PENGARUH USIA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Disusun Oleh : PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PDF

Title PENGARUH USIA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Disusun Oleh : PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Author Bestari Nugroho
Pages 17
File Size 486.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 179
Total Views 342

Summary

PENGARUH USIA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah OSDM) Disusun Oleh : KELOMPOK MATOA 1. AHMAD SUBHAN IRANI 2. AIDA RATNA ZULAIHA 3. BAGUS SUNDORO 4. BUBUN MUHAMMAD HASBULLOH 5. DINA PURNAMA SARI 6. FRITHA DEVITA 7. HEDDY FRIADI 8. SRI HADIATI AYU BESTARI 9. SYIFA MAHARANI ...


Description

PENGARUH USIA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah OSDM)

Disusun Oleh :

KELOMPOK MATOA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

AHMAD SUBHAN IRANI AIDA RATNA ZULAIHA BAGUS SUNDORO BUBUN MUHAMMAD HASBULLOH DINA PURNAMA SARI FRITHA DEVITA HEDDY FRIADI SRI HADIATI AYU BESTARI SYIFA MAHARANI TOTOK SUPRAPTO

Kelas E54

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

I. PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang

Proses perencanaan, perumusan, sasaran, dan strategi dalam mencapai tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki perusahaan tersebut. Olehkarena itu penentuan dan karakteristik tenaga kerja perlu diperhatikan dan didesain sedemikian rupa oleh perusahaan agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dasar penentuan tenaga kerja suatu perusahaan dikenali melalui beberapa variable yang dilekatkan pada karakteristik individu, salah satunya adalah usia. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Jika dikaitkan dengan klasifikasi generasi usia yang selama ini dikenal, maka rentang usia pekerja professional saat ini berada pada rentang generasi X dan Y. Secara garis besar, generasi X adalah tenaga kerja yang lahir diantara tahun 1965 hingga 1977. Sedangkan generasi Y merupakan tenaga kerja yang lahir pada rentang usia 1978 hingga 1994. Saat ini, fenomena yang terjadi di dunia kerja adalah adanya keberagaman tenaga kerja dari generasi X dan generasi Y. Adanya beberapa generasi usia di dalam dunia kerja membuat lingkungan kerja menjadi lebih kompleks karena individu yang berada pada generasi berbeda akan memiliki perspektif, pemikiran, ide, sikap, tata nilai dan attitude yang berbeda pula. Dalam makalah kali ini, akan dikaji mengenai bagaimana karakteristik setiap generasi dalam dunia kerja dan pengaruhnya terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan. Adapun metode yang digunakan adalah studi pustaka dari beberapa sumber dan hasil penelitiaan sebelumya.

2.

Definisi

Usia Usia adalah bagian dari eksistensi yang dihitung dari awal kelahiran sampai titik waktu tertentu, dan menjadi tua menunjukkan pengaruh atau karakteristik peningkatan usia (Webster Inc., 1989) dalam Supriyono (2006: 62). Stereotip (persepsi) usia pada dunia kerja memperkuat diskriminasi terhadap usia karena orientasi negatif mereka. Misalnya, stereotip (persepsi) usia yang sudah lama ada ini menggambarkan bahwa para pekerja tua kurang memuaskan, tidak terlalu terlibat dengan pekerjaan mereka, kurang termotivasi, tidak melaksanakan atau lebih sering absen dari pekerjaannya, dan kurang produktif dibanding rekan-rekan mereka yang lebih muda. Sementara untuk pekerja yang lebih muda usianya sering didiskripsikan sebagai pekerja yang memiliki kreativitas lebih tinggi dan agresif.

Kinerja a. Kinerja Individu Pengertian Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengertian kinerja menurut As’ad (2003) adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Tika (2006) mendefinisikan Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Menurut Gibson (2003, p39), tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, adalah: a)variabel individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan, mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), penggajian dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin); b)variabel organisasional, terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan; dan 3)variabel psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Tingkat kinerja individu menurut Mathis dan Robert L (2006, p113) dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: a)kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut; b)tingkat usaha yang dicurahkan; dan c)dukungan organisasi. b. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah merupakan hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas dapat dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,2001 dalam Koesmono, 2005:28). Sedangkan menurut Simanjuntak, Payaman J. (2005:1) kinerja suatu organisasi atau perusahaan adalah akumulasi kinerja semua individu yang bekerja didalamnya. Dengan kata lain, upaya peningkatan kinerja Aktivitas organisasi dilakukan melalui peningkatan kinerja masing-masing individu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Sementara manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Variabel kinerja perusahaan ini secara operasional diukur dengan menggunakan 4 (dua) indicator yang diadopsi dari Brahmasari (2004:121-122), yang meliputi: a)kemampuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya manusia yang dimiliki; b)kemampuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan seluruh waktu yang dimiliki; c)kemampuan perusahaan dalam beradaptasi terhadap

perubahan;serta d)kemampuan perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) menurut Hasibuan (2003,h 244) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. SDM merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal .Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi(Hariandja, 2002). Kegiatan pengelolaan sumberdaya manusia dalam suatu perusahaan disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksana kan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

II. KARAKTERISTIK GENERASI X DAN GENERASI Y 1.

Overview Generasi X dan Generasi Y

Generasi X Generasi X, biasa disingkat untuk Gen X, adalah generasi yang lahir pasca-Perang Dunia II meledak. Istilah "Generasi X" diciptakan oleh fotografer Magnum Robert Capa di awal 1950-an. Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh penulis Kanada pada tahun 1991 Douglas Coupland. Coupland menjelaskan Generasi X sebagai anak yang terakhir lahir dari keluarga besar yang tumbuh langsung dari Perang Dunia Kedua. Gen X lahir antara tahun 1965 sampai 1977 adalah generasi yang lahir setelah Barat pasca-Perang Dunia II memiliki perspektif budaya dan pengalaman politik yang dibentuk oleh serangkaian acara, termasuk pasca-pembunuhan John F. Kennedy, pemerintah dan budaya, Perang Vietnam, Watergate, presiden Jimmy Carter, Paus Yohanes Paulus II, presiden Ronald Reagan, Olimpiade Musim Panas 1984, bencana Space Shuttle Challenger, Chernobyl bencana, Black Monday, pemilihan George HW Bush, jatuhnya Tembok Berlin dan ujung berikutnya dari Perang Dingin, peluncuran Teleskop Hubble, krisis tabungan dan pinjaman, pemilihan Bill Clinton dan ledakan ekonomi 1990-an, tercatat terpanjang ekspansi PDB dalam sejarah dari Amerika Serikat. Kegiatan lainnya meliputi krisis sandera Iran, epidemi AIDS, Perang terhadap Narkoba, Perang Teluk Persia, munculnya internet dan gelembung Dot-com, munculnya gelombang baru musik, musik elektronik, synthpop, glam metal, pop punk, rock alternatif, grunge, musik rap dan hip hop. Mereka sering disebut Generasi MTV. Generasi ini dibesarkan dalam keluarga dengan kedua orangtua bekerja. "Ini adalah generasi pertama akan dibangkitkan dalam karir terutama dua rumah tangga (Quester, 2007 dan Bennet, 2006). Generasi X umumnya skeptis terhadap otoritas dan kemerdekaan. Generasi X melihat diri mereka sebagai individu independen secara politik dan sering menyebut diri mereka sebagai kaum liberal (Mitchell, 2001, 2003).

Generasi Y Generasi Y atau populer dengan sebutan Gen Y adalah generasi terbaru yang memasuki angkatan kerja saat ini. Generasi Y, atau yang lebih dikenal sebagai Generasi Millennium, tumbuh seiring dengan banyak kejadian yang mengubah dunia, di antaranya berkembangnya komunikasi massa, serta internet. Generasi Y yang lahir antara tahun 1978 dan 1994, sebenarnya dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu generasi Y dewasa atau twixter (19-28 tahun), generasi Y remaja atau tweens (13-18 tahun), dan generasi Y anak – anak (8-12 tahun). Gen Y telah menarik perhatian para pemasar karena populasinya yang besar. Banyak orang dari generasi ini tumbuh dalam dua pendapatan rumah tangga, kedua orangtua mereka bekerja, dan dengan perceraian yang menjadi norma di banyak rumah. Generasi Y juga telah tumbuh dengan komputer, email, dan komunikasi mobile. Mereka menggunakan internet sebagai sumber utama informasi dan sosial. "Mereka juga telah dibesarkan di era kemakmuran ekonomi yang telah memungkinkan mereka untuk memiliki pendapatan tambahan yang

signifikan dan memiliki banyak kesempatan untuk menghabiskannya (Bakewell dan Mitchell, 2003)." Generasi Y memiliki rasa kemandirian dan otonomi yang kuat. Mereka adalah generasi inovatif dan suka mengekspresikan diri mereka secara emosional dan intelektual (Quester et al. 2007). Kelompok ini cenderung mengikuti apa yang sedang trend di masyarakat. Bagi mereka, nama-nama merek penting meskipun mereka tidak setia terhadap merek seperti yang terdapat dalam generasi tua atau baby boomers.

2.

Ciri- Ciri Generasi X dan Generasi Y

Ciri-ciri Generasi X Karakteristik paling utama Gen – X adalah sifat individualistik, ambisius dan flexible. Motto Gen-X adalah “Bekerja untuk hidup dan bukan sebaliknya”. Biasanya generasi ini paling suka menggunakan istilah “See You at The Top ! ”. Beberapa ciri – ciri dari gen X adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g)

kurang optimis terhadap masa depan, sinis, dan skeptis; tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga tradisional; kurang memiliki rasa hormat kepada orang tua; cenderung individualis, suka menyendiri; berkeinginan untuk mencapai karir tinggi dalam pekerjaannya (orientasi karir); perencana dan schedulers yang baik; memiliki etos kerja yang stabil, bagi mereka loyalitas kerja perusahaan diperoleh bukan di harapkan;

Secara fisik, penampilan generasi ini di awal 90 an yang ditampilkan di media sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran. Menurut Michael R Solomon (2009, p587), generasi X ini cenderung ingin menjadi wirausaha dan sudah memulai bisnis sendiri. Hidup damai, stabil, punya keluarga sebagai tujuan hidup bukan kesuksesan materi. Generasi X merasakan pentingnya corporate citizenship di masyarakat , mengharapkan perusahaan mereka untuk amal , ramah lingkungan , dan menawarkan pekerjaan sukarela selama jam kerja . Mereka menikmati kesempatan pelatihan dan hadiah uang yang didasarkan pada kinerja masing-masing . Generasi X dapat mendorong generasi lain untuk berpikir secara mandiri , bekerja dengan otonomi , dan berkekuatan scara efektif.

Ciri-ciri Generasi Y Karakteristik utama Gen-Y adalah kelompok yang sangat terdidik, penyuka musik, teknologi dan kebebasan mutlak. Generasi ini tidak keberatan bekerja, namun menolak pekerjaan itu sebagai suatu sentral kehidupan. Moto utama Generasi ini adalah “Life is about Enjoyment”

Ciri-ciri Generasi Y pada setiap tahap kehidupannya akan sangat berbeda. Pada saat muda, Generasi Y ini sangat tergantung pada kerja sama kelompok. Pada saat mereka mulai dewasa mereka akan berubah menjadi orang-orang yang akan lebih bersemangat apabila bekerja secara berkelompok terutama di saat-saat krisis. Pada saat paruh baya, mereka akan semakin energetik, berani mengambil keputusan dan kebanyakan mereka mampu menjadi pemimpin yang kuat. Pada saat mereka tua, mereka akan menjadi sebagai sekelompok orang tua yang mampu memberikan kotribusi dan kritikan kepada masyarakat. Beberapa ciri- ciri dari generasi Y adalah sebagai berikut : a) Tidak sabaran, tak mau rugi, banyak menuntut, terbiasa dengan yang instan-instan, cenderung tidak sabaran, bila memiliki keinginan harus segera terlaksana; b) Percaya diri dan optimis, cenderung lebih mudah menerima perubahan, karena lebih open minded dan berkeinginan tinggi untuk belajar segala hal baru. Lebih percaya diri untuk tampil di depan forum dan mengemukakan pendapatnya; c) Family centric, meskipun Gen Y mandiri, tetapi dengan orang tua cenderung dekat; d) Suka inovasi/memunculkan ide baru; e) Selalu mengikuti trend terbaru, dan tak sabar untuk menciptakan trendnya sendiri; f) Memiliki semangat yang luar biasa, mengerjakan tugas dengan lebih bersemangat dan cepat karena kebanyakan lebih melek tekhnologi dan cenderung mudah beradaptasi dengan tekhnologi baru; g) Tidak menyukai jadwal yang detail, berperan sebagai koordinator; h) Anytime-anywhere, kurang memperdulikan aturan baku. Bagi mereka, bekerja dari café merupakan hal lumrah; i) Berkomunikasi nyaman dengan menggunakan teks dan jaringan sosial; j) mencari informasi atau belajar ‘on demand’, to the point, hanya untuk hal-hal sesuai cita-cita/passion/impian mereka, sesuai kebutuhan mereka; k) terbiasa hidup dengan teknologi canggih. Laptop, komputer, gadget adalah keseharian mereka sejak kecil.

III. ANALISA KARAKTERISTIK GENERASI X DAN Y TERHADAP KINERJA Faktor usia adalah salah satu isu strategis dalam pengelolaan manajemen SDM khususnya jika dikaitkan dengan kinerja individu maupun kinerja organisasi dalam lingkup yang lebih luas. Selama dekade terakhir terdapat keyakinan bahwa kinerja memiliki hubungan terbalik dengan faktor usia. Kinerja akan merosot seiring dengan bertambahnya usia. Pekerja tua dianggap kurang luwes dan cenderung menolak inovasi baru, meskipun di sisi lain pekerja tua memiliki pengalaman, etos kerja dan komitmen terhadap mutu. Usia selalu berbanding terbalik terhadap kemangkiran, di mana pekerja yang tua lebih kecil kemungkinan untuk berhenti bekerja. Usia juga berpengaruh terhadap produktivitas, di mana makin tua pekerja makin merosot produktivitasnya, karena ketrampilan, kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu (Robbins, 2003). Disisi lain banyak orang yang percaya bahwa produktivitas menurun dengan bertambahnya usia. Namun hasil penelitian terkini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara usia dan kinerja karyawan (Suprihanto, 2003). Penelitian dilakukan oleh Nadia Nasir (2008) dalam rangka mengetahui seberapa besar pengaruh upah, masa kerja,dan usia terhadap produktifitas tenaga kerja (yang akan menentukan kinerja perusahaan secara keseluruhan) dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh diantara 3 variabel bebas di atas terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa yang mempunyai pengaruh dominan dari ketiga variabel bebas terhadap produktifitas kerja adalah tingkat upah. Dengan demikian faktor usia tidak terlalu mempengaruhi produktifitas kerja karyawan. Dalam kaitannya dengan faktor umur, pada akhir penelitian Nadia menyarankan untuk tenaga kerja yang masa kerjanya sudah lama (bisa diasumsikan usianya lebih tua) sebaiknya ada penghormatan atau balas jasa yang diberikan kepada mereka. Sedangkan untuk tenaga kerja yang telah berusia lebih dari 55 tahun dipensiunkan karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Sebaiknya perusahaan mencari tenaga kerja yang lebih muda karena produktivitasnya yang relatif lebih baik, meskipun harus memberikan pelatihan kerja terlebih dahulu. Beberapa tahun terakhir, faktor usia dalam lingkungan kerja ini banyak dibahas dan didiskusikan dalam prespektif generasi atau istilah lainnya gap generasi. Sebuah generasi terbentuk sebagai kelompok yang memiliki kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan life events yang signifikan pada tahap kritis perkembangannya. Hal ini bermakna bahwa sebuah generasi akan menjadi berbeda dengan generasi lain karena ada faktor perubahan secara makro yang terjadi di suatu lokasi tertentu (Mark plus, 2014).

1.

Generasi X dan Generasi Y dalam Dunia Kerja

Secara global jumlah angkatan kerja dunia saat ini masih didominasi oleh generasi baby boomers yang mencapai (41-46%) dari total populasi pekerja. Sedangkan generasi X dan generasi Y berkontribusi masing masing sebesar 20% dan 37%, namun diyakini dalam

beberapa tahun ke depan komposisi ini akan bergeser didominasi oleh generasi X dan generasi Y. Di Indonesia saat ini terdapat lebih dari 80 juta generasi Y dan akan meningkat menjadi 90 juta pada tahun 2030. Ini berarti generasi Y ini akan segera berdampingan dengan generasi X sebagai dua generasi primer dalam angkatan kerja Indonesia. Kedua generasi tersebut akan bertemu dan bekerja, di mana masing-masing generasi memiliki karakteristik, value, etika dan positif dan negatif yang berbeda. Interaksi karakteristik positif dan negatif tersebut tidak hanya berpotensi menciptakan sinergi namun juga berpotensi menyebabkan konflik dalam perusahaan atau organisasi. Peran manajemen sumberdaya manusia menjadi sangat penting dalam menjembatani interaksi tersebut agar dapat menciptakan sinergi yang yang positif untuk peningkatan kinerja. Generasi X dikatakan mempunyai pengetahuan yang tinggi, celik teknologi dan agak bersifat independent terhadap penugasan yang diberikan, sementara Generasi Y dikatakan lebih suka kepada suasana kerja yang fleksibel, seorang yang kreatif dan inovatif tetapi dengan cara tersendiri. Generasi X memiliki karakteristik mandiri dan loyal. Selalu ingin menciptakan keseimbangan dan kenyamanan dalam kehidupan sosial dengan dunia pekerjaan. Sementara Generasi Y dalam bekerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk energi dan semangat bekerjanya yang luar biasa. Memiliki karakteristik kreatif, manja dan ambisius, generasi Y ingin berkontribusi dan bermanfaat bagi perusahaan dan membutuhkan arahan dan bimbingan dalam pekerjaan. Tabel berikut menjelaskan Perbandingan karakteristik Generasi X dan Generasi Y di dunia kerja. Characteristic Work Ethic & Value

Generation X Eliminate the task Self – reliance Want structure and direction Skepical

Work is.

A difficult challenge A contract Everyone is the same Challenge others Ask Why Enterpreneur Direct Imrmediate Freedom to best reward

Leadership style

Interactive Style Communication Feedback and reward Message and Motivate Work and The Family life

Do it your way For...


Similar Free PDFs