RAME TUR AKEH LUCUNE: SIASAT ESTETIS PEMANGGUNGAN KETOPRAK PATI DOCX

Title RAME TUR AKEH LUCUNE: SIASAT ESTETIS PEMANGGUNGAN KETOPRAK PATI
Author Yordan Efendi
Pages 12
File Size 945.1 KB
File Type DOCX
Total Downloads 54
Total Views 86

Summary

RAME TUR AKEH LUCUNE: SIASAT ESTETIS PEMANGGUNGAN KETOPRAK PATI Sucipto Hadi Purnomo Program Studi Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang [email protected] ABSTRAK Fokus makalah ini pada pemanggungan seni pertunjukan ketoprak Pati yang menjalankan siasat rame tur akeh lucune. Lewat siasat ini, pa...


Description

RAME TUR AKEH LUCUNE: SIASAT ESTETIS PEMANGGUNGAN KETOPRAK PATI Sucipto Hadi Purnomo Program Studi Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang [email protected] ABSTRAK Fokus makalah ini pada pemanggungan seni pertunjukan ketoprak Pati yang menjalankan siasat rame tur akeh lucune. Lewat siasat ini, para seniman ketoprak di wilayah utara Pulau Jawa ini berharap mampu memikat perhatian para penontonnya sehingga seni pertunjukan ini tetap laris tanggapan hingga kini. Siasat itu dijalankan antara lain melalui penggarapan lakon yang secara mencolok terekspresikan pada adegan tamansari (emban), perang, gandrung, dan dhagelan. Kata kunci: ketoprak, pemanggungan, siasat estetis, rame tur akeh lucune PENDAHULUAN Di tengah-tengah gejala umum teralienasinya seni pertunjukan tradisional1 , termasuk ketoprak, ketoprak Pati2 justru menjadi semacam anomali. Frekuensi pemanggungannya tetap saja tinggi3 , seiring dengan besarnya minat penonton dan penanggap atau pihak yang menyelenggarakan pentas sekaligus membayar grup ketoprak yang pentas tersebut4 . Grup Ketoprak Wahyu Manggolo dari Desa Jakenan Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati merupakan merupakan salah satu contohnya. Dipimpin oleh Sandimin, yang memiliki nama panggung Mogol dan dikenal secara luas dengan nama sebagai dagelan di atas panggung itu, Wahyu Manggolo terhitung laris tanggapan. Sepanjang bulan Apit dan Besar 1947 dalam penanggalan Jawa atau Agustus-September 2014 dalam penanggalan Jawa, grup ketoprak ini nyaris tanpa absen dari pentas, dari satu desa ke desa lain di wilayah Kabupaten Pati dan sekitarnya, dari halaman rumah penanggap satu ke penanggap lainnya, dari satu perhelatan ke perhelatan lainnya, yang hampir semuanya merupakan pentas siang dan malam. Dalam lembaran jadwal yang dipegang Mogol, yang juga disalin oleh semua anggota grup tersebut dan sejumlah pedagang kaki lima yang turut mengikuti grup ini setiap kali pentas, tertulis bahwa selama 35 hari mereka nonsetop dari pentas. Hingga akhir Oktober 2014, mereka telah melakoni lebih dari 120 hari pentas. Frekuensi pemanggungan yang demikian tinggi menegaskan tingginya minat penonton terhadap pemanggungan grup ketoprak ini. Pemanggungan yang memikat tak lepas dari siasat yang dijalankan oleh grup ketoprak ini. Karena itu di luar aspek-aspek lain yang turut menyangga eksistensi ketoprak Pati, terutama grup ketoprak Wahyu Manggolo, siasat pemanggungan ini patut mendapatkan perhatian secara khusus. 1 Lihat Brandon (2003:xii), Janarto (dalam Puwaraharja, 1997:100-104), dan Jazuli (2001:201-202). 2 Ketoprak Pati adalah sebutan untuk grup-grup ketoprak yang tumbuh dan berkembang di kawasan Kabupaten Pati. Menurut data di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati (2013), tercatat di wilayah ini terdapat 36 grup ketoprak. Meskipun demikian, tak lebih dari 10 grup yang benar-benar eksis yang ditandai dengan pemamanggungannya dalam setahun lebih dari 12v kali atau sebulan sekali. 3 Berdasarkan wawancara dengan lima pemimpin grup ketoprak terlaris di Kabupaten Pati (Wahyu Manggolo, Kridho Carito, , setiap tahun mereka pentas tak kurang dari 125 kali. 4 Ikhwal daya tahan ketoprak Pati dapat dibaca dalam Purnomo (2007)....


Similar Free PDFs