Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima PDF

Title Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima
Pages 4
File Size 738 KB
File Type PDF
Total Downloads 179
Total Views 456

Summary

Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Agus Purnama Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima Tesis Perencanaan Wilayah dan Kota Pembimbing: Ir. Antariksa, MEng., PhD Ir. A. Wahid Hasyim, MT Latar Belakan...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima Antariksa Sudikno

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Arsit ekt ur Dalam Dinamika Ruang, Bent uk dan Budaya Ant ariksa Sudikno

Pendekat an deskript if-Eksplorat if Dalam Pelest arian Arsit ekt ur Bangunan Kolonial di Kawasan Pecina… Ant ariksa Sudikno Memori Kolekt if Kot a Bima Dalam Bangunan Kuno Pada Masa Kesult anan Bima: Sebuah St udi sebaga… Ant ariksa Sudikno, Christ ia Meidiana

Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Minat Perencanaan Wilayah dan Kota

Agus Purnama

Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima Tesis Perencanaan Wilayah dan Kota

Pembimbing:

Ir. Antariksa, MEng., PhD Ir. A. Wahid Hasyim, MT

Latar Belakang Dalam sejarah  Kesultanan Bima sejak  dahulu telah memiliki  tingkat peradaban yang  cukup tinggi, hal ini terlihat  dari teknologi tempa besi  yang dikenal, angkatan  perang yang kuat, serta  penataan kawasan  berdasarkan pertimbangan  tertentu, bila diperhatikan  kawasan istana Kesultanan  Bima memiliki konsepsi   filosofi, yakni di dalamnya  menyiratkan kesatuan  unsur pemerintahan,  agama dan rakyat  (masyarakat). Konsepsi tata  letak bangunan istana 

Kesultanan Bima,  yaitu berorientasi  utara‐selatan dan  memiliki pelataran di  sebelah barat yang  berorientasi ke arah  teluk Bima dan  pelabuhan. Di bagian  barat istana terdapat  alun‐alun disebut sera  suba, di selatan alun‐ alun terdapat  bagunan masjid.   Setelah proklamasi  tanggal 17 Agustus 1945,  praktis Negara‐negara kecil  yang ada di dalamnya  menjadi bagian dari Negara  Kesatuan Republik  Indonesia.  Khususnya  pada  Kesultanan  Bima,  berdasarkan  maklumat yang  dikeluarkan  oleh Sultan  Salahuddin  pada tanggal 22  November  1945. Hal ini  berpengaruh  terhadap cara  pandang  Kekontrasan  bangunan  Lare‐lare  masyarakat  terhadap bangunan lain.

Aktivitas pada Sera suba.  tentang institusi kesultanan serta perangkat  pendukungnya. Keberadaan sebuah bangunan istana  tidak lagi penting dalam tatanan kehidupan masyarakat  Bima pada waktu itu. Memasuki dasawarsa 1950‐an  semua yang berbau kerajaan dianggap sebagai sisa‐sisa  feodalisme dan dianggap sirik, tidak sesuai dengan jiwa  dan cita‐cita Revolusi 17 Agustus 1945. Dampak dari itu  semua, adalah peninggalan‐peninggalan dari masa  Kesultanan Bima tidak terurus termasuk bangunan istana  beserta unsur‐unsur pendukung kawasan.    Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan,  adalah sebagai berikut: Bagaimanakah karakterstik  Kawasan Istana Kesultanan Bima? Faktor‐faktor apa saja  yan mempengaruhi perubahan pada Kawasan Istana  Kesultanan Bima? dan Bagaimanakah arahan pelestarian  untuk Kawasan Istana Kesultanan Bima? Kemudian  tujuan studi ini , adalah untuk mengidentifikasi  karakteristik Kawasan Istana Kesultanan Bima,  mengidentifikasi dan menganalisis faktor‐faktor yang  mempengaruhi  perubahan pada Kawasan Istana  Kesultanan Bima, serta merumuskan arahan pelestarian  yang sesuai untuk  Kawasan Istana Kesultanan Bima. 

 Rute‐rute sirkulasi pada kawasan Sera suba. Kondisi masing‐masing distrik. 

Istana Ruma Bicara Abdul Nabi

Masjid Kesultanan

Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang  digunakan, antara lain :  a.  Survei primer, untuk memperoleh  data  langsung dari kawasan studi,  digunakan dalam analisis sejarah  perubahan kawasan dan analisis  kondisi fisik bangunan dan  lingkungan; dan  b.  Survei sekunder, data yang  dikutip dari literatur/dokumen  berupa teori maupun pendapat yang  terkait, akan digunakan sebagai data  penunjang dan acuan pembahasan.  Sampel bangunan menggunakan  metode purposive sampling, yakni  peneliti menggunakan  pertimbangannya sendiri dengan  berbekal pengetahuan yang cukup  tentang populasi untuk memilih  anggota‐anggota  sampel (Silalahi,  2003). Sampel bangunan kuno‐ bersejarah dalam penelitian ini  dengan rincian karakteristik   bangunan, sebagai berikut :  Berdasarkan usianya, yang memiliki  usia 50 tahun – 100 tahun, 21 objek  dan yang memiliki usia 100 tahun ke 

Page 2

Istana Kesultanan

Istana Kayu

atas 12 objek; dan  Berdasarkan nilai sejarahnya,  bangunan situs budaya 6 objek,  bangunan yang berkaitan dengan  sistem pemerintahan kesultanan 8  objek, rumah jabatan pemerintahan  kesultanan 5 objek, rumah tinggal  mantan pejabat kesultanan 13 objek  dan rumah tinggal ahliwaris keluarga  kesultanan 1 objek. Sampel budayawan/sejarawan  Bima dengan metode getok tular,  yaitu peneliti menentukan seseorang  untuk menjadi anggota sampel atas  dasar rekomendasi atau anjuran  orang yang telah lebih dahulu  menjadi sampel. Sampel tokoh  budayawan/sejarawan Bima yang  dipilih dengan pertimbangan, sebagai  berikut (Sukardi, 2004) :  Budayawan/sejarahwan Bima yang  dianggap memiliki pengetahuan  terhadap objek yang akan diteliti,  dipilih dengan cermat agar relevan  dengan pembahasan yang akan  dilakukan; dan  Penentuan jumlah sampel tidak dapat  diketahui lebih awal. Namun, sampel 

Pintu Gerbang

yang diperlukan dalam penelitian ini  ditentukan pada saat dilakukan  penelitian dengan metode getok tular,  yakni peneliti menentukan Bumi  Partiga sebagai nara sumber awal.  Metode analisis dibagi tiga  tahapan utama, adalah sebagai  berikut :  1.  Pertama: Identifikasi    karakteristik kawasan, bersifat  deskriptif dan dilakukan untuk  mengetahui kondisi bangunan dan  lingkungan yang ada pada kawasan  istana Kesultanan Bima.   2.  Kedua: Identifikasi   faktor‐faktor  yang mempengaruhi perubahan   kawasan, dibagi berdasarkan  perubahan sistem pemerintahan,  yakni masa kesultanan (1917 ‐ 1951);  masa peralihan (1951 – 1968); dan  masa pemerintahan Kabupaten Bima  (1968 – 2005). Meliputi, analisis aspek  fisik, sosial budaya, politik dan  ekonomi.   3.   Ketiga: Merumuskan arahan  pelestarian kawasan dan bangunan,  berdasarkan dua tahap  kegiatan   yang  telah  dilakukan  sebelumnya. 

Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima

Hasil Studi 1. Karakteristik kawasan istana  Kesultanan Bima, adalah sebagai  berikut :     Kawasan Istana Kesultanan Bima  bercirikan bekas kota kerajaan Islam;   Sosial budaya masyarakat Bima,  masih memiliki potensi berupa  kesenian tradisional, tradisi, dan  nilai‐nilai kepercayaan yang masih  bertahan sampai dengan sekarang;   Kondisi fisik bangunan kuno‐ bersejarah pada kawasan denganr  tingkat kerusakan ringan dan  umumnya fungsi bangunan tidak  mengalami perubahan fungsi.    2. Perubahan kawasan istana  Kesultanan Bima, dipengaruhi oleh 

aspek fisik pada lingkungan istana  telah dibangun bangunan‐bangunan  baru; aspek sosial budaya, penduduk  daerah Bima semula terbagi dalam  tiga golongan, yaitu golongan  bangsawan, golongan menengah dan  golongan budak, setelah masa  kesultanan berakhir pengolongan  status sosial masyarakat sudah tidak  berlaku lagi; aspek politik, perubahan  sistem pemerintahan menyebabkan  penggunaan lahan di lingkungan  istana berdasarkan kebijakan  pemerintah daerah; dan aspek  ekonomi, setelah masa kesultanan  berakhir beberapa keluarga istana  dan bekas pejabat kesultanan  kehilangan sumber pendapatannya,  yakni sawah adat dikelolah oleh  Yayasan Islam Kabupaten Bima.   

3. Arahan pelestarian kawasan istana  Kesultanan Bima di Kota Bima,  adalah sebagai berikut :  a. Arahan pelestarian kawasan,  dilakukan dengan metode  pelestarian, yakni preservasi dan  adaptasi/revitalisasi;   b. Arahan pelestarian bangunan  kuno‐bersejarah, dilakukan dengan  metode pelestarian, yakni preservasi  dan konservasi,   c. Arahan pengembangan potensi  citra kawasan, dilakukan dengan  memadukan aktivitas dan fungsi‐ fungsi yang ada supaya saling  mendukung dan tidak saling  mengganggu, dengan optimalisasi  citra kawasan melalui penguatan  karakter lokal. 

Rumah tinggal pejabat Kepala Tukang Ruma Bicara

Arahan pelestarian bangunan kuno‐bersejarah.   Kondisi fisik kawasan istana Kesultanan  Bima.

 Perubahan  fisik  kawasan  istana  Kesultanan  Bima  masa  pemerintahan  Arahan  pelestarian  kesultanan – pemerintahan kabupaten (1915‐2005).   Kesultanan Bima. Tesis Perencanaan Wilayah dan Kota

kawasan 

istana 

Page 3

Copyright © 2009 by antariksa...


Similar Free PDFs