bertujuan untuk memisahkan filtrat hasil maserasi dari rimpang kencur dan pengotornya. Dihasilkan filtrat berwarna kuning kecoklatan pada akhir penyaringan. Filtrat kemudian diuapkan dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga hanya tertinggal ekstrak dari rimpang kencur saja dimana titik didih dari etanol 96% adalah 78,92°C sehingga lebih mudah menguap dalam pemanasan dibandingkan dengan ekstrak. Pemanasan dilakukan hingga terjadi penurunan volume dan pelarut tidak dapat menguap lagi dan hanya menyisakan ekstrak kental. Pemanasan tidak boleh dilakukan terlalu lama bila pelarut sudah menguap untuk mencegah terjadinya penggosongan ekstrak. Didapatkan ekstrak berwarna cokelat. Ekstrak kemudian di simpan dalam lemari pendingin dengan tujuan untuk mengkristalkan senyawa yang didapat dan memisahkannya dari sisa pelarut yang belum menguap maupun pengotor yang masih terdapat dalam ekstrak. Setelah proses pendinginan, terdapat ekstrak yang telah mengkristal namun belum sepenuhnya sehingga masih terdapat beberapa ekstrak dalam bentuk cair sehingga perlu disaring kembali untuk memisahkan kristal dengan pelarut maupun pengotornya. Hasil penyaringan kemudian dikeringkan terlebih dahulu pada oven suhu 50°C untuk menghilangkan sisa-sisa pelarut dan untuk mendapatkan berat konstan dari ekstrak. Pemanasan dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi untuk mencegak terjadinya kerusakan ekstrak dan hangusnya ekstrak sehingga proses pemanasan tidak terlalu lama. Hasil lalu ditimbang untuk mengetahui rendemen yang didapat dimana didapatakan rendemen etil parametoksi sinamat sebesar 0,25% dari 250g sampel kencur. Selanjutnya, ekstrak kering digunakan untuk uji dengan KLT untuk tujuan memisahkan senyawa-senyawa etil parametoksi sinamat dengan senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam kencur. KLT (Kromatografi Lapis Tipis) didasarkan pada prinsip adsorbsi dimana pemisahan terjadi karena adanya penyebaran daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi. Prinsip kerja dari KLT ialah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Pada proses KLT, digunakan fase diam silika gel dan fase gerak berupa Toluen. Digunakan toluen karena merupakan senyawa bersifat nonpolar dimana dapat menarik senyawa etil parametoksi sinamat karena merupakan senyawa yang semipolar. Digunakan silika gel yang bersifat polar sehingga senyawa-senyawa lain dalam ekstrak yang bersifat polar dapat tertahan pada silika gel sedangkan etil parametoksi sinamat akan terelusi lebih cepat bersama fase gerak toluen. Ekstrak dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut etanol agar dapat ditotolkan pada plat KLT. Hasil elusi didapatkan 1 titik pada jarak 4,5cm dari batas bawah plat. Hasil elusi kurang

bisa dilihat pada sinar tampak sehingga membutuhkan bantuan sinar UV 366 dan 254. Untuk memperjelas posisi totolan, dilakukan destruksi dengan larutan semprot anisaldehid asam sulfat agar senyawa dapat dilihat di bawah sinar UV 254. Didapatkan nilai Rf sebesar 0,53. Berdasarkan literatur, Rf dari etil p-metoksi sinamat ialah sebesar 0,65 (Taufikkurohmah, 2005). Perbedaan nilai Rf ini dapat dimungkinkan karena perbedaan polaritas dari fase gerak yang digunakan dimana apabila digunakan fase gerak yang kuat dengan polaritas yang mirip, maka senyawa dapat terelusi lebih jauh dan lebih cepat sedangkan bila digunakan fase gerak lemah dapat menarik EPMS namun daya ikatannya tidak terlalu kuat sehingga EPMS dapat pula tertahan oleh fase diam karena sturkturnya yang juga memiliki sisi yang polar. Dapat pula dimungkinkan senyawa tersebut bukanlah EPMS melainkan senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak kencur.

VI. Kesimpulan 1. Dapat dilakukan isolasi senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur menggunakan metode maserasi dan uji Kromatografi Lapis Tipis dimana didapatkan rendemen sebesar 0,25% dari 250g sampel kencur dan didapat nilai Rf sebesar 0,53 dimana terjadi perbedaan nilai Rf dengan literatur. 2. Prinsip maserasi ialah ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali penggojogan dimana ekstraksi dilakukan pada suhu kamar. Mekanisme dari maserasi ialah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. 3. Prinsip KLT ialah pemisahan terjadi karena adanya penyebaran daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi. Prinsip kerja dari KLT ialah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

VII. Daftar Pustaka

Achmad. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karunika Gandjar, Ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kusuma, Anggia. 2015. The Effect of Ethanol Extract of Soursop Leaves (Annona muricata L.) to Decreased Levels of Malondialdehyde. J Majority. Vol. 4. No. 3. Soeratri W., T. Erawati, D. Rahmatika, N. Rosita. 2014. Penentuan Dosis Asam p-Metoksisinamat (APMS) Sebagai Antiinflamasi Topikal dan Studi Penetrasi APMS Melalui Kulit Tikus Dengan dan Tanpa Stratum Korneum. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 1. No. 1. Taufikkurohmah. 2005. SYNTHESIS OF p-METHOXY-CYNNAMIL- p METOXYCINAMATE FROM ETHYL p-METHOXYCINAMAT WAS ISOLATED FROM DRIED RHIZOME Kaempferia Galanga L AS SUNSCREEN COMPOUND. Indo Journal Chem. Vol. 5 (3):193-197 Totoli, E., and Herida R. N. Salgado. 2014. Development of An Innovative, Ecological and Stability Indicating Analytical Method for Semiquantitative Analysis of Ampicillin Sodium for Injection by Thin Layer Chromatography (TLC). World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 3 (6) :1944-1957.

Mengetahui, Asisten Praktikum

Rochman Isham

Surakarta, 5/4/2016 Praktikan

Nabila Fatin A

Lampiran Gambar

KLT Etil p-Metoksi Sinamat

KLT Etil p-Metoksi Sinamat dengan penyemprotan Anisaldehid asam sulfat...


Similar Free PDFs