Title | IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL, FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT |
---|---|
Author | Dhiya ul Haqqi |
Pages | 24 |
File Size | 690 KB |
File Type | |
Total Downloads | 140 |
Total Views | 298 |
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL, FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT Disusun Oleh: Dhiya ul Haqqi NPM: 260110120044 LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014 IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL, FENOL, DAN ...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL, FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT
Disusun Oleh: Dhiya ul Haqqi NPM: 260110120044
LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL, FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT
I.
TUJUAN Mengetahui cara identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat.
II. PRINSIP 1. Esterifikasi Terbentuk ester jika suatu alkohol ditambahkan asam karboksilat yang dapat diamati dari aromanya
2. Reaksi Pembentukan Kompleks Fenol yang direaksikan FeCl3 atau pereaksi lainnya akan membentuk suatu kompleks yang dapat mengubah warna larutan. 3. Reaksi Kristal Suatu asam karboksilat dapat mengalami sublimasi jika dipanaskan sehingga dapat diamati bentuk kristalnya di bawah mikroskop.
III. DATA PENGAMATAN DAN HASIL Golongan Alkohol 1. Etanol No. Reagensia
Perlakuan
1.
Etanol + Asam Salisilat Larutan bening
Esterifikasi
Hasil
+ H2SO4 Mulut tabung ditutup dengan
kapas,
1
dipanaskan
di
atas
penangas air
Bau balsem 2.
Iodoform
Etanol + NaOH
Larutan bening
+ I2
Warna kekuningan, bau seperti lisol
3.
K2Cr2O7
Etanol + K2Cr2O7
Larutan warna oranye
+ H2SO4
Larutan warna hijau
2
2. Gliserin No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Gliserin + CuSO4
Larutan bening
+ NaOH
Larutan
CuSO4
berwarna
biru
bening
2.
Dikisatkan
Gliserin ke kaca arloji, dipanaskan di penangas air
Larutan menjadi lebih cair 3. Mentol No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Meletakkan mentol di Harum atas pelat tetes, dicium aromanya
2.
H2SO4 Vanilin
+ Mentol + H2SO4 + Vanilin sulfat
Tidak larut Bening
3
sulfat
Golongan Fenol 1. Fenol No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Fenol + Air
Larutan bening
+ FeCl3
Ungu kehitaman, seperti
FeCl3
ada minyak
2.
p-DAB
Fenol + Air
Larutan bening
p-DAB
Bening kemerahan, seperti ada minyak merah muda
4
3.
Fenol + Air
Larutan bening
+ NaNO3
Keruh
+ H2SO4
Coklat kehitaman
Fenol + Air
Larutan bening
+ K2Cr2O7
Oranye
No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Nipagin + Air
Larutan bening
4.
Lieberman
K2Cr2O7
2. Nipagin
FeCl3
5
Dipanaskan
Warna putih susu
Didinginkan + FeCl3
Warna ungu 2.
HNO3
Nipagin + HNO3
Tidak
ada
perubahan
warna
3. Resosrcinol No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Resorcinol + Air
Larutan bening
p-DAB
+ p-DAB
6
Warna merah muda
2.
FeCl3
Resorcinol + Air
Larutan bening
+ FeCl3
Ungu kehitaman
7
3.
Lieberman
Resorcinol + Air
Larutan bening
+ NaNO3 + H2SO4
Warna kekuningan
Warna coklat tua
8
4.
Ag(NH3)NO3 Resorcinol + Air
Larutan bening
+ Ag(NH3)NO3
Warna hitam
Golongan Asam Karboksilat 1. Asam Tartat No. Reagensia
Perlakuan
Hasil
1.
Asam Tartat + CuSO4
Larutan biru muda
+ NaOH
Larutan biru muda
Asam Tartat
9
2.
Sublimasi
Sampel
dipanaskan
pada kaca objek dengan ring
sublimasi
ditutup kaca
dan
menggunakan objek
diatasnya
yang terdapat
kapas basah. Uap yang menempel pada
kaca
diamati
objek, melalui
mikroskop. 2. Sitrat No. Reagensia
Perlakuan
1.
Sampel
Sublimasi
Hasil dipanaskan
pada kaca objek dengan ring
sublimasi
ditutup kaca
dan
menggunakan objek
diatasnya
yang terdapat
kapas basah. Uap yang menempel pada diamati
kaca
objek, melalui
10
mikroskop. 3. Asam Benzoat No. Reagensia
Perlakuan
1.
Asam Benzoat + Asam Sublimasi
Asam Sulfat
Hasil
Sulfat, dipanaskan
menempel
putih, pada
uap dinding
tabung
2.
Sublimasi
Sampel pada
dipanaskan kaca
objek
dengan ring sublimasi dan
ditutup
menggunakan
kaca
objek yang diatasnya terdapat kapas basah. Uap yang menempel pada
kaca
diamati
objek, melalui
mikroskop.
11
IV. REAKSI Reaksi Golongan Alkohol Etanol 1. Esterifikasi
+
CH3CH2OH
Asam benzoate
etanol
+ H2O etil benzoate
(Fessenden II, 1986).
+ Asam salisilat
CH3CH2OH etanol
+ H2O etil salisilat
(Fessenden II, 1986). 2. K2Cr2O7
(Chang, 2005). Gliserin 1. Gliserin + CuSO4 + NaOH
(Petrucci,1992). Mentol 1. Mentol + Vanilin + H2SO4
(Attoway, 2004).
12
Reaksi Golongan Fenol Fenol 1. Fenol + FeCl3
( Kelly,2009). 2. Fenol + Lieberman
( Kelly,2009). 3. Fenol + K2Cr2O7
(Chang, 2005). Nipagin 1. Nipagin + FeCl3
(KSV, 2009). 2. Nipagin + HNO3
(Attoway, 2004).
13
Hidrokuinon 1. Hidrokuinon + FeCl3
(Attaway, 2004).
2. Hidrokuinon + NaOH
(Chang, 2005).
Resorsinol 1. Resorsinol + FeCl3
(Clark, 2002).
14
Reaksi golongan Asam Karboksilat Asam tartrat 1. Asam Tartrat + CuSO4 +NaOH
(Vogel, 1956). Asam benzoat 1. Asam bezoat + FeCl3
(Vogel, 1956).
V. PEMBAHASAN Pada praktikum Analisis Fisikokimia ini, praktikan mempelajari metode identifikasi untuk macam-macam senyawa yang termasuk ke dalam golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Beberapa macam senyawa golongan alkohol yang digunakan untuk dipelajari identifikasinya adalah etanol, gliserin, dan mentol. Senyawa etanol (termasuk kedalam alkohol monovalen karena hanya memiliki satu gugus hidroksi dan termasuk ke dalam kelompok alkohol alifatik) dapat diidentifikasi dengan menggunakan reaksi esterifikasi atau pereaksi K2Cr2O7 dengan H2SO4 pekat. Reaksi yang ditimbulkan melalui hasil esterifikasi antara senyawa etanol dengan asam karboksilat (dalam praktikum ini asam karboksilat yang digunakan adalah asam salisilat serta asam benzoat) dihasilkan suatu senyawa ester berupa etil salisilat (untuk esterifikasi asam salisilat) atau etil benzoat (untuk esterifikasi asam benzoat) yang memiliki wangi cukup khas untuk setiap masing-masing zatnya. Reaksi esterifikasi umumnya dapat terjadi dan membentuk suatu ester dengan bantuan katalis yang umum digunakan yaitu asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat berperan dalam proses inisiasi untuk lebih
15
mengaktifkan asam karboksilat yang digunakan agar lebih mudah bereaksi dengan alkohol serta memberi suasana asam. Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi tanpa ikut memengaruhi hasil (bereaksi) dan diperoleh kembali dalam keadaan utuh diakhir reaksi. Selain menggunakan katalis, reaksi ini pun dipercepat dengan proses pemanasan yang turut memengaruhi gerakan partikel dan momen dipol yang terjadi diantaranya agar reaksi berlangsung semakin cepat. Mekanisme reaksi yang terjadi antara asam benzoat atau asam salisilat terhadap etanol cukup identik. Tahapan pertama yang terjadi dalam mekanisme esterifikasi asam benzoat atau asam salisilat oleh etanol adalah protonasi. Hal ini terjadi melalui asam benzoat atau asam salisilat yang diserang oleh H+ yang berasal dari asam sulfat pekat sehingga asam benzoat atau asam salisilat menjadi lebih reaktif dan mudah diintervensi oleh etanol. H+ akan menyerang atom O yang terdapat pada asam benzoat atau asam salisilat yang memiliki ikatan rangkap sehinggat atom O menjadi memiliki pasangan elektron bebas (PEB) dan lebih reaktif. Selanjutnya
tahapan kedua yang terjadi adalah adisi alkohol dimana
etanol akan masuk mengintervensi asam benzoat atau asam salisilat teraktivasi melalui atom O dari hidroksi yang terdapat dalam etanol. Atom O yang berasal dari etanol memiliki tingkat kerapatan elektron yang penuh dan memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat mengintervensi asam benzoat atau asam salisilat teraktivasi. Tahapan ketiga yang terjadi adalah deprotonasi molekul akan melepaskan satu atom H+ yang paling mudah dilepaskan karena ketidakstabilan yang terjadi dalam molekul. Tahapan keempat yang terjadi dalam reaksi esterifikasi asam benzoat atau asam salisilat adalah protonasi kembali oleh H+ yang sehingga terjadi penggabungan dua atom H pada salah satu gugus O. Tahapan kelima adalah proses dehidrasi atau hilangnya gugus H2O dari molekul asam benzoat atau asam salisilat yang sudah terintervensi. Tahapan terakhir yang terjadi dalam esterifikasi asam benzoat atau asam salisilat adalah deprotonasi sehingga terbentuklah ester yang dikenal dengan etil benzoat (sebagai ester dari asam benzoat) serta etil salisilat (sebagai ester dari asam salisilat). Ester etil benzoat memiliki bau yang khas seperti bau pada basem sementara itu ester etil salisilat memiliki aroma khas seperti bau lisol.
16
Selanjutnya, etanol pun dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi K2Cr2O7 dengan H2SO4 pekat. Etanol yang bening saat berada di dalam tabung reaksi mengalami perubahan warna menjadi larutan kuning jernih saat dilakukan penambahan pereaksi K2Cr2O7 yang berwarna kuning. Selanjutnya, dilakukan penambahan kembali H2SO4 pekat beberapa tetes ke dalam tabung reaksi yang menyebabkan timbulnya reaksi perubahan warna larutan dari kuning menjadi larutan berwarna hijau. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya reduksi atom Cr+6 menjadi Cr+3 sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau tosca. Selain itu, pada saat penambahan H2SO4 pekat timbul panas yang cukup ekstrem pada dasar tabung. Hal ini disebabkan karena reaksi yang terjadi bersifat eksoterm (melepaskan kalor). Selanjutnya,
dilakukan
identifikasi
terhadap
senyawa
gliserin
menggunakan pereaksi CuSO4 dengan NaOH atau langsung dikisatkan. Dengan metode pengisatan langsung menggunakan pemanasan, dengan penempatan gliserin pada kaca arloji di atas penangas air, dapat diamati bahwa gliserin mengalami perubahan viskositas menjadi lebih encer dibandingkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu yang cukup tinggi (panas) dapat menggeser viskositas atau kekentalan dari gliserin ke arah yang lebih rendah. Gliserin pun dapat diidentifikasi menggunakan pereaksi CuSO4 dengan NaOH. Pada pengujian gliserin dengan pereaksi ini diperlukan blanko (senyawa pembanding yang mengalami perlakuan sama dengan sampel uji tetapi tidak mengandung senyawa uji) untuk melakukan perbandingan warna. Blanko memiliki warna biru muda. Sementara itu, larutan yang mengandung sampel uji memiliki warna biru tua gelap. Hal ini menunjukkan bahwa gliserin memang bereaksi dengan larutan CuSO4 dengan NaOH. Penambahan NaOH diperlukan dalam reaksi ini untuk membasakan dan reaksi dapat berlangsung. Identifikasi senyawa alkohol yang selanjutnya adalah mentol. Mentol termasuk ke dalam senyawa alkohol siklik. Pengujian untuk mentol dilakukan baik secara organoleptis atau dengan menggunakan pereaksi vanilin sulfat. Secara organoleptis, mentol memiliki karakteristik yang cukup spesifik. Mentol memiliki bau yang cukup tajam dan pedas. Selain itu, bentuk mentol berupa hablur jarum
17
seperti korek api bersegi banyak dan bening. Identifikasi mentol pun dapat dilakukan dengan pereaksi vanilin sulfat. Larutan vanilin sulfat dibuat dengan melarutkan serbuk vanilin dalam larutan H2SO4 menghasilkan larutan berwarna orange. Kemudian, saat vanilin sulfat bereksi dengan mentol, larutan berubah warna menjadi biru keunguan dan larutan bersifat lebih kental. Hal ini dapat terjadi karena proses oksidasi yang terjadi pada mentol melalui pereaksi vanilin sulfat. Selanjutnya, pada metode identifikasi senyawa fenol. Beberapa macam senyawa golongan fenol yang digunakan untuk dipelajari identifikasinya adalah fenol, nipagin, hidrokuinon, dan resorsinol. Senyawa fenol merupakan senyawa aromatik yang memiliki satu gugus hidroksi. Karena gugus aromatis yang dimilikinya, fenol dapat melakukan resonansi yaitu perputaran awan elektron disekitar cincin fenol. Kemampuan resonansi ini yang menyebabkan fenol cukup reaktif dalam identifikasinya dan dapat memancarkan warna tertentu yang berbeda. Pada saat fenol direaksikan dengan FeCl3 pada pelat tetes terjadi perubahan warna yang cukup signifikan. Terbentuk larutan yang tidak bercampur, terdapat lapisan bening dengan emulsi berwarna hitam pekat. Dalam reaksi ini, emulsi terbentuk dikarenakan adanya perbedaan kepolaran antara kedua senyawa. Identifikasi fenol pun dapat dilakukan dengan mereaksikan fenol dengan p-DAB (para-dimetilaminobenzaldehida) sehingga terbentuk dua larutan tidak bercampur berupa larutan bening dengan emulsi berwarna orange pucat. Senyawa fenol pun dapat diidentifikasi dengan pereaksi marquis yang harus dibuat segar. Pereaksi marquis harus dibuat dalam keadaan segar karena bersifat mudah bereaksi dan tidak stabil. Pereaksi ini menunjukkan perubahan warna yang spesifik untuk fenol yaitu larutan berwarna krem tua dengan adanya endapan coklat. Endapan dapat terbentuk karena adanya nilai konstanta kelarutan yang lebih besar dibandingkan nilai Kspnya. Senyawa fenol pun dapat diidentifikasi dengan pereaksi K2Cr2O7 menghasilkan dua senyawa yang tidak bercampur dengan emulsi berwarna merah kejinggaan dan lapisan bening diatasnya. Perbedaan kepolaran menyebabkan terbentuknya dua lapisan yang tidak bercampur.
18
Senyawa golongan fenol lainnya yang telah dipelajari untuk identifikasi adalah nipagin (metil paraben). Sebelum nipagin direaksikan, larutkan nipagin terlebih dahulu dalam etanol di dalam tabung reaksi. Saat nipagin diidentifikasi dengan menggunakan FeCl3 terjadi perubahan warna yang cukup signifikan yaitu larutan bening menjadi berwarna hitam keunguan. Selain itu, nipagin pun dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi HNO3 pada pelat tetes di dalam ruang asam menghasilkan larutan keruh dengan endapan berwarna putih. Senyawa golongan fenol lainnya yang telah diidentifikasi adalah resorsinol. Resorsinol dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi FeCl3, pereaksi p-DAB, dan pereaksi Marquis. Resorsinol termasuk dalam fenol polivalen yang saat direaksikan dengan pereaksi FeCl3 akan menghasilkan larutan berwarna ungu gelap. Hal ini terjadi karena gugus hidroksi yang dimiliki oleh resorsinol terpecah dan bereaksi dengan Fe3+. Larutan FeCl3 dapat bereaksi dengan berbagai macam senyawa dan menghasilkan warna yang berbeda-beda dikarenakan perbedaan penggantian jumlah gugus atom yang terjadi di dalam senyawa dan adanya perbedaan kalorimetri. Selain itu, identifikasi resorsinol dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi p-DAB yang membuat larutan menjadi agak kental dan berwarna merah muda soft. Identifikasi resorsinol pun dapat dilakukan dengan pereaksi marquis yang terbuat dari 3 tetes formalin dengan 3 tetes H2SO4. Dengan menggunakan pereaksi marquis diperoleh pengamatan bahwa terdapat endapan berwarna pink tua yang cukup menggumpal. Pada identifikasi senyawa golongan asam karboksilat, beberapa macam senyawa
golongan
asam
karboksilat
yang
digunakan
untuk
dipelajari
identifikasinya adalah asam tartrat, asam asetil salisilat (asetosal), dan asam benzoat. Identifikasi senyawa asam karboksilat yaitu asam tartrat dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi CuSO4 dengan NaOH. Penambahan NaOH menyebabkan reaksi dapat berjalan dan menciptakan suasana basa. Reaksi pengamatan yang terjadi adalah terbentuk larutan berwarna biru muda dengan bulir-bulir berwarna biru tua didalamnya yang tersebar secara tidak merata. Bulirbulir ini menunjukkan terjadinya reaksi antara asam tartrat dengan logam Cu2+ yang menimbulkan endapan berwarna biru tua. Selanjutnya akan dilakukan
19
identifikasi terhadap senyawa asetosal dengan menggunakan pereaksi FeCl3, pereaksi Marquis, dan reaksi sublimasi. Reaksi yang ditimbulkan antara serbuk asetosal dengan pereaksi FeCl3 terbentuk larutan berwarna coklat keunguan dengan serbuk asetosal yang tidak ikut bereaksi terapung diatasnya. FeCl 3 mempunyai reaksi yang cukup spesifik dan mampu bereaksi menghasilkan warna yang spesifik untuk setiap senyawa terutama yang mengandung cincin aromatis didalamnya. Karena dengan adanya resonansi dalam cincin aromatis senyawa, perubahan warna dapat ditimbulkan dan bergantung seberapa aktif FeCl3 dapat bereaksi dengan senyawa. Asetosal pun dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi marquis yang menghasilkan pengamatan berupa larutan berwarna merah muda dengan serbuk putih asetosal yang tidak larut. Pereaksi marquis yang digunakan pada reaksi inipun harus dibuat segar agar reaksi dapat berlangsung cepat dan baik. Selain itu, identifikasi asam asetil salisilat dapat dilakukan dengan reaksi sublimasi. Pada metode ini, praktikan melakukan pengujian terhadap asam asetil salisilat dengan menggunakan pemanasan untuk mengubah asam asetil salisilat dari bentuk padat menjadi gas dan membentuk kristal kembali dalam bentuk padat. Pada tahap ini, praktikan menyiapkan kaca objek dan ring sublimasi diatasnya yang selanjutnya akan diisi dengan serbuk asam asetil salisilat kemudian ditutup dengan menggunakan kaca objek kembali dan diberi kapas yang telah dibasahi air diatas kaca objek penutup untuk mempercepat proses sublimasi kedua yaitu saat gas berubah kembali menjadi padat (kristal). Kapas berisi air ini berfungsi sebagai pendingin agar uap yang dihasilkan dari pemanasan asam asetil salisilat cepat berubah kembali menjadi padat yaitu kristal. Sebaiknya, kristal yang dihasilkan dari proses sublimasi ini tidak menempel pada bagian dinding dalam ring karena yang akan diamati adalah kristal yang menempel pada kaca objek penutup di mikroskop. Saat dilihat secara mikroskopis dengan perbesaran lensa okuler 16x dan lensa objektif 10x (perbesaran 160x), bentuk kristal asam asetil salisilat semakin terlihat yaitu kristal hablur jarum transparan. Senyawa asam karboksilat yang selanjutnya telah dipelajari proses identifikasinya adalah asam benzoat. Pada reaksi identifikasi asam benzoat ini, umumnya ditambahkan pereaksi yang bersifat asam pada awal reaksi bertujuan
20
untuk memastikan sen...