Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam? (Part 1) PDF

Title Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam? (Part 1)
Author D. Nggadas
Pages 10
File Size 499.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 398
Total Views 950

Summary

1 “Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?” Full Respons I untuk Menachem Ali Deky Hidnas Yan Nggadas (Channel Youtube: Verbum Veritatis) Batam, 28 November 2021 Pengantar Ini adalah naskah full response I untuk Sesi Live dari Dondy Tan dan Menachem Ali, bertajuk: “Pseudo- Abrahamic...


Description

1

“Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?” Full Respons I untuk Menachem Ali Deky Hidnas Yan Nggadas (Channel Youtube: Verbum Veritatis) Batam, 28 November 2021

Pengantar Ini adalah naskah full response I untuk Sesi Live dari Dondy Tan dan Menachem Ali, bertajuk: “PseudoAbrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam” (Channel Youtube Dondy Tan; 25/11/2021). Iman saya dibahas dan dikomentari secara sembrono oleh Menachem Ali sebagai narasumbernya di hadapan publik. Karena itu, di hadapan publik juga, saya menggunakan hak jawab saya sebagai seorang Kristen bahkan seorang teolog dan apologet Kristen, untuk meluruskan, termasuk juga, menggunakan standar yang sama, untuk memberikan counter-attack yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari disiplin ilmu apologetika Kristen. Sesi Live itu memuat banyak topik di bawah tajuk tersebut, maka dalam Full Response yang pertama ini, saya hanya akan mengcover empat topik (isu) spesifik. Selebihnya akan saya bahas dalam Sesi Full Respons II pada kesempatan mendatang. Sebagai pernyataan pembuka, saya memberikan kesempatan kepada Menachem Ali untuk menantang saya berdebat tentang salah satu dari isu-isu atau topik-topik yang saya bahas di sini. Silakan pilih salah satunya, kemudian kita sepakati aturan, teknis, dan topik dua arahnya, kemudian perdebatan dilaksanakan secara virtual (online) dengan moderator yang bisa kita sepakati bersama. Silakan! A. Pertanyaan: “Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?” Pertanyaan: “Pseudo Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?” ada dua tiga hal: Pertama, pertanyaan ini diajukan kemudian dijawab oleh “pseudo-scholar” dan/ “badut intelektual” (nona Dondy Tan dan Menachem Ali). Karena sesi itu tidak lebih daripada sesi percakapan pos ronda yang tidak ada substansinya dan seperti obrolan ibu-ibu belanja sayur di abang tukang sayur yang loncat dari satu topik ke topik spesifik lain. Kedua, pembahasan mereka dalam sesi itu harus mendapatkan ful respons. Mereka tidak hanya membahas Islam tapi membahas juga tentang Yudaisme dan Kekristenan. Jadi sebagai seorang Kristen, saya wajib menggunakan hak jawab saya untuk memberikan tanggapan, baik secara defensive maupun secara ofensif, sebagai bagian dari apologetika Kristen (bagi Anda kadrun yang tidak mengerti tentang apologetika kemudian mewek-mewek dan jumpalitan, silakan berhenti minum air kencing onta, dan isi itu otak dengan pengetahuna). Kamu yang ngoceh sembarangan tentang iman saya lalu begitu ditanggapi, kamu yang mewek-mewek? Ketiga, pertanyaan itu dimaksudkan untuk memberikan jawaban positif mengenai Islam, yang sebenarnya tidak lebih daripada sebuah propaganda tanpa substansi, bahkan memperlihatkan bahwa Nona Dondy Tan dan Menachem Ali tidak percaya diri dengan isi Qur’an dan hadis-hadis mereka sendiri. Mereka lebih suka pergi ngutak-ngatik Kitab Suci orang lain ketimbang membangun argumen

2 berdasarkan Kitab Suci mereka sendiri. Mereka cuekin Allah SWT dengan holy qur’annya, termasuk cuekin nabi dan sunnahnya. Jadi mari kita ingatkan mereka dari Qur’an dan literatur-literatur mereka sendiri termasuk kebangkrutan (ketiadaan) bukti sejarah yang menopang propaganda mereka (itulah sebabnya mereka harus sibuk ngutak-ngatik Kitab Suci orang lain). Mari kita buktikan bahwa propaganda Islam sebagai Agama Abrahamik malah berkebalikan dari bukti-bukti yang mampu diberikan oleh Islam itu sendiri dan bahkan bertentangan denga nisi Qur’an itu sendiri. a) Tidak ada bukti yang handal bahwa Muhammad ada kaitan dengan Ismael dan karena itu ada kaitan dengan Abraham. Para sejarahwan Muslim terbaik pun mengakui bahwa silsilah Muhammad tidak dapat ditelusuri kembali ke belakang hingga Ismael. Itu sudah saya bahas bersama Menachem Ali tempo hari dan dia sama sekali tidak dapat memberikan rekonstruksi silsilah Muhammad yang reliable untuk poin ini; b) tidak ada bukti sejarah pra-Islamik (ingat: Bukti sejarah PRA-ISLAMIK!) yang mengkonfirmasi bahwa Ismael pergi ke Mekkah kemudian menikahi salah seorang perempuan dari suku Jurhum dan karena itu menjadi leluhur dari Muhammad. c) Tidak ada ayat Qur’anik yang mengatakan bahwa Muhammad adalah keturunan Ismael. Qur’an berulang kali menggunakan sebutan “children of Israel” (mis. QS. 2:40, 47; 3:49; 7:138; 10:90; 17:2, 4; dll.). Kita tahu bahwa sebutan Israel di situ bukan hanya bermakna orang-orang Yahudi tapi mereka mendapatkan sebutan itu karena Yakub disebut sebagai “Israel” (Kej. 32:38). Jadi Qur’an berulang kali mengaitkan orang-orang Yahudi sebagai keturunan Yakub (poin ini sangat penting nanti). Namun tidak satu kalipun Qur’an menyebut Muhammad sebagai keturunan Ismael. Poin ini bukan hanya sangat penting (jika ada ayat Qur’anik semacam itu) yang akan menolong memudahkan jalan nona Dondy Tan dan Menachem Ali dalam menjual propaganda tidak ada mutu semacam ini, tapi juga Qur’an itu sendiri mengklaim dirinya sebagai a clear book yang diturunkan secara rinci (QS. 6:114), “kitab yang menjelaskan segala sesuatu” (QS. 16:89), “dijelaskan secara terperinci” (QS. 11:1; 14:1). Jika Qur’an mengklaim diri sebagai kitab yang jelas, terperinci, penjelasan akan segala sesuatu, mengapa Allah SWT tidak menurunkan satu saja ayat Qur’anik yang menyatakan Muhammad adalah keturunan Ismael dan dengan demikian menolong Nona Dondy Tan dan Menachem Ali untuk melakukan propaganda bahwa Islam adalah agama Abrahamik? d) Alasan Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab dijelaskan dalam QS. 28:46: Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat, (Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak) mengatakan, “Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani) dan sungguh, kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca,” atau agar kamu (tidak) mengatakan, “Jikalau Kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka.” Sungguh, telah datang kepadamu penjelasan yang nyata, petunjuk dan rahmat dari Tuhanmu. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan

3 berpaling daripadanya? Kelak, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan azab yang keras, karena mereka selalu berpaling. (QS. 6:155-157). Dan engkau (Muhammad) tidak berada di dekat Tur (gunung) ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami utus engkau) sebagai rahmat dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran. (QS. 28:46). sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang, agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. (36:3-6; bnd. 32:3; 35:42). Jadi menurut Qur’an, mengapa Muhammad diutus kepada orang-orang yang berbahasa Arab dan mengapa Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab? Karena sebelumnya, belum pernah ada nabi dan pemberi peringatan yang diutus bagi mereka. Muhammad diutus dan Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arabik supaya orang-orang berbahasa Arabik memiliki rasulnya sendiri dan memiliki kitab dalam Bahasa mereka sendiri, yang sebelumnya mereka belum pernah dapatkan. Masalahnya adalah Ismael disebut juga dalam Qur’an sebagai nabi dan rasul dan memiliki kitab: Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (QS. 19:54-55). Katakanlah (Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. 3:84; bnd. 2:136; 4:163) Logicnya, jika Muhammad diutus bagi orang-orang berbahasa Arabik pada masanya dan kepada mereka Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arabik supaya orang-orang berbahasa Arabik itu memiliki nabi dan rasul dan kitab dalam Bahasa mereka sendiri, karena sebelumnya belum pernah ada nabi dan rasul dan kitab bagi orang-orang itu, maka menurut Qur’an sendiri, Ismael pasti belum pernah ke Mekkah, dan karena itu tidak pernah menikahi seorang perempuan dari suku Jurhum, dan karena itu tidak pernah menjadi leluhur dari Muhammad, dan karena itu, Islam bukan agama Abrahamik. e) Qur’an sendiri secara eksplisit menyatakan bahwa seluruh garis kenabian berasal dari Abraham – Ishak – dan Yakub: Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh. (QS. 29:27).

4 Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu). (QS. 45:16). Artinya sekarang, Qur’an bertentangan dengan dirinya sendiri karena menyebut Ismael sebagai rasul dan nabi, tapi pada saat yang sama menyatakan bahwa garis kenabian itu melalui Abraham – Ishak – dan Yakub. Jadi, bahkan upaya untuk mengikutsertakan Islam sebagai agama Abrahamik melalui Ismael pun ditutup oleh Allah SWT sendiri. Kesimpulan? Abraham tidak ada kaitannya dengan Islam, Ismael pun tidak ada kaitannya dengan Islam. Anda boleh mengklaim sebaliknya, tapi jika Anda ingin meyakinkan publik dengan klaim-klaim itu, silakan sediakan bukti-bukti yang substantif, Anda tidak punya bukti-bukti itu. Bahkan isi Qur’an sendiri menentang klaim itu seperti yang sudah saya buktikan di atas. Apakah kita perlu bertanya kepada “rumput yang bergoyang,” dan ilalang yang melambai di savanna gersang sambil mengasihani diri: Mengapa tak kau sisakan bagiku sedikit kebaikan untuk memuaskan fantasi padang pasir yang kering kerontang ini? Ah, malang nian nasibmu, alih-alih menjawab, bahkan rumput dan lalang pun menolak untuk tumbuh di gurun itu. B. Ur-Kasdim: “Api Abraham”? Ada beberapa tanggapan untuk poin ini. Pertama, Menachem Ali sekadar mengulangi saja klaim absurdnya mengenai “api Abraham” (terutama dalam: QS. 21:51-70 dan 37:84-97; Sunan Ibn Majah 3231). Menache Ali mengatakan bahwa kalau Torah mau bicara tentang “kota” seharusnya menggunakan kata ir (city), bukan ur (flame). Ini adalah argumen ad nauseam + argumen orang bingung dan kunang-kunang. Bahwa kata ur berarti “api,” tidak mutually exclusive mengharuskan kesimpulan bahwa kata itu tidak boleh merujuk kepada sebuah kota. Kedua, para ahli PL mengetahui bahwa kata ur berarti flame dan itulah sebabnya, kemunculan kata ur sebanyak 135 kali dalam PL diterjemahkan dengan, misalnya: “cahaya,” “sinar (matahari),” atau “sinar (fajar”). Maka pertanyaannya, mengapa dalam kaitan dengan Abraham, kata ur tidak diterjemahkan malah atau diterjemahkan namun diterjemahkan merujuk kepada sebuah kota, seperti yang dilakukan oleh para penerjemah LXX: `~yDI(f.K; rWaïB. ATßd>l;Am #r...


Similar Free PDFs