Modul Manajemen Keuangan BAB 11 PDF

Title Modul Manajemen Keuangan BAB 11
Author Anonymous User
Course Manajemen Keuangan
Institution Universitas Brawijaya
Pages 16
File Size 312.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 605
Total Views 809

Summary

PERTEMUAN 11FINANCIAL LEVERAGE DAN KEBIJAKAN STRUKTUR MODALCAPAIAN PEMBELAJARANPERTEMUAN 11 Menjelaskan pengaruh leverage keuangan terhadap nilai perusahaan Menjelaskan teori struktur modal (MM1 dan MM2) Menjelaskan pecking order theori dan implikasinya pada pendanaan Menganalisis hubungan antara le...


Description

PERTEMUAN 11 FINANCIAL LEVERAGE DAN KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL

124

CAPAIAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 11 1. 2. 3. 4.

Menjelaskan pengaruh leverage keuangan terhadap nilai perusahaan Menjelaskan teori struktur modal (MM1 dan MM2) Menjelaskan pecking order theori dan implikasinya pada pendanaan Menganalisis hubungan antara leverage keuangan, struktur modal, kebangkrutan dan nilai perusahaan

125

URAIAN MATERI 1. Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Definisi Leverage Pengertian leverage menurut para ahli yaitu Irawati (2006), financial leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. Namun secara umum, financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham. Financial leverage akan muncul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Bisnis atau Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan financial leverage yang menguntungkan (favourable financial leverage) atau efek yang positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap atas penggunaan dana yang bersangkutan. Beban tetap yang dikeluarkan dari penggunaan dana misalnya hutang obligasi harus mengeluarkan beban tetap berupa bunga, sedangkan penggunaan dana yang berasal dari saham preferen harus mengeluarkan beban tetap berupa dividen. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Leverage Tujuan dari penggunan leverage keuangan adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri. untuk memenuhi kebutuhan dana, dapat menggunakan modal sendiri dan juga dari hutang atau modal pinjaman. Menggunakan modal dari pinjaman harus membayar bunga secara rutin yang merupakan beban tetap. Leverage timbul karena perusahaan menggunakan aktiva tetap yang menyebabkan harus membayar biaya tetap dan menggunakan hutang yang harus membayar biaya bunga atau beban tetap. Manfaat dari leverage yakni sebagai berikut: • Untuk menanggapi posisi perusahaan mengenai kewajiban kepada bagian lainnya. • Untuk menilai keahlian perusahaan dalam melengkapi kewajiaban yang berbentuk tetap, misalnya cicilan kedit termasuk bunga. • Untuk menilai keselarasan antara nilai modal khususnya modal tetap dengan dana. • Untuk menilai seberapa besar modal perusahaan dibebankan oleh utang. • Untuk menilai seberapa besar dampak utang perusahaan mengenai manajemen modal Jenis-Jenis Leverage a. Leverage Operasi (Operating Leverage) Leverage operasi adalah kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and taxes (EBIT). 126

Leverage operasi timbul sebagai akibat dari adanya beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misalnya gaji karyawan. Sebagai kebalikannya, beban variabel operasional. Contoh biaya variabel seperti biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan. Leverage operasi adalah pengaruh biaya tetap operasional terhadap kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tersebut. Dengan kata lain, pengaruh perubahan volume penjualan (Q) terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung dengan DOL (Degree of operating leverage) dapat dihitung dengan rumus berikut: % perubahan EBIT 𝐷𝑂𝐿 = % perubahan penjualan Analisis leverage operasi bertujuan untuk mengetahui seberapa peka laba operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang harus didapatkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Jenis-jenis financial Leverage adalah sebagai berikut: • Time Interest Earned Ratio Rasio time interest earned ratio, merupakan rasio antara laba sebelum pajak dan bunga (EBIT) dengan beban bunga. Jenis rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Rumus : Time Interest Earned Ratio = Debit/interest • Rasio Fixed Coverage Rasio Fixed charge coverage, merupakan rasio yang mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen, bunga, saham preferen angsuran pinjaman, dan sewa. Karena tidak jarang perusahaan menyewa aktivanya dari perusahaan leasing dan harus membayar angsuran tertentu. Rumus : Fixed change coverage ratio = Laba operasi + pembayaran leasing Biaya bunga + pembayaran leasing • Debit Ratio Debit Ratio merupakan debit rasio yang Semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Debit rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Rumus : Debit Ratio = Total kewajiban / total aktiva b. Leverage Keuangan (Financial Leverage) Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan

127

yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang manajemen keuangan merupakan penerapan Financial Leverage dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham. Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban finansial yang sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan perusahaan. Kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai perusahaan. Besar kecilnya leverage finansial dihitung dengan DFL (Degree of financial leverage). DFL menunjukkan seberapa jauh perubahan EPS karena perubahan tertentu dari EBIT. Makin besar DFL-nya, maka makin besar risiko finansial perusahaan tersebut. Dan perusahaan yang memiliki DFL yang tinggi adalah perusahaan yang mempunyai utang dalam proporsi yang lebih besar. DFL (Degree of financial leverage) dapat diperoleh dengan rumus berikut ini: % perubahan EPS 𝐷𝐹𝐿 = % perubahan EBIT DFL yang besar menunjukkan bahwa perubahan tingkat EBIT akan menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar saham (EPS). Pada kenyataannya, beban tetap bunga ini dapat berupa beban seluruh utang atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang memiliki beban pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak. Keuntungan financial leverage akan cukup berpengaruh terhadap perusahaan dan pemegang saham jika iklim bisnis sedang dalam kondisi yang baik. Jika kondisi penjualan dalam keadaan yang sangat tinggi dan keuntungan operasi juga tinggi, maka financial leverage juga akan tinggi yang akan langsung berpengaruh ke EPS yang tinggi juga. Namun penerapan tersebut juga bisa sangat beresiko jika kondisi iklim bisnis sedang suram. Karena pada intinya jika perusahaan menggunakan dana hutang untuk memberikan biaya kepada perusahaan maka sangat berbahaya dan berisiko. Kerugian financial leverage akan menyebabkan perusahaan tersebut masuk masa yang berbahaya terutama jika iklim bisnis sedang pada masa yang buruk. Karena tingkat peluang keuntungan operasional yang didapatkan tidak akan bisa untuk membayarkan bunga yang muncul dari pinjaman. Total utang perusahaan dibagikan dengan total aktiva maka akan muncul yang disebut dengan leverage faktor atau (LF) atau juga debt ratio. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan dikonversikan menjadi bentuk lain yaitu keuangan dan biasanya keberhasilan pemimpin dari sebuah perusahaan mendapatkan hasil seperti apa yang diharapkan diakibatkan oleh hutang yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Jika tingkat hutang semakin tinggi maka bunga yang muncul dari hutang tersebut juga akan semakin tinggi dan berdampak ke risiko keuangan yang tinggi juga.

128

c. Leverage Gabungan (Combination Leverage) Leverage gabungan merupakan pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak untuk mengukur secara langsung efek perubahan penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham dengan Degree of Combine Leverage (DCL) yang didefinisikan sebagai persentase perubahan pendapatan per lembar saham sebagai akibat persentase perubahan dalam unit yang terjual. Combination leverage terjadi jika perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa 2. Teori struktur modal (MM1 dan MM2) Definisi Dtruktur Modal Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga pasar saham perusahaan. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal a) Struktur Aktiva (Tangibility) Menurut Weston dan Brigham, Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Sedangkan menurut Syamsudin, struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar. Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan. b) Growth Opportunity Menurut Mai, 2006; Growth opportunity adalah peluang perusahaan tumbuh di masa depan. Sedangkan menurut Kartini dan Arianto, 2008; Definisi lain growth opportunity adalah perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan. c) Ukuran Perusahaan (Firm Size) Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi

129

suatu perusahaan, di mana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. d) Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan meperoleh laba adalah suatu ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. e) Risiko Bisnis Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan Komponen dalam struktur modal Struktur modal perusahaan dapat terdiri atas modal sendiri (ekuitas) atau modal dari luar/pinjaman (utang). Dalam mengambil keputusan struktur modalnya, perusahaan diperbolehkan memilih struktur modal yang diinginkan. Jika perusahaan ingin meningkatkan rasio utang-ekuitasnya, perusahaan dapat menerbitkan sejumlah obligasi dan dananya digunakan untuk membeli kembali sahamnya yang beredar. Dengan demikian, modal perusahaan yang berasal dari utang nilainya akan lebih tinggi dari ekuitasnya. Begitu pun sebaliknya, apabila perusahaan ingin menurunkan rasio utang-ekuitasnya, maka perusahaan dapat menerbitkan saham baru untuk melunasi utang obligasinya. Aktivitas yang merubah struktur modal suatu perusahaan dinamakan restrukturasi modal. Tentunya, restrukturasi modal ini dilakukan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaanya serta dapat meminimalkan rerata biaya modal tertimbang perusahaan secara keseluruhan (WACC). Modal Asing Modal asing atau utang merupakan modal yang asalnya dari luar perusahaan yang bersifat sementara. Bekerja pada perusahaan dan untuk perusahaan yang terkait modal tersebut adalah hutang yang suatu waktu harus dibayar kembali. Pada saat pengambilan keputusan akan pemakaian utang ini, besarnya biaya tetap yang timbul dari utang dalam bentuk bunga harus dipertimbangkan, karena akan menyebabkan semakin tingginya leverage keuangan, dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian untuk para pemegang saham biasa. Modal asing atau utang bisa dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain: a) Utang Jangka Pendek Utang jangka pendek merupakan modal asing yang pengembalian waktunya paling lama adalah satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri atas kredit perdagangan, yakni kredit yang dibutuhkan untuk bisa terselengaranya perusahaan.

130

b) Utang Jangka Menengah Utang jangka menengah adalah utang yang jangka pengembalian waktunya lebih dari satu tahun atau kurang dari 10 tahun. Utang jangka menengah dibagi menjadi dua yakni Term Loan dan Leasing Term Loan. Leasing adalah suatu alat atau cara untuk memperoleh layanan dari sebuah aktiva tetap, yang pada dasarnya merupakan sama seperti halnya, jika kita melakukan penjualan obligasi untuk memperoleh servis dan hak milik atas aktiva tersebut. Yang membedakan, pada leasing, tidak diikuti dengan hak milik. c) Utang Jangka Panjang Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktu pengembaliannya adalah panjang, biasanya lebih dari 10 tahun. Bentuk utang jangka panjang diantaranya pinjaman obligasi dan pinjamam hipotek. Pinjaman obligasi adalah pinjaman dalam jangka waktu yang panjang, untuk debitur menerbitkan surat pengakuan utang yang memiliki nominal tertentu. Pinjaman hipotek adlaah pinjaman jangka panjang yang mana pemberi uang (kreditor) diberikan hak hipotek di sebuah barang tidak bergerak, supaya jika pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut bisa dijual dan dari hasi penjualan itu bisa dipakai untuk menutup tagihannya. Modal Sendiri Modal sendiri atau ekuitas adalah modal yang asalnya dari pemilik perusahaan dan ditanam dalam perusahaan dalam jangka waktu yang tidak menentu lamanya. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak mempunyai batas, sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Dalam suatu perusahaan, modal sendiri bisa dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain: a) Modal saham Modal saham merupakan tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam sebuah perusahaan. Terdapat jenis-jenis dari saham, yakni saham biasa (common stock), saham preferen (prefered stock) dan saham kumulatif (cummulative prefered stock). b) Cadangan Cadangan yang dimaksud disini adalah sebagai cadangan, yang dibuat dari perolehan keuntungan yang didapat oleh perusahaan selama rentang waktu yang lalu atau dari tahun yang berjalan. Cadangan yang masuk dalam modal sendiri, antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, cadangan untuk menampung hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum). c) Laba ditahan Keuntungan yang didapat oleh sebuah perusahaan bisa sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Jika perusahaan menahan keuntungan tersebut telah dengan tujuan tertentu, maka dibuatlah cadangan sebagaimana yang sudah diuraikan. Jika perusahaan belum memiliki tujuan tertentu tentang pemakaian keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut adalah keuntungan yang ditahan.

131

Pengaruh leverage keuangan terhadap nilai perusahaan Financial leverage merujuk pada sejauh mana suatu perusahaan bergantung pada utang. Semakin tinggi penggunaan utang dalam struktur modal, semakin tinggi pula financial leverage-nya. Struktur modal dengan leverage akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, EPS, dan ROE-nya dengan mempertimbangkan EBIT (dalam bab ini mengabaikan faktor pajak). Dimisalkan, suatu perusahaan memiliki struktur modal tanpa utang dengan total ekuitas Rp8.000.000, jumlah lembar saham beredar 400.000, dan memiliki EBIT Rp1.000.000. Maka, perusahaan dengan kondisi seperti itu akan menghasilkan EPS dan ROE sebagai berikut. 𝑅𝑝1.000.000 ∗ 𝐸𝑃𝑆 = = 𝑅𝑝2,50 400.000 𝑅𝑝1.000.000 ∗ = 12,5% 𝑅𝑝8. 000.000 *Karena struktur modal tanpa utang tidak memiliki beban bunga, maka nilai laba bersih sama dengan EBIT Kemudian, perusahaan melakukan restrukturasi modal menggunakan utang sebesar Rp4.000.000, dengan tingkat bunga 10%, untuk mengurangi jumlah lembar saham beredarnya menjadi 200.000 dan memiliki EBIT yang tetap sebesar Rp1.000.000. Sehingga nilai EPS dan ROE akan berubah menjadi: 𝑅𝑝1.000.000 − (10% × 𝑅𝑝4.000.000) ∗∗ = 𝑅𝑝3,00 𝐸𝑃𝑆 = 200.000 𝑅𝑝1.000.000 − (10% × 𝑅𝑝4.000.000) ∗∗ 𝑅𝑂𝐸 = = 15% 𝑅𝑝4. 000.000 **Struktur modal dengan utang, maka laba bersihnya dihitung dengan EBIT dikurangi beban bunga dari utang. Ketika suatu perusahaan memiliki EBIT nol, maka dengan struktur modal dengan utang akan memberikan nilai EPS negative, sebab perusahaan diharuskan tetap membayar bunga padahal laba sebelum bunga dan pajaknya nol. Oleh karena itu, financial leverage berperan dalam meningkatkan keuntungan maupun kerugian bagi pemegang saham. Untuk mengetahui apakah leverage memberikan keuntungan atau kerugian, dapat dilihat dari titik perpotongan antara garis struktur modal dengan utang dan tanpa utang, disebut juga sebagai titik impas, terhadap EBIT (sumbu x) dan EPS (sumbu y). Dimana dalam suatu tingkat EBIT tertentu, bagaimana pun struktur modalnya maka akan menghasilkan nilai EPS yang sama. Jika EBIT berada di atas titik impas, leverage akan memberikan keuntungan; jika EBIT berada di bawah titik impas, leverage akan menimbulkan kerugian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek dari financial leverage bergantung pada EBIT perusahaan. Semakin tinggi EBIT, keuntungan dari financial leverage juga semakin relative tinggi. Leverage juga dapat meningkatkan imbal hasil kepada para pemegang saham yang diukur dengan ROE dan EPS. Dengan leverage, EPS dan ROE menjadi lebih sensitive terhadap perubahan EBIT, sehingga hal tersebut dianggap berisiko bagi para pemegang saham. Penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modal yang 𝑅𝑂𝐸 =

132

dipergunakan. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan utang terhadap ROE , maka keempat struktur keuangan yang telah dikemukakan dievaluasi berdasarkan ketiga kondisi ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan. Keadaan ini terjadi karena pada kondisi ekonomi yang memburuk pada umumnya suku bunga pinjaman sangat tinggi, sementara penjualan dan laba perusahaan menurun. Hal ini mengakibatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan utang lebih kecil daripada tingkat bunga yang harus dibayar perusahaan. Jika perusahaan terus menambah utang akan mengakibatkan suku bunga akan meningkat, disebabkan risiko yang dihadapi kreditur juga naik. Sementara itu, peningkatan penjualan pada kondisi ekonomi normal relative lebih kecil dibandingkan dengan pada kond...


Similar Free PDFs